Get me outta here!

Kamis, 23 Februari 2017

Enam Tipe Orang dalam Menghadapi Masalah



Masalah, semua orang pasti mempunyai masalah dalam setiap harinya. Masalah yang berkaitan dengan pribadi, sosial, ekonomi, budaya, agama, kejiwaan, perasaan dan semuanya. Banyak sekali masalah yang kita temui. Bahkan dalam satu hari kita bisa menjumpai masalah dalam berbagai bentuk. Sebelum menggunjing masalah lebih jauh, alangkah lebih baiknya kita kenalan sama masalah. Dan lebih baik lagi jika kita minta ijin sama masalah buat digunjingkan disini. Di Republik the jangkriker yang dikomandani oleh seorang mas pullunk. Hahaha. Apa apan ini, adakah hal yang lebih penting dari jangkriker. Sepertinya tidak. Yasudah, okelah kita main jungkat jungkit dulu sama masalah. Loh, kenapa jungkat jungkit. Ya, karena kamu kalo dulu waktu kecilnya suka main jungkat-jungkit maka besarnya ya seperti saya ini. Suka mengungkat dan mengungkit. Termasuk saat ini, yuk tak pake lama kita ungkat ungkit saja tentang masalah.

Diawali dengan kenalan sama masalah. Namaku masalah, aku sangat dibenci oleh manusia. Namun meskipun aku dibenci akupun takan pernah bosan untuk mendatangi manusia itu. Sampai manusia itu mengerti akan arti dan makna kedatanganku padanya. Nah, meskipun sebagian besar manusia sangat enggan jika kudatangi tapi tak sedikit manusia yang sukanya cari cari aku. Iyalah, aku sedang pergi kok malah dicari-cari. Aku sudah terpendam jauh dibawah tanah, eh malah diajak main jungkat-jungkit. Yasudah, aku mau saja lah. Namaku masalah, aku mahluk yang akan mengacaukan siapa saja yang kudatangi, jika mereka tak mengenal aku dengan baik. Namun bagi mereka yang telah mengerti dan mengenalku, maka jika aku datang mereka hanya akan tersenyum dan menyapaku dengan ramah. Sabar, rendah hati, dan menyerahkan serta mengikhlaskan hasil usahanya dalam menghadapiku terhadap yang Maha segala-galanya.

Namaku adalah masalah, aku akan datang jika kenyataan tak terjadi sesuai dengan harapan. Aku datang untuk disambut dengan ramah, aku datang bukan untuk dicaci maki, dibentak, dan tendang. Aku akan kembali lagi jika mereka yang kudatangi mengusirku dengan kasar. Sungguh aku akan singgah lagi di kehidupannya. Akulah masalah, makhluk pendendam. Aku akan membalaskan dendamku di lain kesempatan. Aku datang untuk berdamai, bukan untuk bertarung. Siapa yang berhasil berdamai denganku, maka tenanglah hidupnya. Namun bagi mereka yang takut denganku, aku akan terus mengejarnya. Inilah aku, masalah yang kedatangannya tak diharapkan oleh siapapun. Aku yang jika tak datang akan damai. Tapi aku harus datang untuk menyeimbangkan kehidupan. Menciptakan seni dan keindahan dalam kehidupan. Karena aku yakin, tanpaku hidup manusia akan biasa biasa saja. Tak ada tanangan, tak ada yang harus ditklukan, tak ada yang dibanggakan. Akulah mahluk bernama masalah.

Dalam menghadapi masalah, lain orang lain cara dalam menghadapinya. Gamabaran tentang model manusia dalam menghadapi masalah bisa kita sederhanakan seperti sekelompok anak yang duduk di kelas enam saat mengerjakan Soal Ujian Nasional. Kita lihat saja saat siswa satu mengerjakan soal, dengan siswa yang lain. Pasti akan terjadi seni, akan muncul keanearagaman. Disinilah munculnya keseimbangan hidup. Dan karena soal ini bisa diketahui mana siswa yang cerdas, mana yang pintar, dan mana yang kurang pintar. Tolak ukur itu bisa dilihat dari cara dan hasil mengerjakan soal tersebut.

Untuk menggambarkannya secara jelas dan gamblang, yuk mari kita ungkit satu persatu tipe itu :

1. Siswa yang pintar akan mengerjakan soal sesuai dengan apa yang telah ia pelajari semalam, atau selama hari hari sebelum ia berjumpa dengan soal itu. Siswa ini sudah pernah mengerjakan soal sejenis sebelumnya, sehingga dia terlatih dan dengan mudah mengerjakan soal itu. Selesai, bangga dan bahagia karena bisa menyelesaikan soal itu dengan benar. Imbasnya adalah dia akan mendapatkan nilai yang baik. Selanjutnya dia akan lulus ujian Nasional lalu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, SMP. Dan bersiap siaplah pasti ia akan menjumpai soal-soal yang lebih sulit lagi di SMP. Namun siswa ini tak pernah gusar, karena dia akan selalu belajar dari pengalaman. Hari-harinya dijadikan sebagai tempat belajar,belajar, dan belajar. Sehingga saat menemui soal yang lebih sulit, dia juga sudah menyiapkan sebelumnya
.
2. Siswa yang kurang pandai akan mengerjakan soal dengan kebingungan. Ia belum pernah menemui soal seperti ini sebelumnya. Dia stress, galau, bingung dan bimbang. Jika diungkit lagi sebenarnya ia pernah berjumpa dengan soal seperti ini, Cuma saja dia tak memperhatikan dan tak mau mengambil pelajaran dari soal yang telah dikerjakan.

3. Siswa yang asal-asalan dalam mengerjakan. Mencoba mengadu nasib dengan memasrahkan jawabannya pada kancing bajunya. Ia benar benar tidak mempunyai pengalaman tentang soal itu. Ia tak mengerti dan tak ingin mengerti. Ia hanya pasrah saja, jika beruntuk maka jawabannya benar, jika salah yasudah. Tak ada usaha yang lebih serius lagi dalam mengerjakan soal.

4. Ada siswa yang saat mengerjakan soal dengan menganggap mudah saja. Wah ini soal mudah, kecil. Meskipun sebenarnya dia tidak mengerti bagaimana harus mengerjakannya. Ini soal sulit, namun jika aku pikir tambah sulit maka akan benar benar sulit. Maka, aku katakan saja ini mudah.

5. Ada juga siswa yang dengan santai menghadapi soal sulit itu dengan mengandalkan temannya. Tenang, pasti aku bisa mengerjakannya. Mencontoh punya teman sebangku. Atau, tenang saja. Soal seperti itu sudah aku siapkan jawabnnya di saku. Aku mencontek.

6. Ada juga yang dalam mengerjakan soal begitu ekstrim. Ketika mengetahui soal sulit, dan ia yakin takan sanggup untuk mengerjakannya. Maka ia langsung marah marah. Memaksa minta jawaban pada teman, tak ada yang mau dimintai bantuan. Mengandalkan contekan yang telah dibuatnya tapi tak ada. Ini soal sulit, takan ada keajaiban. Huaahhhhhhhh.. ahirnya ia sobek saja tuh kertas tempat soal. Bunuh diri, ia pikir dengan begitu akan berahir semuanya.

Itulah kira-kira sedikit gambaran tentang tipe-tipe orang dalam menghadapi masalah. Ketahuilah, setiap manusia pasti mempunyai masalah. Tinggal bagaimana manusia itu menghadapi masalahnya. Biasa saja, optimis, ambisi, santai, memaksa, frustasi, atau justru bahagia dan gembira. Pahamilah, setelah kesusahan pasti akan datang kemudahan. Ketahuilah jika setelah soal masih ada soal lagi. Setelah masalah selesai masih banyak masalah lain yang menanti kita di depan. Semakin tinggi kedudukan seseorang semakin sulit soalnya. Semakin tinggi pohon semakin kencang anginnya. Tapi, tapi kalau sudah banyak belajar maka soal sulit akan menjadi tantangan tersendiri yang akan diselesaikan dengan optimis dan berahir dengan kebahagiaan. Atau, jika akarnya sudah kuat, maka angin yang kencang sekalipun takan mampu menumbangkan pohon yang tinggi.

Masalah datang dengan damai, kita selesaikan dengan damai pula. Masalah datang bukan untuk diawan, tapi untuk dikenal, lalu taklukan. Berdamailah, bersahabatlah dengan masalah. Setiap kita punya masalah, hadapilah dengan senyuman. 

Writed by : Mas pullunk @20Februari 2017

0 komentar:

Posting Komentar