Mencoba memanusiakan manusia melalui tiga fitrahnya
![]() |
| Memahami tiga fitrah manusia untukmencoba memanusiakan manusia |
Yang namanya manusia memang tak
pernah mempunyai rasa puas. Jika satu keinginan telah tercapai, maka akan
muncul berjuta keinginan yang lainnya, apabila terus menerus di ikuti yang
namanya keinginan itu maka sampai kapan pun tak bakalan selesai, terkecuali
bila jasad atau raga telah terpisah dengan ruh. Semua keinginan manusia akan
berahir di dalam liang lahad. Itu memang sewajarnya terjadi pada manusia karena
manusia tercipta di dunia dengan tiga fitrah atau kemampuan. Yang pertama
adalah pikiran, hawa nafsu, dan perasaan sebagai penyeimbang.
Yang namanya pemikiran terletak
pada otak manusia. Akan tetapi bukan berarti peikiran itu adalah otak. Adalah
inti atau ruh dari otak itulah yang disebut dengan pikiran. Atau dalam kata
lain, ibarat otak adalah hardwere ( perangkat keras ) maka pikiran itu adalah
perangkat lunaknya ( softwerenya ). Keduanya sama sama penting. Tak bisa otak
bersdiri sendiri dan pikiran berada bukan pada otak, itulah wujud keadilan
Tuhan yang jarang kita memperhatikannya.
Hawa nafsu
adalah keinginan memuaskan diri, baik dengan hal yang senang ataupun hal yang
istimewa dan sempurna. Hawa nafsu inilah yang menjadi masalah bagi manusia,
diartikan masalah karena jika tidak ada hawa nafsu, manusia akan hidup biasa
saja selayaknya para malaikat yang tercipta tanpa dilengkapi hawa nafsu. Tak
ada fariasi dalam kehidupannya. Jika layaknya malaikat disuruh sujud ya, akan
sujud terus hingga perintah itu berahir, lain halnya dengan manusia,
diperintahkan untuk bersujud namun banyak yang mengingkari, mendustai, dan tak
menjalani, itulah letak hawa nafsu manusia yang rasanya harus dan wajib
dipenuhi.
Untuk
mengendalikan hawa nafsu yang ada pada diri manusia Alloh menyertakan Perasaan
yang bertempat di hati sebagai penyeimbang. Penyeimbang sangat berperan penting
dalam segalanya. Dikatakan dalam tubuh manusia ada segumpal darah yang apabila
darah itu baik, maka baiuklah semuanya, dan apabila segumpal darah itu buruk ,
maka buruklah semuanya. Ketahuilah, segumpal darh itu adalah “ hati “. Sebagai
penyeimbang, hati atau perasaan itu mempunyai peran yang sangat besar.
Kembali
kepada pikiran, sebagai hal yang membedakan antara manusia dengan mahluk yang
lainnya, adalah adanya pikiran. Meskipun hewan mempunyai otak namun hewan tak
dianugrahi pikiran melainkan hanya sebatas instink saja. Hal itu dapat dilihat
dari pola kehidupan hewan, sejak tahun dulu sampai tahun yang akan datang, yang
namanya ayam mencari makan hanya menggunakan ceker dan paruhnya saja. Berarti,
manusia yang tak memiliki perubahan dalam hidunya sama halnya dengan hewan??
Tidak juga. Lain halnya dengan manusia secara umum, dari abad ke abad dari
tahun ke tahun, manusia selalu mengalami perkembangan dan perkembangan dalam
segala aspek kehidupan. Itu terjadi karena pola pemikiran manusia yang selalu
bekerja untuk memenuhi rasa keingintahuannya yang tak akan pernah ada puasnya.
Adapun ilmu
yang digunakan untuk mendayagunakan fitrah manusia ang tiga tadi adalah untuk
pemikiran manusia telah ada yang namanya ilmu FILSAFAT yang sejarahnya teramat
panjang dari generasi ke generasi. Selanjutnya untuk mendayagunakan hawa nafsu
manusia ada suatu cabang ilmu yang mempelajarinya adalah AKHLAK yang senantiasa
memberi batasan batasan antara yang baik dan yang buruk, yang hak dan yang
bathil. Yang terahir untuk mengolah perasaan manusia ada ilmu yang mempelajarinya
dalah ilmu TASAWUF yang senantiasa melakukan hal hal berdasarkan kemurnian dan
kesucian hati.
Manusia
yuang hebat, manusia yang luar biasa adalah mereka yang bisa menggunakan
kemampuan pikirannya sejauh mana mereka bisa,
selain mempunyai pemikiran yang terus di asah terus menerus, manusia
hebat juga mereka yang sanggup mengendalikan hawa nafsunya dengan perasaan yang
mereka miliki. Namun yang menjadi benang merah adalah Manusia yang hebat adalah
yang bisa adil dalam memanfaatkan ketiga hakikat yang telah diabugrahkan kepada
manusia itu sendiri, yaitu pikiran, nafsu, dan perasaan.
By : Faiz
Ahsan R


Memaknai fitrah manusia versi pemula
BalasHapus