Hari ini Rabu 03 Mei 2017.
Kami sebagian dari volunteer of
mimanusaka (relawan dari MI Ma’arif NU satu Kaliwedi ) mencoba melakukan interaksi
dengan anak-anak PAUD Al Barokah desa
Kaliwedi, kecamatan Kebasen, kabupaten Banyumas tentunya. Sebenarnya kegiatan
ini bertujuan untuk PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru), namun menurut hemat
kami akan terasa biasa saja jika kami datang, berbicara bla bla bla, membagikan
brosur, lalu kembali ke sekolah. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kami
mengambil inisiatif yang berbeda, tidak sebatas pembagian brosur dan
membanggakan madrasah kita saja. Tetapi jika lebih dari itu kami pikir akan
lebih mengena dan membekas, baik membekas bagi anak-anak, orangtua, ataupun bagi
bunda-bunda cantik di PAUD tersebut.
Okelah kita mulai saja
menceritakan pengalaman kita hari ini,
pengalaman pembelajaran yang akan menambah wawasan khazanah keilmuan kami dalam
nggulawenthah anak-anak usia dini.
Pengalaman yang langsung kita dapat dari lapangan (eh, bukan, kami tidak
mendatangi lapangan kok, ada bangunannya juga disana). Dan tentunya juga
mendapatkan bimbingan serta petuah nan bijaksana langsung dari para bunda yang
tentunya jauh lebih berpengalaman daripada kami semua.
Rencana kami akan berangkat tepat
pukul 08.00 wib, tetapi karena ini itu dan sebagainya. Dan lebih terutama
karena jam yang tertempel di dinding madrasah kami terbuat dari bahan karet,
jadi pantaslah waktunya bisa mulur gitu. Kami tiba di lokasi pukul 08.30,
suasana pembelajaran sudah dimulai seperti rutinitas hari-hari biasa. Anak-anak
yang lucu-lucu dan pintar-pintar sedang mendapatkan pengarahan, pembuka
pembelajaran dari bunda yang cantik-cantik dan baik hati, tidak sombong serta
rajin menabung.
Kami datang berempat, sebenarnya
mau berlima, tetapi karena yang satu telat informasi jadi belum jadi ikut. Aku
yang paling energik diantara kami semua (sebut saja bambang), satu cewek
tercantik diantara kami, lulusan sebuah perguruan tinggi ternama di kota kami
(sebut saja mawar), satu orang yang tamvan dan tentunya selalu garing (sebut
saja thuuutt.. sesnsor), dan satu anak didik kami yang akan perform pantomim di
sana (sebut saja kulub). Kami berempat datang beramai-ramai dengan membawa
segala keperluan yang dibutuhkan di TKP.
Oh, ternyata kedatangan kami
sudah ditunggu-tunggu. Ibu-ibu riuh ramai di depan gedung PAUD, ingin
menyaksikan anak-anaknya belajar, mengantar, menunggu sampai nantiselesai lalu
mengajak pulang. Sungguh pengorbanan orangtua untuk anak-anaknya yang tanpa
perlu diucapkan pasti atas dasar keikhlasan dan kasih sayang. Anak-anak
terlihat antusias sekali dengan pembelajaran yang telah dimulai oleh
bunda-bunda yang cantik cantik itu. Namun apa yang membuat kami terkejut. Salah
satu bahkan salah dua dan salah tiga dari anak-anak itu tiba-tiba menangis
histeris saat melihat kedatangan kami dengan mata kepalanya sendiri. Bukan,
bukan karena aku menakutkan, tetapi karena si kulub itu yang mukanya
dicoreng-coreng putih bagai mayat dan bibirnya yang merah merekah seperti habis
makan ayam hidup-hidup.
Apaboleh buat ahirnya kami
sengaja menyembunyikan si kulub di balik tembok supaya tak terlihat oleh
anak-anak yang mengais histeris ketakutan itu. Dari kejadian ini kami mendapat
pelajaran : (hiburlah anak dengan hal yang tidak menakutkan tetapi yang
menyenangkan). Aku memulai membuka pertemuan dengan perkenalan dan pengarahan
tentang apa yang akan kami lakukan disini. Tanpa kuperpanjangkan kata,
kuperkenalkan diri dan kedua temanku itu, tapi hanya kusebut nama si kulub
tanpa mengahdirkannya dihadapan anak-anak karena takut mereka masih trauma dan
suasana kembali riuh tak terkendali. Sempat sedikit pusing juga berhadapan
dengan situasi yang seperti ini, namun hati kecilku selalu berbisik lembut :
fokuslah, jalankan sesuai dengan rencana yang telah disipakan sebelumnya. Oke,
aku meyakinkan hatiku untuk menjalankan konsep itu, perkara hasil, kita lihat
nanti.
Dimulailah dengan game adukatif
oleh bu mawar, dia sudah mati-matian mempersiapkan apa yang akan ia tunjukan
hari ini. Adalah potongan kertas warna-warni dan seutas tali untuk permainan
memasang nama di tali rafia berwarna kuning itu. Namun sayang seribu sayang,
ini adalah PAUD, bukan TK. Jadi yang diperbolehkan untuk calisting (baca tulis
dan mutung, eh berhitung) adalah kelas B yang notabennya adalah anak-anak yang
sudah cukup usia untuk melakukannya. Lagi-lagi keyakinan yang mengahruskan kita
untuk terus melangkah melanjutkan rundown
yang telah kubuat susah payah tanpa kenal lelah itu. Persis seperti apa
yang kupikirkan, bu mawar tetap melanjutkan apa yang ia perbuat dengan sedikit
inovatif yang agak krik krik ku
pikir. Namun tak apalah, demi sebuah kelancaran dan sebuah paradigma baru maka
itu lebih baik.
Butuh proses untuk mengahiri
bagian yang ini, namun waktu selalu menyediakan celah bagi kami untuk
berkesampatan. Inilah saatnya perform pantomim oleh si kulub. Harap-harap cemas
yang kurasa. Lalu, nang ning nong ning gung, anak-anak tetap antusias dn tak
kulihat ada yang menangis, malah mereka bisa tertawa saat melihat aksi konyol
si bocah kulub ini. Sebenarnya dia itu perform berpasangan dengan kulub yang
satunya lagi, tapi karena kulub itu belum bisa hadir, maka apa boleh buat.
Perform sendirian dan hasilnya tetap keren kok. Selesaiii, dan anak-anak tak
jual mahal tepuk tangannya. Hore..
Kegiatan dilanjutkan dengan
mengalihkan fokus mereka ke layar lebar yang tersorot di dinding yang terdapat
beberapa coretan (maklum, namanya juga PAUD). Kita akan nonton bareng, apapun
yang akan kita tonton itu adalah sedikit penghibur atas segala kegundahan yang
mulai berkecamuk dalam hatiku sejak awal kami berangkat ke sini. Wah, tak lepas
kedipan mata anak-anak itu melihat kisah islami yang kami tayangkan, kadang
tertawa, kadang sambil nunjuk-nunjuk dan berkata sekenanya. Namun bunda-bunda
juga selalu memberikan pengarahan kepada mereka tentang bagaimana sifat anak
yang ada dalam kisah yang kami putar. Alhamdulillah. Dan selesai sudah
pemutaran dua video pendek berdurasi 5 mnitan itu. Saatnya kami tunjukan
kegiatan-kegiatan dan bakat-bakat siswa madrasah kami. Tak lama, hanya butuh
sekitar sepuluh menit juga untuk memulai dan mengahirinya. Hufft, selesai sudah
bagian nobar. Tinggal story telling dan clossing. Tapi apa, anak-anak harus
istirahat terlebih dahulu. Membeli jajan atau bahakan ada yang bawa bekal makan
dari rumah, dan disuapilah mereka. Hanya nasi saja, dan lauknya cukup dengan
sesuap demi sesuap kasih sayang dari ibu mereka masing-masing.
Singkat cerita, istirahat
selesai, saatnya kita lnjutkan kegiatan story telling dan clossing. Aku pikir
kegiatan ini akan jadi memont terkrik-krik sepanjang pagi ini. Namun, itu hanya
pradugaku saja. Awal memulai, semangatku sudah kumpul kembali. Kumulai story
telling yang garing ini dengan pengantar bla bla bla dan akan kuahiri pula
dengan bla bla bla. Tidak terlalu garing juga ternyata, bahkan ada diantara
mereka yang berkata gak mau pulang. Ah, mungkin itu hanya ungkapan anak kecil
yang ingin membesarkan hatiku. Ungkapan anak kecil untuk menyenangkanku saja,
bahwa apa yang aku lakukan itu tak membosankan. Padahal, puhhh, hambar tanpa
garam, tanpa gula, tanpa rasa. Kaena waktu pula ahirnya kuahiri sesi ini dengan
pembagian hadiah yang tak perlu dilihat nilainya, tapi lihatlah harganya, Rp.
2000 saja. Dan aku sangat yakin jika mereka tak tau berapa harganya. Yang penting
menarik dan butuh perjuangan untuk mendapatkannya. Itu lebih dari cukup buat
mereka.
Sudahlah lupakan saja harga yang
duaribu itu, yang terpenting kami bisa meninggalkan jejak di ingatan anak-anak,
di kesan orangtua dan dihati bunda-bunda PAUD al Barokah.Kesan dari kami adalah
“LUAR BIASA”. Terimakasih, mohon maaf merepotkan, semoga tidak kecewa setelah
menyimak cerita kita hari ini. Salam belajar, salam berjuang. Dan salam
bertaqwanya buat besok lagi, pas ketemu teman-teman yang usianya sedang berlabil
labil dan berapi api labilnya. Klilan.
Oiya, mbok bener bener penasaran
dengan nama yang sengaja kusamarkan maka kuberikan referensi disini saja.
Catatan kaki, eh aku nyatetnya tetep pake tangan keleus.
Aku : Aku adalah sebuatan untuk
orang pertama dan tunggal. Aku adalah saya.
Mawar : Nama asli Siti Nur Baiti
Ikhsan S.Pd
Thuut : Sensorang dari Lukman
Chakim
Kulub : Panggilan untuk daplun /
Daffa Zainul Muttaqin.
Sudahkan yah kepo – keponya.
Ahihihiii.
0 komentar:
Posting Komentar