Ada beberapa peristiwa yang
mungkin hanya bisa kita jumpai saat
bulan Ramadhan saja. Seperti yang sering kita lihat pada meme yang
sering dishare di berbagai media sosial. Baik itu facebook, Whatsap, BBM, dan
sejenisnya. Banyak diantara admin sebuah grup ataupun juga perseorangan yang
sengaja membuat meme itu untuk mengungkapkan fakta yang ada. Diantaranya adalah
iklan sirup yang tayang hampir setiap menit, iklan sarung, iklan apapun yang
dikait-kaitkan dengan puasa. Apakah kita peduli dengan pembuat iklan itu
benar-benar berpuasa. Bodo amat, peduli setan dengan semua itu, yang terpenting
bagi mereka adalah dagangan laris, konsumen meningkat.
Tentunya ada satu karakter dari
bulan ini yang sangat mengusik ketenangan hatiku. Bukan, bukan tarawih dan
tadarus yang pasti berkumandang di speaker TOA di masjid dan mushola kampung
juga kota setiap malamnya. Tetapi persebaran petasan yang semakin meraja lela,
mercon yang selalu membuat hatiku selalu berkecamuk. Mendengar bunyi tar ter
tor, jas jis jus, duar der dor. Rasanya itu kaya habis makan cabe terus
kepingin minum air segalon. Jadi, saat ada anak-anak yang menjedorkan mercon
koh rasanya kepingin memarahi, menjotos, membogem,atau sederhananya ingin
menyalakan mercon itu di dekat telinga mereka.
Tapi lagi-lagi aku tersadar bahwa ini adalah
bulan puasa, tentunya akupun berpuasa. Menjaga diri dari makan dan minum,
mengendalikan hawa nafsu, meguji kesabaran, menahan diri untuk tidak melakukan
aksi apapun terhadap mercon yang meledakan ketenanganku.
Maka akupun harus
memilih menikmati letupan petasan yang mengagetkan. Mendengarkannya dengan
penuh penghayatan di pukul 12 siang disaat perut keroncongan dan ngantuk mulai
menyerang. Ah, aku harus mengalahkan nafsu ini. Nafsu untuk memarahi, mencaci
maki, dan menghakimi anak-anak yang memang dengan senang hati menjedorkan
mercon itu tanpa ada paksaan sedikitpun. Bukankah mereka senang bukan kepalang
saat petasan yang dinyalakannya meledak dengan keras, aos.
Sungguh, bukan karena aku benci
terhadap petasan itu. Sekalipun petasan itu adalah buatannya orang China yang
menyebar bebas dan luas di pasar Indonesia, aku tidak benci. Karena
bagaimanapun kita harus mengakui kekalahan perekonomian perpetasanan ini. Aku
hanya kurang senang dengan bunyi itu saja, aku menahan rasa sakit yang mendalam
saat petasan meledak di terik yang membakar kulit dan emosi, sedangkan aku tak
melakukan satu tindakan apapun. Aku hanya memilih berdiam diri dengan memendam
sejuta kebencian yang tak tertorehkan. Maka, perkenankanlah kali ini ku
ungkapkan rasa itu. Maaf seribu maaf jika kalian juga harus mendengarkan kata
yang tak pernah enak didengar ini.
Biarkanlah anak-anak kita
meledakan petasan sesuka hatinya, dimanapun, kapanpun. Asal dia senang maka biarkanlah.
Sebagai orangtua yang sayang terhadap anak-anaknya maka lakukanlah yang
demikian itu. Jika perlu berikanlah uang sebanyak banyaknya untuk membeli
kesenangan mereka yang terdapat dalam setiap letusan petasan. Anak senang
orangtuapun senang, anak puas orangtua puas. Senangkanlah anak-anak kita dengan
apapun yang bisa kita berikan pada mereka. Manjakanlah mereka semanja-manjanya.
Bantulah anak-anak kita dalam mensukseskan misi kesenangannya, petasan. Bantu
anak-anak kita menyalakan petasannya, ledakan sekeras kerasnya, persetan apa
dengan aku yang kurang suka dengan bunyi bunyian yang memekakan telingaku.
Untuk para penjual petasan, maka
jualah petasan itu sebanyak-banyaknya, semakin banyak semakin baik. Karena
sadarkah kalian, dalam setiap petasan yang kalian jual itu mengandung
kebahagiaan untuk minimal satu orang yang menyalakannya. Iya betul, yang
demikian itu tentu jauh lebih baik daripada mencuri, merampok, dan merampas
kebahagiaan oranglain. Berikanlah, berikanlah wahai engkau penjual petasan.
Yakinlah, bahwa apa yang engkau lakukan itu adalah perbuatan yang sangat
terpuji, dan itu mungkin termasuk hal yang dihalalkan oleh MUI. Jual beli itu
halal, yang haram adalah riba. Maka, jual belimu itu halal, selama kau tidak
melakukan tindakan merugikan satu pihak dalam transaksi jual beli. Ah, ngapain
juga pusing-pusing memikirkan hukum halal harom. Ini bukan batsul masailnya
para alim ulama. Ini hanya wejangan seorang yang gusar karena jedoran petasan
terhadap sang penjual petasan.
Untuk anak-anakku yang manis,
baik, pintar, pandai, dan sholeh. Dengarkanlah apa yang dikata oleh bapakmu ini
yah nak. Jika kamu kuberi uang untuk jajan, gunakan saja uang itu untuk membeli
petasan nak. Ini bulan Ramadhan, jadi kamu tak seharusnya membeli jajan di
siang hari. Lalu jika ada yang membentakmu karena kau letuskan petasan itu di
siang bolong, katakan itu pada bapakmu ini. Pasti akan kubentak dia juga atas
dasar hak asasi manusia, dan atas dasar kebebasan. Tenang saja nak, kamu beli
petasan dengan uangmu sendiri, tak pernah kuajarkan padamu untuk meminta uang
kepada mereka yang membentakmu. Jangan pernah gentar dengan apa yang kamu
lakukan, selama apa yang kau lakukan itu benar. Jika mereka menakut nakutimu
dengan anak yang meledakan petasan lalu tangannya putus, modal madil, dan
pritil. Jangan percaya itu nak, itu hanyalah hoax belaka nak. Kamu jangan mudah
percaya sama yang namanya hoax, karena sekarang sekeras apapun hoax, sekuat
apapun dukungan hoax, pasti akan masuk penjara juga.
Teguhkan hatimu untuk terus
menjalankan kesenanganmu itu nak, jangan goyah sediktpun. Kamu adalah generasi
hebat yang tak akan tergoyahkan oleh apapun dan siapapun. Kecuali satu nak,
saat kamu meletuskan petasan itu dan benar benar petasan itu memutuskan
tanganmu dan darah bercucuran keluar. Maka kamu juga harus kuat menahan diri
untuk tidak menangis, untuk tidak meminta bantuan kepada mereka yang
memarahimu. Kau harus tegar nak, kau harus kuat menahan rasa sakitmu itu. Terimalah
itu dengan lapang dada nak, sembuhkanlah.
Dan jika sudah sembuh luka hasil
ledakanmu itu maka di hari esok ledakan kembali dengan ledakan yang lebih besar
lagi nak. Jika perlu kau buat bom untuk diledakan di tengah keramaian. Dan kau
harus berani mati untuknya, itulah makna jihad yang sesungguhnya nak. Jadilah
teroris sejak dini, dan kau akan benar-benar jadi teroris yang akan mendapatkan
balasan surga yang nilai keindahan dan kesenangannya tak akan pernah sebanding
dengan kepedihan pritilnya tanganmu dan lepasnya nyawamu. Mati syahid.
0 komentar:
Posting Komentar