Sebuah dalil yang sangat
familiar, tak peduli apakah ini shohih, dhaif, atau bahkan bukan hadits. Tetapi
hampir semua diantara kita meyakini yang ini ya dalil, bentuknya apapun yang penting
arab dan yang penting dalil. Memang islam mengajarkan tentang pola hidup bersih
bagi setiap pemeluknya, tetapi memang tidak berlebihan jika ada yang mengatakan
bahwa orang islam itu kaboten dalil .
Bagaimana tidak, banyak sekali dalil yang dihafal, namun tak satupun dipahami,
apalagi diamalkan. Malah justru orang non islam yang tak hafal satupun dalil,
tetapi sangat islami sekali pola hidupnya, tepat waktu misalnya, dan banyak
lagi yang lainnya. Ini sama semisal kacang yang lupa sama kulitnya, eh bukan,
islam itu kacang dan yang makan isinya yang bukan islam tetapi yang islam malah
justru rebutan kulit. Eyel eyelan dalam debat kusir matian matian membela kulit
kacang, helloww. Islam kacang dan islam kulit kacang.
Ah, sudah, agama terlalu sensitif
jika harus diperbincangkan, lebih baik kusudahi saja. Bukan ingin mengungkit
tentang faham keislaman, tetapi pendidikan islam. Nah, ini tentunya masih
berkaitan dengan kebersihan. Hanya berharap ingin bisa menerapkan pendidikan
islam yang aplikatif, tidak hanya teoritis. Anak-anak kita ceramahi sampai
mulut berbusa-busa tentang kebersihan, tetapi keadaan sekitar mulai terlihat
kotor, kita biarkan saja. Ini namanya pembelajaran yang teoritik kawan. Siswa
diharapkan mampu memahami pentingnya kebersihan tetapi acuh dengan keadaan.
“ Ibda binafsik, mulailah dari diri sendiri ”
Jika menginginkan pola pendidikan
islam yang aplikatif, memberi contoh dan mengajak anak-anak untuk bebersih
lingkungan sekitar sepertiya lebih tepat daripada penjelasan panjang kali
lebar, jadinya malah luas persegi panjang, eh. Dimulai dari dirikita,
mencontohkan dulu baru mengajak, dengan begitu boleh kiranya kita berharap
anak-anak akan meniru dan mencontoh apa yang telah kita perbuat, sekalipun
tidak serta merta langsung meniru, jika kita memerintah rasanya lebih segan,
karena memang kita melaksanakan. Contoh simple saja lah, “nak, belajar dulu,
jangan nonton tivi terus” sedangkan dirinya seringkali didapati sedang asik
menonton acara di televisi. Lain rasanya dengan “ kita belajar dulu yuk nak,
anaknya diajak pengajian sambil nggolet sega brekat” yang ini lebih enak
rasanya dan lebih realistis serta lebih konkrit.
Berpanjang lebar tentang
kebersihan. Pastinya kebersihan yang ini beda dengan kebersihan yang
disyaratkan dalam ibadah sholat, suci dan bersih sedikit sama tapi sebenarnya
sangat beda. Jadi yang sabagian dari iman adalah yang bersuci ini bukan
kebersihan yang itu. Tetapi kebersihanpun sangat diutamakan dalam islam yang
bukan islam kulit kacang. Tentang kebersihan yang ini sebenarnya aku geram dan
gusar dengan pola hidup islamku yang embuh. Masjid, kalian pasti tau masjid
kan. Tempat suci yang digunakan untuk tempat bersujud menghadap sang Khaliq.
Kebanyakan masjid di sekitarku itu kesannya kotor, kamar mandinya, tempat
wudlunya, dan hampir semuanya. Apakah mereka tidak mengerti, tidak, mengerti.
Mereka sangat mengerti, bahkan lebih mengerti dari siapapun. Tetapi ya inilah
pola hidup kawan, ingin berteriak tetapi teriak kepada siapa, siapa pula yang
akan mendengarkan teriakan yang tak dimengerti oleh siapapun. Sudahlah, apa lebih
baik biarkan saja apa adanya sampai ada saat yang mengharuskan semuanya
berubah.
Entahlah.
0 komentar:
Posting Komentar