Masalah, semua orang pasti
mempunyai masalah dalam setiap harinya. Masalah yang berkaitan dengan pribadi,
sosial, ekonomi, budaya, agama, kejiwaan, perasaan dan semuanya. Banyak sekali
masalah yang kita temui. Bahkan dalam satu hari kita bisa menjumpai masalah
dalam berbagai bentuk. Sebelum menggunjing masalah lebih jauh, alangkah lebih
baiknya kita kenalan sama masalah. Dan lebih baik lagi jika kita minta ijin
sama masalah buat digunjingkan disini. Di Republik the jangkriker yang
dikomandani oleh seorang mas pullunk. Hahaha. Apa apan ini, adakah hal yang
lebih penting dari jangkriker. Sepertinya tidak. Yasudah, okelah kita main
jungkat jungkit dulu sama masalah. Loh, kenapa jungkat jungkit. Ya, karena kamu
kalo dulu waktu kecilnya suka main jungkat-jungkit maka besarnya ya seperti
saya ini. Suka mengungkat dan mengungkit. Termasuk saat ini, yuk tak pake lama
kita ungkat ungkit saja tentang masalah.
Diawali dengan kenalan sama
masalah. Namaku masalah, aku sangat dibenci oleh manusia. Namun meskipun aku
dibenci akupun takan pernah bosan untuk mendatangi manusia itu. Sampai manusia
itu mengerti akan arti dan makna kedatanganku padanya. Nah, meskipun sebagian
besar manusia sangat enggan jika kudatangi tapi tak sedikit manusia yang
sukanya cari cari aku. Iyalah, aku sedang pergi kok malah dicari-cari. Aku
sudah terpendam jauh dibawah tanah, eh malah diajak main jungkat-jungkit.
Yasudah, aku mau saja lah. Namaku masalah, aku mahluk yang akan mengacaukan
siapa saja yang kudatangi, jika mereka tak mengenal aku dengan baik. Namun bagi
mereka yang telah mengerti dan mengenalku, maka jika aku datang mereka hanya
akan tersenyum dan menyapaku dengan ramah. Sabar, rendah hati, dan menyerahkan
serta mengikhlaskan hasil usahanya dalam menghadapiku terhadap yang Maha
segala-galanya.
Namaku adalah masalah, aku akan
datang jika kenyataan tak terjadi sesuai dengan harapan. Aku datang untuk
disambut dengan ramah, aku datang bukan untuk dicaci maki, dibentak, dan
tendang. Aku akan kembali lagi jika mereka yang kudatangi mengusirku dengan
kasar. Sungguh aku akan singgah lagi di kehidupannya. Akulah masalah, makhluk
pendendam. Aku akan membalaskan dendamku di lain kesempatan. Aku datang untuk
berdamai, bukan untuk bertarung. Siapa yang berhasil berdamai denganku, maka
tenanglah hidupnya. Namun bagi mereka yang takut denganku, aku akan terus
mengejarnya. Inilah aku, masalah yang kedatangannya tak diharapkan oleh
siapapun. Aku yang jika tak datang akan damai. Tapi aku harus datang untuk
menyeimbangkan kehidupan. Menciptakan seni dan keindahan dalam kehidupan.
Karena aku yakin, tanpaku hidup manusia akan biasa biasa saja. Tak ada
tanangan, tak ada yang harus ditklukan, tak ada yang dibanggakan. Akulah mahluk
bernama masalah.
Dalam menghadapi masalah, lain
orang lain cara dalam menghadapinya. Gamabaran tentang model manusia dalam
menghadapi masalah bisa kita sederhanakan seperti sekelompok anak yang duduk di
kelas enam saat mengerjakan Soal Ujian Nasional. Kita lihat saja saat siswa
satu mengerjakan soal, dengan siswa yang lain. Pasti akan terjadi seni, akan
muncul keanearagaman. Disinilah munculnya keseimbangan hidup. Dan karena soal
ini bisa diketahui mana siswa yang cerdas, mana yang pintar, dan mana yang
kurang pintar. Tolak ukur itu bisa dilihat dari cara dan hasil mengerjakan soal
tersebut.
Untuk menggambarkannya secara
jelas dan gamblang, yuk mari kita ungkit satu persatu tipe itu :
1. Siswa yang pintar akan
mengerjakan soal sesuai dengan apa yang telah ia pelajari semalam, atau selama
hari hari sebelum ia berjumpa dengan soal itu. Siswa ini sudah pernah
mengerjakan soal sejenis sebelumnya, sehingga dia terlatih dan dengan mudah
mengerjakan soal itu. Selesai, bangga dan bahagia karena bisa menyelesaikan
soal itu dengan benar. Imbasnya adalah dia akan mendapatkan nilai yang baik.
Selanjutnya dia akan lulus ujian Nasional lalu melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, SMP. Dan bersiap siaplah pasti ia akan menjumpai
soal-soal yang lebih sulit lagi di SMP. Namun siswa ini tak pernah gusar,
karena dia akan selalu belajar dari pengalaman. Hari-harinya dijadikan sebagai
tempat belajar,belajar, dan belajar. Sehingga saat menemui soal yang lebih
sulit, dia juga sudah menyiapkan sebelumnya
.
2. Siswa yang kurang pandai akan
mengerjakan soal dengan kebingungan. Ia belum pernah menemui soal seperti ini
sebelumnya. Dia stress, galau, bingung dan bimbang. Jika diungkit lagi
sebenarnya ia pernah berjumpa dengan soal seperti ini, Cuma saja dia tak
memperhatikan dan tak mau mengambil pelajaran dari soal yang telah dikerjakan.
3. Siswa yang asal-asalan dalam
mengerjakan. Mencoba mengadu nasib dengan memasrahkan jawabannya pada kancing
bajunya. Ia benar benar tidak mempunyai pengalaman tentang soal itu. Ia tak
mengerti dan tak ingin mengerti. Ia hanya pasrah saja, jika beruntuk maka
jawabannya benar, jika salah yasudah. Tak ada usaha yang lebih serius lagi
dalam mengerjakan soal.
4. Ada siswa yang saat
mengerjakan soal dengan menganggap mudah saja. Wah ini soal mudah, kecil.
Meskipun sebenarnya dia tidak mengerti bagaimana harus mengerjakannya. Ini soal
sulit, namun jika aku pikir tambah sulit maka akan benar benar sulit. Maka, aku
katakan saja ini mudah.
5. Ada juga siswa yang dengan
santai menghadapi soal sulit itu dengan mengandalkan temannya. Tenang, pasti
aku bisa mengerjakannya. Mencontoh punya teman sebangku. Atau, tenang saja.
Soal seperti itu sudah aku siapkan jawabnnya di saku. Aku mencontek.
6. Ada juga yang dalam
mengerjakan soal begitu ekstrim. Ketika mengetahui soal sulit, dan ia yakin
takan sanggup untuk mengerjakannya. Maka ia langsung marah marah. Memaksa minta
jawaban pada teman, tak ada yang mau dimintai bantuan. Mengandalkan contekan
yang telah dibuatnya tapi tak ada. Ini soal sulit, takan ada keajaiban.
Huaahhhhhhhh.. ahirnya ia sobek saja tuh kertas tempat soal. Bunuh diri, ia
pikir dengan begitu akan berahir semuanya.
Itulah kira-kira sedikit gambaran
tentang tipe-tipe orang dalam menghadapi masalah. Ketahuilah, setiap manusia
pasti mempunyai masalah. Tinggal bagaimana manusia itu menghadapi masalahnya.
Biasa saja, optimis, ambisi, santai, memaksa, frustasi, atau justru bahagia dan
gembira. Pahamilah, setelah kesusahan pasti akan datang kemudahan. Ketahuilah
jika setelah soal masih ada soal lagi. Setelah masalah selesai masih banyak masalah
lain yang menanti kita di depan. Semakin tinggi kedudukan seseorang semakin
sulit soalnya. Semakin tinggi pohon semakin kencang anginnya. Tapi, tapi kalau
sudah banyak belajar maka soal sulit akan menjadi tantangan tersendiri yang
akan diselesaikan dengan optimis dan berahir dengan kebahagiaan. Atau, jika
akarnya sudah kuat, maka angin yang kencang sekalipun takan mampu menumbangkan
pohon yang tinggi.
Masalah datang dengan damai, kita
selesaikan dengan damai pula. Masalah datang bukan untuk diawan, tapi untuk
dikenal, lalu taklukan. Berdamailah, bersahabatlah dengan masalah. Setiap kita
punya masalah, hadapilah dengan senyuman.
Writed by : Mas pullunk @20Februari 2017





0 komentar:
Posting Komentar