Get me outta here!

Jumat, 24 Februari 2017

Ternyata, Ini Alasan yang Baru Kumengerti



Pembelajaran tentang sebab akibat yang orangtuaku tanamkan padaku sejak kecil adalah saat aku berantem atau bertikai. Aku sangat cemburu dengan teman-teman yang selalu dibela orangtuanya saat menghadapi masalah pertikaian. Aku merasa sangat iri dengan mereka. Karena apa, saat aku bertikai dengan temanku dan aku melaporkan kepada orangtuaku, aku tak akan mendapatkan dukungan sedikitpun. Untung kalau tidak dimarahi, jika aku mengadu tentang itu pasti umpatan yang aku dapati. Aku rasa orangtuaku tak pernah menyayangiku, tak seperti orangtua teman-temanku. Anak sendiri kok nggak dibelain, malah disalah salahkan. Apakah ini wujud kasih sayang orangtua kepada anaknya. Aku adalah anak yang tak mendapat kasih sayang dan perlindungan orangtua.

Contoh kasus adalah saat aku bertikai, atau saat aku dikanu, ditempiling, atau digethak. Aku berinisiatif untuk mengadukannya kepada ayah atau ibuku. Hahahahaa, ini diluar ekspektasi. Jika teman-temanku lakukan itu setidaknya teman yang nakal dipanggil orangtuanya atau setidaknya dihibur dengan “yamen mengko sudrun tek gethake”. Tetapi apa yang terjadi denganku, aku malah justru dimarahi. “Pak, daplun nakal” kataku. Jawab bapakku adalah “lah wong kowe sing nakal disit kon”. Wah, kapok aku. Mulai sejak saat itu, aku tak akan melaporkan orang yang telah melukaiku kepada  orangtuaku, karena pasti akan sia-sia saja. Gak asik banget punya orangtua yang nggak care dengan anaknya sendiri, malah belain anaknya oranglain.

Aku biarkan semuanya terjadi, aku biarkan anak-anak yang menakaliku dengan balasan sebisaku, jika aku tak bisa membalas maka aku akan berdiam diri. Paling sehebat-hebatnya ya hanya menangis lah. Aku kan anak yang cengeng. Waktu terus berjalan meninggalkan masa kecilku dulu menjadi cerita terindah dalam hidupku. Nah, sekarang aku baru sadar, sekarang aku baru mengerti akan model pendidikan yang diterapkan oleh kedua orangtuaku. Mereka tuh gak suka memanjakan anak-anaknya. Mereka membiarkan kami semua hidup dan tumbuh dengan mandiri. Bagaimana jadinya jika dulu saat kecil sedikit sedikit aku lapor dan anak yang dilaporkan langsung dihabisi oleh ayah atau ibuku. Aku jadi anak yang manja, yang sangat bergantung kepada mereka. Sedikit-sedikit lapor, sedikit-sedikit mengadu. Mereka mendidik kami menjadi anak-anak yang sanggup dan mau menyelesaikan urusannya sediri. Berani berbuat, berani bertanggung jawab.

Inilah gunanya aku belajar, untuk apa jadi mahasiwa kalau perkara kecil begini saja gak peka. Hahaha, mahasiwa gadungan yang sampe semester 10 belum juga menyelesaikan skripsinya. Mahasiswa setengah-setengah yang di kampusnya hanya sore dan malam. Itupun dulu, sekarang malah sudah lupa jalan menuju kampus. Tetapi dengan segala keterbatasan ini, setidaknya aku bisa memaknai kasih sayang yang diberikan orangtuaku sejak dulu. Dari sinilah aku mendapatkan pelajaran tentang sebab akibat. Pesan orangtuaku dulu adalah “kowe ora mungkin dinakali, nek kowe ora nakal”. Dan sekaranglah aku pahami itu, kenapa dulu mereka tak pernah membelaku. Dan sekaranglah aku begitu mensyukuri semua itu. Terimakasih buat cuweknya, terimakasih atas ketidakpedulian yang sebenarnya sangat peduli. Kini anakmu sudah tumbuh dan berkembang dengan tanpa manja. Karena memang sejak dulu kalian tak pernah memanjakanku.

Kita tak bakal mendapat perlakuan jelek dari oranglain jika kita tidak memperlakukan oranglain dengan kejelakan. Apa yang kita berikan adalah apa yang akan kita terima. Sebab-akibat itu ada, dan memang benar-benar ada. Harus berapa kali aku katakan pribahasa lama itu. Sudahlah, tengoklah ke belakang, tataplah ke depan. Jangan pernah lelah untuk menanam kebaikan dimana-mana, supaya bisa memanen hasil yang baik pula.

writed by mas pullunk @24 Februari 2017

0 komentar:

Posting Komentar