Get me outta here!

Senin, 15 Mei 2017

Jangan Sentuh Bagian Yang Sensitif, Takut Terangsang.

“Annadzofatu minal iman, kebersihan sebagian dari iman ”


Sebuah dalil yang sangat familiar, tak peduli apakah ini shohih, dhaif, atau bahkan bukan hadits. Tetapi hampir semua diantara kita meyakini yang ini ya dalil, bentuknya apapun yang penting arab dan yang penting dalil. Memang islam mengajarkan tentang pola hidup bersih bagi setiap pemeluknya, tetapi memang tidak berlebihan jika ada yang mengatakan bahwa orang islam itu kaboten dalil . Bagaimana tidak, banyak sekali dalil yang dihafal, namun tak satupun dipahami, apalagi diamalkan. Malah justru orang non islam yang tak hafal satupun dalil, tetapi sangat islami sekali pola hidupnya, tepat waktu misalnya, dan banyak lagi yang lainnya. Ini sama semisal kacang yang lupa sama kulitnya, eh bukan, islam itu kacang dan yang makan isinya yang bukan islam tetapi yang islam malah justru rebutan kulit. Eyel eyelan dalam debat kusir matian matian membela kulit kacang, helloww. Islam kacang dan islam kulit kacang.

Ah, sudah, agama terlalu sensitif jika harus diperbincangkan, lebih baik kusudahi saja. Bukan ingin mengungkit tentang faham keislaman, tetapi pendidikan islam. Nah, ini tentunya masih berkaitan dengan kebersihan. Hanya berharap ingin bisa menerapkan pendidikan islam yang aplikatif, tidak hanya teoritis. Anak-anak kita ceramahi sampai mulut berbusa-busa tentang kebersihan, tetapi keadaan sekitar mulai terlihat kotor, kita biarkan saja. Ini namanya pembelajaran yang teoritik kawan. Siswa diharapkan mampu memahami pentingnya kebersihan tetapi acuh dengan keadaan.

“ Ibda binafsik, mulailah dari diri sendiri ”

Jika menginginkan pola pendidikan islam yang aplikatif, memberi contoh dan mengajak anak-anak untuk bebersih lingkungan sekitar sepertiya lebih tepat daripada penjelasan panjang kali lebar, jadinya malah luas persegi panjang, eh. Dimulai dari dirikita, mencontohkan dulu baru mengajak, dengan begitu boleh kiranya kita berharap anak-anak akan meniru dan mencontoh apa yang telah kita perbuat, sekalipun tidak serta merta langsung meniru, jika kita memerintah rasanya lebih segan, karena memang kita melaksanakan. Contoh simple saja lah, “nak, belajar dulu, jangan nonton tivi terus” sedangkan dirinya seringkali didapati sedang asik menonton acara di televisi. Lain rasanya dengan “ kita belajar dulu yuk nak, anaknya diajak pengajian sambil nggolet sega brekat” yang ini lebih enak rasanya dan lebih realistis serta lebih konkrit.

Berpanjang lebar tentang kebersihan. Pastinya kebersihan yang ini beda dengan kebersihan yang disyaratkan dalam ibadah sholat, suci dan bersih sedikit sama tapi sebenarnya sangat beda. Jadi yang sabagian dari iman adalah yang bersuci ini bukan kebersihan yang itu. Tetapi kebersihanpun sangat diutamakan dalam islam yang bukan islam kulit kacang. Tentang kebersihan yang ini sebenarnya aku geram dan gusar dengan pola hidup islamku yang embuh. Masjid, kalian pasti tau masjid kan. Tempat suci yang digunakan untuk tempat bersujud menghadap sang Khaliq. Kebanyakan masjid di sekitarku itu kesannya kotor, kamar mandinya, tempat wudlunya, dan hampir semuanya. Apakah mereka tidak mengerti, tidak, mengerti. Mereka sangat mengerti, bahkan lebih mengerti dari siapapun. Tetapi ya inilah pola hidup kawan, ingin berteriak tetapi teriak kepada siapa, siapa pula yang akan mendengarkan teriakan yang tak dimengerti oleh siapapun. Sudahlah, apa lebih baik biarkan saja apa adanya sampai ada saat yang mengharuskan semuanya berubah. 
Entahlah.

0 komentar:

Posting Komentar