Get me outta here!

Senin, 08 Mei 2017

Sekali mengajar, selamanya menginspirasi.


Hari ini Rabu 03 Mei 2017.

Kami sebagian dari volunteer of mimanusaka (relawan dari MI Ma’arif NU satu Kaliwedi ) mencoba melakukan interaksi dengan anak-anak  PAUD Al Barokah desa Kaliwedi, kecamatan Kebasen, kabupaten Banyumas tentunya. Sebenarnya kegiatan ini bertujuan untuk PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru), namun menurut hemat kami akan terasa biasa saja jika kami datang, berbicara bla bla bla, membagikan brosur, lalu kembali ke sekolah. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kami mengambil inisiatif yang berbeda, tidak sebatas pembagian brosur dan membanggakan madrasah kita saja. Tetapi jika lebih dari itu kami pikir akan lebih mengena dan membekas, baik membekas bagi anak-anak, orangtua, ataupun bagi bunda-bunda cantik di PAUD tersebut.

Okelah kita mulai saja menceritakan  pengalaman kita hari ini, pengalaman pembelajaran yang akan menambah wawasan khazanah keilmuan kami dalam nggulawenthah anak-anak usia dini. Pengalaman yang langsung kita dapat dari lapangan (eh, bukan, kami tidak mendatangi lapangan kok, ada bangunannya juga disana). Dan tentunya juga mendapatkan bimbingan serta petuah nan  bijaksana langsung dari para bunda yang tentunya jauh lebih berpengalaman daripada kami semua.

Rencana kami akan berangkat tepat pukul 08.00 wib, tetapi karena ini itu dan sebagainya. Dan lebih terutama karena jam yang tertempel di dinding madrasah kami terbuat dari bahan karet, jadi pantaslah waktunya bisa mulur gitu. Kami tiba di lokasi pukul 08.30, suasana pembelajaran sudah dimulai seperti rutinitas hari-hari biasa. Anak-anak yang lucu-lucu dan pintar-pintar sedang mendapatkan pengarahan, pembuka pembelajaran dari bunda yang cantik-cantik dan baik hati, tidak sombong serta rajin menabung.

Kami datang berempat, sebenarnya mau berlima, tetapi karena yang satu telat informasi jadi belum jadi ikut. Aku yang paling energik diantara kami semua (sebut saja bambang), satu cewek tercantik diantara kami, lulusan sebuah perguruan tinggi ternama di kota kami (sebut saja mawar), satu orang yang tamvan dan tentunya selalu garing (sebut saja thuuutt.. sesnsor), dan satu anak didik kami yang akan perform pantomim di sana (sebut saja kulub). Kami berempat datang beramai-ramai dengan membawa segala keperluan yang dibutuhkan di TKP.

Oh, ternyata kedatangan kami sudah ditunggu-tunggu. Ibu-ibu riuh ramai di depan gedung PAUD, ingin menyaksikan anak-anaknya belajar, mengantar, menunggu sampai nantiselesai lalu mengajak pulang. Sungguh pengorbanan orangtua untuk anak-anaknya yang tanpa perlu diucapkan pasti atas dasar keikhlasan dan kasih sayang. Anak-anak terlihat antusias sekali dengan pembelajaran yang telah dimulai oleh bunda-bunda yang cantik cantik itu. Namun apa yang membuat kami terkejut. Salah satu bahkan salah dua dan salah tiga dari anak-anak itu tiba-tiba menangis histeris saat melihat kedatangan kami dengan mata kepalanya sendiri. Bukan, bukan karena aku menakutkan, tetapi karena si kulub itu yang mukanya dicoreng-coreng putih bagai mayat dan bibirnya yang merah merekah seperti habis makan ayam hidup-hidup. 

Apaboleh buat ahirnya kami sengaja menyembunyikan si kulub di balik tembok supaya tak terlihat oleh anak-anak yang mengais histeris ketakutan itu. Dari kejadian ini kami mendapat pelajaran : (hiburlah anak dengan hal yang tidak menakutkan tetapi yang menyenangkan). Aku memulai membuka pertemuan dengan perkenalan dan pengarahan tentang apa yang akan kami lakukan disini. Tanpa kuperpanjangkan kata, kuperkenalkan diri dan kedua temanku itu, tapi hanya kusebut nama si kulub tanpa mengahdirkannya dihadapan anak-anak karena takut mereka masih trauma dan suasana kembali riuh tak terkendali. Sempat sedikit pusing juga berhadapan dengan situasi yang seperti ini, namun hati kecilku selalu berbisik lembut : fokuslah, jalankan sesuai dengan rencana yang telah disipakan sebelumnya. Oke, aku meyakinkan hatiku untuk menjalankan konsep itu, perkara hasil, kita lihat nanti.

Dimulailah dengan game adukatif oleh bu mawar, dia sudah mati-matian mempersiapkan apa yang akan ia tunjukan hari ini. Adalah potongan kertas warna-warni dan seutas tali untuk permainan memasang nama di tali rafia berwarna kuning itu. Namun sayang seribu sayang, ini adalah PAUD, bukan TK. Jadi yang diperbolehkan untuk calisting (baca tulis dan mutung, eh berhitung) adalah kelas B yang notabennya adalah anak-anak yang sudah cukup usia untuk melakukannya. Lagi-lagi keyakinan yang mengahruskan kita untuk terus melangkah melanjutkan rundown yang telah kubuat susah payah tanpa kenal lelah itu. Persis seperti apa yang kupikirkan, bu mawar tetap melanjutkan apa yang ia perbuat dengan sedikit inovatif yang agak krik krik ku pikir. Namun tak apalah, demi sebuah kelancaran dan sebuah paradigma baru maka itu lebih baik.

Butuh proses untuk mengahiri bagian yang ini, namun waktu selalu menyediakan celah bagi kami untuk berkesampatan. Inilah saatnya perform pantomim oleh si kulub. Harap-harap cemas yang kurasa. Lalu, nang ning nong ning gung, anak-anak tetap antusias dn tak kulihat ada yang menangis, malah mereka bisa tertawa saat melihat aksi konyol si bocah kulub ini. Sebenarnya dia itu perform berpasangan dengan kulub yang satunya lagi, tapi karena kulub itu belum bisa hadir, maka apa boleh buat. Perform sendirian dan hasilnya tetap keren kok. Selesaiii, dan anak-anak tak jual mahal tepuk tangannya. Hore..

Kegiatan dilanjutkan dengan mengalihkan fokus mereka ke layar lebar yang tersorot di dinding yang terdapat beberapa coretan (maklum, namanya juga PAUD). Kita akan nonton bareng, apapun yang akan kita tonton itu adalah sedikit penghibur atas segala kegundahan yang mulai berkecamuk dalam hatiku sejak awal kami berangkat ke sini. Wah, tak lepas kedipan mata anak-anak itu melihat kisah islami yang kami tayangkan, kadang tertawa, kadang sambil nunjuk-nunjuk dan berkata sekenanya. Namun bunda-bunda juga selalu memberikan pengarahan kepada mereka tentang bagaimana sifat anak yang ada dalam kisah yang kami putar. Alhamdulillah. Dan selesai sudah pemutaran dua video pendek berdurasi 5 mnitan itu. Saatnya kami tunjukan kegiatan-kegiatan dan bakat-bakat siswa madrasah kami. Tak lama, hanya butuh sekitar sepuluh menit juga untuk memulai dan mengahirinya. Hufft, selesai sudah bagian nobar. Tinggal story telling dan clossing. Tapi apa, anak-anak harus istirahat terlebih dahulu. Membeli jajan atau bahakan ada yang bawa bekal makan dari rumah, dan disuapilah mereka. Hanya nasi saja, dan lauknya cukup dengan sesuap demi sesuap kasih sayang dari ibu mereka masing-masing.

Singkat cerita, istirahat selesai, saatnya kita lnjutkan kegiatan story telling dan clossing. Aku pikir kegiatan ini akan jadi memont terkrik-krik sepanjang pagi ini. Namun, itu hanya pradugaku saja. Awal memulai, semangatku sudah kumpul kembali. Kumulai story telling yang garing ini dengan pengantar bla bla bla dan akan kuahiri pula dengan bla bla bla. Tidak terlalu garing juga ternyata, bahkan ada diantara mereka yang berkata gak mau pulang. Ah, mungkin itu hanya ungkapan anak kecil yang ingin membesarkan hatiku. Ungkapan anak kecil untuk menyenangkanku saja, bahwa apa yang aku lakukan itu tak membosankan. Padahal, puhhh, hambar tanpa garam, tanpa gula, tanpa rasa. Kaena waktu pula ahirnya kuahiri sesi ini dengan pembagian hadiah yang tak perlu dilihat nilainya, tapi lihatlah harganya, Rp. 2000 saja. Dan aku sangat yakin jika mereka tak tau berapa harganya. Yang penting menarik dan butuh perjuangan untuk mendapatkannya. Itu lebih dari cukup buat mereka.

Sudahlah lupakan saja harga yang duaribu itu, yang terpenting kami bisa meninggalkan jejak di ingatan anak-anak, di kesan orangtua dan dihati bunda-bunda PAUD al Barokah.Kesan dari kami adalah “LUAR BIASA”. Terimakasih, mohon maaf merepotkan, semoga tidak kecewa setelah menyimak cerita kita hari ini. Salam belajar, salam berjuang. Dan salam bertaqwanya buat besok lagi, pas ketemu teman-teman yang usianya sedang berlabil labil dan berapi api labilnya. Klilan.

Oiya, mbok bener bener penasaran dengan nama yang sengaja kusamarkan maka kuberikan referensi disini saja. Catatan kaki, eh aku nyatetnya tetep pake tangan keleus.
Aku : Aku adalah sebuatan untuk orang pertama dan tunggal. Aku adalah saya.
Mawar : Nama asli Siti Nur Baiti Ikhsan S.Pd
Thuut : Sensorang dari Lukman Chakim
Kulub : Panggilan untuk daplun / Daffa Zainul Muttaqin.
Sudahkan yah kepo – keponya. Ahihihiii.

0 komentar:

Posting Komentar