Get me outta here!

Selasa, 06 Juni 2017

Ledakan Petasanmu nak, Sampai Kau Jadi Seorang Teroris



Ada beberapa peristiwa yang mungkin hanya bisa kita jumpai saat  bulan Ramadhan saja. Seperti yang sering kita lihat pada meme yang sering dishare di berbagai media sosial. Baik itu facebook, Whatsap, BBM, dan sejenisnya. Banyak diantara admin sebuah grup ataupun juga perseorangan yang sengaja membuat meme itu untuk mengungkapkan fakta yang ada. Diantaranya adalah iklan sirup yang tayang hampir setiap menit, iklan sarung, iklan apapun yang dikait-kaitkan dengan puasa. Apakah kita peduli dengan pembuat iklan itu benar-benar berpuasa. Bodo amat, peduli setan dengan semua itu, yang terpenting bagi mereka adalah dagangan laris, konsumen meningkat. 

Tentunya ada satu karakter dari bulan ini yang sangat mengusik ketenangan hatiku. Bukan, bukan tarawih dan tadarus yang pasti berkumandang di speaker TOA di masjid dan mushola kampung juga kota setiap malamnya. Tetapi persebaran petasan yang semakin meraja lela, mercon yang selalu membuat hatiku selalu berkecamuk. Mendengar bunyi tar ter tor, jas jis jus, duar der dor. Rasanya itu kaya habis makan cabe terus kepingin minum air segalon. Jadi, saat ada anak-anak yang menjedorkan mercon koh rasanya kepingin memarahi, menjotos, membogem,atau sederhananya ingin menyalakan mercon itu di dekat telinga mereka.
 Tapi lagi-lagi aku tersadar bahwa ini adalah bulan puasa, tentunya akupun berpuasa. Menjaga diri dari makan dan minum, mengendalikan hawa nafsu, meguji kesabaran, menahan diri untuk tidak melakukan aksi apapun terhadap mercon yang meledakan ketenanganku. 

Maka akupun harus memilih menikmati letupan petasan yang mengagetkan. Mendengarkannya dengan penuh penghayatan di pukul 12 siang disaat perut keroncongan dan ngantuk mulai menyerang. Ah, aku harus mengalahkan nafsu ini. Nafsu untuk memarahi, mencaci maki, dan menghakimi anak-anak yang memang dengan senang hati menjedorkan mercon itu tanpa ada paksaan sedikitpun. Bukankah mereka senang bukan kepalang saat petasan yang dinyalakannya meledak dengan keras, aos.

Sungguh, bukan karena aku benci terhadap petasan itu. Sekalipun petasan itu adalah buatannya orang China yang menyebar bebas dan luas di pasar Indonesia, aku tidak benci. Karena bagaimanapun kita harus mengakui kekalahan perekonomian perpetasanan ini. Aku hanya kurang senang dengan bunyi itu saja, aku menahan rasa sakit yang mendalam saat petasan meledak di terik yang membakar kulit dan emosi, sedangkan aku tak melakukan satu tindakan apapun. Aku hanya memilih berdiam diri dengan memendam sejuta kebencian yang tak tertorehkan. Maka, perkenankanlah kali ini ku ungkapkan rasa itu. Maaf seribu maaf jika kalian juga harus mendengarkan kata yang tak pernah enak didengar ini.

Biarkanlah anak-anak kita meledakan petasan sesuka hatinya, dimanapun, kapanpun. Asal dia senang maka biarkanlah. Sebagai orangtua yang sayang terhadap anak-anaknya maka lakukanlah yang demikian itu. Jika perlu berikanlah uang sebanyak banyaknya untuk membeli kesenangan mereka yang terdapat dalam setiap letusan petasan. Anak senang orangtuapun senang, anak puas orangtua puas. Senangkanlah anak-anak kita dengan apapun yang bisa kita berikan pada mereka. Manjakanlah mereka semanja-manjanya. Bantulah anak-anak kita dalam mensukseskan misi kesenangannya, petasan. Bantu anak-anak kita menyalakan petasannya, ledakan sekeras kerasnya, persetan apa dengan aku yang kurang suka dengan bunyi bunyian yang memekakan telingaku.

Untuk para penjual petasan, maka jualah petasan itu sebanyak-banyaknya, semakin banyak semakin baik. Karena sadarkah kalian, dalam setiap petasan yang kalian jual itu mengandung kebahagiaan untuk minimal satu orang yang menyalakannya. Iya betul, yang demikian itu tentu jauh lebih baik daripada mencuri, merampok, dan merampas kebahagiaan oranglain. Berikanlah, berikanlah wahai engkau penjual petasan. Yakinlah, bahwa apa yang engkau lakukan itu adalah perbuatan yang sangat terpuji, dan itu mungkin termasuk hal yang dihalalkan oleh MUI. Jual beli itu halal, yang haram adalah riba. Maka, jual belimu itu halal, selama kau tidak melakukan tindakan merugikan satu pihak dalam transaksi jual beli. Ah, ngapain juga pusing-pusing memikirkan hukum halal harom. Ini bukan batsul masailnya para alim ulama. Ini hanya wejangan seorang yang gusar karena jedoran petasan terhadap sang penjual petasan.

Untuk anak-anakku yang manis, baik, pintar, pandai, dan sholeh. Dengarkanlah apa yang dikata oleh bapakmu ini yah nak. Jika kamu kuberi uang untuk jajan, gunakan saja uang itu untuk membeli petasan nak. Ini bulan Ramadhan, jadi kamu tak seharusnya membeli jajan di siang hari. Lalu jika ada yang membentakmu karena kau letuskan petasan itu di siang bolong, katakan itu pada bapakmu ini. Pasti akan kubentak dia juga atas dasar hak asasi manusia, dan atas dasar kebebasan. Tenang saja nak, kamu beli petasan dengan uangmu sendiri, tak pernah kuajarkan padamu untuk meminta uang kepada mereka yang membentakmu. Jangan pernah gentar dengan apa yang kamu lakukan, selama apa yang kau lakukan itu benar. Jika mereka menakut nakutimu dengan anak yang meledakan petasan lalu tangannya putus, modal madil, dan pritil. Jangan percaya itu nak, itu hanyalah hoax belaka nak. Kamu jangan mudah percaya sama yang namanya hoax, karena sekarang sekeras apapun hoax, sekuat apapun dukungan hoax, pasti akan masuk penjara juga.

Teguhkan hatimu untuk terus menjalankan kesenanganmu itu nak, jangan goyah sediktpun. Kamu adalah generasi hebat yang tak akan tergoyahkan oleh apapun dan siapapun. Kecuali satu nak, saat kamu meletuskan petasan itu dan benar benar petasan itu memutuskan tanganmu dan darah bercucuran keluar. Maka kamu juga harus kuat menahan diri untuk tidak menangis, untuk tidak meminta bantuan kepada mereka yang memarahimu. Kau harus tegar nak, kau harus kuat menahan rasa sakitmu itu. Terimalah itu dengan lapang dada nak, sembuhkanlah. 

Dan jika sudah sembuh luka hasil ledakanmu itu maka di hari esok ledakan kembali dengan ledakan yang lebih besar lagi nak. Jika perlu kau buat bom untuk diledakan di tengah keramaian. Dan kau harus berani mati untuknya, itulah makna jihad yang sesungguhnya nak. Jadilah teroris sejak dini, dan kau akan benar-benar jadi teroris yang akan mendapatkan balasan surga yang nilai keindahan dan kesenangannya tak akan pernah sebanding dengan kepedihan pritilnya tanganmu dan lepasnya nyawamu. Mati syahid.

0 komentar:

Posting Komentar