Pembelajaran tentang sebab akibat
yang orangtuaku tanamkan padaku sejak kecil adalah saat aku berantem atau
bertikai. Aku sangat cemburu dengan teman-teman yang selalu dibela orangtuanya
saat menghadapi masalah pertikaian. Aku merasa sangat iri dengan mereka. Karena
apa, saat aku bertikai dengan temanku dan aku melaporkan kepada orangtuaku, aku
tak akan mendapatkan dukungan sedikitpun. Untung kalau tidak dimarahi, jika aku
mengadu tentang itu pasti umpatan yang aku dapati. Aku rasa orangtuaku tak
pernah menyayangiku, tak seperti orangtua teman-temanku. Anak sendiri kok nggak
dibelain, malah disalah salahkan. Apakah ini wujud kasih sayang orangtua kepada
anaknya. Aku adalah anak yang tak mendapat kasih sayang dan perlindungan
orangtua.
Contoh kasus adalah saat aku
bertikai, atau saat aku dikanu, ditempiling, atau digethak. Aku berinisiatif
untuk mengadukannya kepada ayah atau ibuku. Hahahahaa, ini diluar ekspektasi.
Jika teman-temanku lakukan itu setidaknya teman yang nakal dipanggil orangtuanya
atau setidaknya dihibur dengan “yamen mengko sudrun tek gethake”. Tetapi apa
yang terjadi denganku, aku malah justru dimarahi. “Pak, daplun nakal” kataku.
Jawab bapakku adalah “lah wong kowe sing nakal disit kon”. Wah, kapok aku.
Mulai sejak saat itu, aku tak akan melaporkan orang yang telah melukaiku
kepada orangtuaku, karena pasti akan
sia-sia saja. Gak asik banget punya orangtua yang nggak care dengan anaknya
sendiri, malah belain anaknya oranglain.
Aku biarkan semuanya terjadi, aku
biarkan anak-anak yang menakaliku dengan balasan sebisaku, jika aku tak bisa
membalas maka aku akan berdiam diri. Paling sehebat-hebatnya ya hanya menangis
lah. Aku kan anak yang cengeng. Waktu terus berjalan meninggalkan masa kecilku
dulu menjadi cerita terindah dalam hidupku. Nah, sekarang aku baru sadar,
sekarang aku baru mengerti akan model pendidikan yang diterapkan oleh kedua
orangtuaku. Mereka tuh gak suka memanjakan anak-anaknya. Mereka membiarkan kami
semua hidup dan tumbuh dengan mandiri. Bagaimana jadinya jika dulu saat kecil
sedikit sedikit aku lapor dan anak yang dilaporkan langsung dihabisi oleh ayah
atau ibuku. Aku jadi anak yang manja, yang sangat bergantung kepada mereka.
Sedikit-sedikit lapor, sedikit-sedikit mengadu. Mereka mendidik kami menjadi anak-anak
yang sanggup dan mau menyelesaikan urusannya sediri. Berani berbuat, berani
bertanggung jawab.
Inilah gunanya aku belajar, untuk
apa jadi mahasiwa kalau perkara kecil begini saja gak peka. Hahaha, mahasiwa
gadungan yang sampe semester 10 belum juga menyelesaikan skripsinya. Mahasiswa
setengah-setengah yang di kampusnya hanya sore dan malam. Itupun dulu, sekarang
malah sudah lupa jalan menuju kampus. Tetapi dengan segala keterbatasan ini,
setidaknya aku bisa memaknai kasih sayang yang diberikan orangtuaku sejak dulu.
Dari sinilah aku mendapatkan pelajaran tentang sebab akibat. Pesan orangtuaku
dulu adalah “kowe ora mungkin dinakali, nek kowe ora nakal”. Dan sekaranglah
aku pahami itu, kenapa dulu mereka tak pernah membelaku. Dan sekaranglah aku
begitu mensyukuri semua itu. Terimakasih buat cuweknya, terimakasih atas
ketidakpedulian yang sebenarnya sangat peduli. Kini anakmu sudah tumbuh dan
berkembang dengan tanpa manja. Karena memang sejak dulu kalian tak pernah
memanjakanku.
Kita tak bakal mendapat perlakuan
jelek dari oranglain jika kita tidak memperlakukan oranglain dengan kejelakan.
Apa yang kita berikan adalah apa yang akan kita terima. Sebab-akibat itu ada,
dan memang benar-benar ada. Harus berapa kali aku katakan pribahasa lama itu.
Sudahlah, tengoklah ke belakang, tataplah ke depan. Jangan pernah lelah untuk
menanam kebaikan dimana-mana, supaya bisa memanen hasil yang baik pula.
writed by mas pullunk @24 Februari 2017


0 komentar:
Posting Komentar