Get me outta here!

Selasa, 21 Februari 2017

Dicomblangin sama Penjual Jamu



Sore itu, hujan mulai turun rintik demi rintik. Gerimis sepertinya tak mau bersahabat lagi. Sudah aku katakan, aku tak pernah takut hujan. Cuma saja aku ini lelaki, yang akan tanding kalau sebanding. Apakah ini dinamakan sebanding jika aku sendirian, sedangkan hujan keroyokan? Hujan memang menyebalkan. Tak pernah mau mengerti dengan perasaanku yang semakin kalut ini. Apa hujan pernah peduli dengan aku yang mengayuh sepeda tanpa jas hujan? Menangis dan menggigil kedinginan. Tidak, hujan tak peduli sama sekali. Termasuk sore ini, hujan tanpa ampun menghabisi soreku. Ini benar benar dingin. Melebihi dinginnya sikapnya terhadapku, dulu. Bukan hanya hujan, lereng gunung juga memberikan support terhadap dinginku ini. Ah, sungguh tak adil. Aku sendirian, sedangkan mereka bersekongkol dan juga kroyokan. Aku ingin mundur dari medan pertawuran ini. Aku bukan petawur yang handal. 

Kamu, teka teki yang kubuat sendiri. Adalah sembunyi dibalik semua yang kujalani. Kamu adalah pertanyaan pertanyaan yang kusimpan tak terungkapkan. Untuk apa, kataku. Tapi ini apa, kerap kali ular ular muncul dalam mimpiku. Dan bukankah ular yang muncul kemarin sudah berhasil kukalahkan dengan kunci inggris. Lalu, tadi malampun ular itu muncul lagi, dan kuhabisi dengan tongkat bambu panjang. Namun apa, malah dimakan tuh tongkat sampai hampir menggigit tanganku. Lalu ularpun mati terkapar tak berdaya.
Tapi hari ini, aku tak mau bercerita tentang ular, apalagi tentang kamu. Aku mau bercerita tentang sore itu. Sore yang aku ingin lari dari dinginnya hujan. Lalu tiba tiba singgah di gazebo taman. Siomay dan penjual jamu. Ini teka teki yang lebih sulit. Terkadang aku ingin mencoba menguaknya satu persatu. Tapi untuk apa, adakah yang lebih penting dari itu. Skripsi. Sakit uring uringan hanya untuk menyebutnya. Kenapa? Takut? Enggak lah. Bukan tak bisa, cuma belum mau memulainya saja. Nah terus apa bedanya? Ups sudah sudah, aku sungguh tak ada niatan untuk menyinggungnya. Lelaki tua paruh baya. Entah dari mana asalnya. Membuat teka teki yang teka tiba tiba. Ini apa? Untuk apa aku menemuinya. Bukankan aku hanya mau berteduh dari derasnya hujan. Tetapi malah justru dipaksa membeli jamu yang pahit miliknya. 

Aku tak pernah suka jamu. Aku juga tak pernah takut hujan. Dan dua duanya kali ini bersinggungan langsung denganku. Ditengah derasnya guyuran hujan, aku dipaksa membeli jamu. Jamu yang tak enak, katanya manis, apanya yang manis. Ini pahit pak, tak kalah pahit dengan tamparan tamparanmu itu. Tamparan yang berhasil membuatku tertunduk dan mengangguk. Diam, berdamai dengan pikiran alam bawah sadar. Menggali renik renik makna yang pernah sirna. Tentang jalan yang selama ini aku lewati. Kenapa tiba tiba malah tukang jamu itu mengajariku menaklukan jalan yang sudah aku tempuh dari kecil. Bisa bisanya dia mengatakan aku sombong. Mengaku kenal dengan tuhan, kapan kamu kenalan sama tuhan. Ini jawabanku yang kupendam saat itu wahai penjual jamu. Aku bukanlah nabi ibrohim yang harus merenung bertahun tahun untuk mencari tuhannya. Aku bukan para pencari tuhan. 

Tuhan tak perlu dicari, karena tuhan tidak kemana mana. Aku kenal dengan tuhanku bukan karena ku kenalan. Lebih sombong kalau berani kenalan sama tuhan. Siapa kamu, mau kenalan sama tuhan. Hanya mereka yang takhasus yang pantas berkenalan dengan tuhan. Aku mengenal tuhan bukan karena kenalan. Tetapi karena dikenalkan sejak kecil. Tak usah tanya dikenalkan oleh siapa. Harusnya kamu lebih tau. Sebut saja mak comblang.

Tak terhenti disitu, pak penjual jamu malah menasihatiku. Apa dikira aku ini anak yang tersesat dan tak tau jalan pulang. Atau anggapnya aku ini anak kecil yang sedang meminta minta di jalanan. Mengaharap belas kasiha dari siapun yang lewat dan mendapatiku dalam keadaan memperihatinkan. Nasihatnya apa? 

Berbuatlah semaumu nak, yang penting ingat satu hal. Apa itu pak, tanyaku penasaran. " Berbuatlah semaumu, yang penting jangan sampai merugikan orang lain". Oh itu, kedengarannya mudah. Tapi sebenarnya sulit. Sesulit sabda nabi terhadap para sahabatnya "lakukan apapun asal kau tak berbohong". Itulah yang membuatku bertanya tanya pada diri sendiri. Kelihatannya mudah tetapi sebenarnya amat susah. Yasudah, kalau kamu masih belum bisa melakukan itu. Maka kamu cukup memahami pemahaman islam versiku nak. Aku ini juga agamanya islam. Tuhanku dan tuhanmu sama. Nabiku dan nabimu juga sam. Kita masih saudara. Nah terus menurut saya itu islam adalah " isine alam". Sudah itu saja yang harus kamu pahami. Kamu ini anak muda yang tak jelas tujuannya. Dan jenis pemuda yang kurang bijak. 

Terimakasih loh pak penjual jamu. Alhamdulillah berkat meminum jamumu itu, aku jadi tambah pusing sekarang. Sekali lagi terimakasih yah. Dengan berjalannya waktu, pertanyaan dan teka tekimu akan aku jawab satu persatu pak.

0 komentar:

Posting Komentar