Get me outta here!

Kamis, 18 Mei 2017

Kalau Cinta Biasa Saja, Kalau Benci Jangan Lebay.



Bukan perkara mudah susah, ini tentang perkara yang tak perlu diungkit-ungkit lagi. Tentang rasa yang tak seharusnya dirasa, tentang prinsip yang seharusnya semakin hari semakin sip. Tak perlu berfikir panjang kali lebar untuk menentukan langkah ini. Haluan yang memukulku ke berbagai arah harus kutepis sampai aku terkapar tak berdaya. Aku kalah dan aku tersungkur di tebing setinggi harapanmu pada angin yang semakin bergemuruh. Lemah, adalah hak semua insan yang tak kamil yang selalu pasrah saat dicoba dan digoda dengan rayuan maut zulaikha. 

Ini lebih mirip tentang kebengisan menye-menyenya cinta yang durja, cinta ngehek yang semakin meranum saat ditangkis oleh kedua tangan. Ini hukum alam, sesuatu terasa semakin indah jika tak berpihak kepada kita, nah inilah cikal bakalnya iri dan dengki. Begitupun dengan mantan, semakin ditinggalkan semakin menggiurkan. Tapi apalah arti sebuah mantan, hanya gelar untuk orang yang salah jalan. Tersesat dan singgah untuk sementara waktu di hati yang tengah gundah ditambah gulana. Jadi, tak perlu mengenang mantan, karena mantan bukanlah pahlawan yang harus dikenang. Dan tak ada mantan pahlawan, yang ada hanyalah mantannya pahlawan. uh, apa sih kiye?

Dalam pencarian ditengah penantian yang semakin melelahkan, kutemukan hukum keadaan. Ada dua hal yang jika ditinggalkan akan semakin indah. Satu sekolahan, dua mantan. 

Seperti kebanyakan yang kita tahu tanpa bulat, sekolah tempat dulu kita menempa diri, menuntut ilmu yang tak seharusnya dituntut karena memang ilmu tak bersalah. Kini setelah kita tinggalkan, jadi semakin maju, fasilitas semakin lengkap, kegiatan semakin banyak dan menarik. Padahal dulu mah biasa biasa aja tuh. Begitupun dengan mantan, jika dulu semua yang ada padanya sangat didamba dambakan (pas pedekate tuh ya) pas deket deketnya semua terasa biasa saja, tak ada yang sitimewa. Namun setelah kita putus, iya aku yang memutuskannya. Memutuskan untuk menerima dia memutuskanku. Semua berubah menjadi lebih indah, seperti ada radiasi keharuman semerbak yang memancar dari setiap tatapannya. Dan saat kita sudah nyaman dan mapan tanpa godaan, tiba tiba mantan nanyain keadaan. Ah, ini yang menyulitkan proses permove onan ternyata.

Bukan, bukan anti pacaran dan bukan pendamba cinta yang menye-menye. Yang ditengah tengah saja, karena katanya sebaik baik perkara adalah yang ditengah – tengah. Bersosialisasi tentang haramkan dunia pacaran yang menjadi trend bagi para remaja nanti dikira sok suci, padahal sih aku suci terus yah, kapan aku datang bulan? Emangnya eke cowo apapun. Hihh.. gigu. 

Menyanjung nyanjung cinta dan wanita dikira plagiat dan penikmat dosa. Sudahlah, persetan apa dengan penilaian kebenaran. Karena yakinkan saja bahwa kebenaran itu ada tiga. Satu kebenaran menurut diri sendiri, dua kebenaran menurut sosial norma dan agama, tiga kebenaran yang hakiki kebenaran yang sejati. Terkait prespektif kebenaran itu sendiri bodo amat, amat aja gak bodo kok.

Cinta dan pacaran itu beda, beda jauh. Cinta dan ketertarikan juga beda, beda agak jauh. Asal tak bisa membedakannya maka senewenlah hasilnya. 

Pacaran itu saat dua insan saling tertarik saling suka kemudian bermain bersama setan di sepi sepian. Nah sebelum kita gali lebih dalam. Setan itu jangan dikira hanya makhluk astral yang tak kasat mata dan sukanya nakut nakutin yah. Setan juga bisa berasal dari ukhti solekhah yang bersolek indah dihadapanku dengan belaian angin yang berkesiur mesra. Setan juga bisa berasal dari dalam bisikan hati yang tertlak berulang kali oleh nurani namun memenangi pertandingan dalam hati. Setan juga saat ada dua cewe cowo bukan muhrim bermesraan maka obat nyamuk adalah setan. Eh, tau kan kata obat nyamuk?. Setan itu adalah perlambang perwatakan manusiayang tak terlihat bahkan oleh sang pemilik watak itu sendiri. Setan berasal dari dua jenis makhluk, minal jinnati wannas, berasal dari jin dan manusia. 

Sedangkan yang namanya sepi juga tak harus di kuburan kan, di pasar juga bisa merasa sepi, di alun alun juga bisa merasa sepi, telinga juga bisa sepi jika diundang adzan berulang kali tak mendengar, waktu diundang dosen langsung datang, apa perlu dosen yang adzan. Sepi itu definisi dari hampa, kosong, kosong adalah isi, isi adalah kosong, biksu tong. Kadang juga sering merasa juga kan, merasa sepi di tengah keramaian dan merasa hingar bingar ditengah keheningan. Termasuk di keramaian asal tak ada yang mengganggu kalin berdua, itu namanya juga sepi. Saat ada di jalan di atas motor, itu juga sepi.

Ketertarikan itu ya asal lihat cewe cantik baik berhijab atau anak bupati (buka paha tinggi tinggi) asal saat pertama kali melihatnya dan berkata, wah cantiknyahh. Tertarik tak harus cinta kan, contohnya saja saat lewat di pasar, melihat suatu barang,lalu tertarik dan mendekat. Uiiihh, tasnya lucu yah, sejak kapan ada tas lucu, nglawak yah tuh tas kok bisa lucu. Kemudian dilihatinya tas itu dekat dekat, dilirik sana lirik sini detail detail, dipegangnya, ahh jangan, lalu bertanya pada pembelinya, ah mahal. Lalu tak jadi beli, tak punya uang. Berarti tertarik tak harus beli kan? Tertarik bukan berati cinta kan. Nah, omong kosong apa cinta pada pandang pertama. 

Jadi, sekalipun kau pendamba cinta dan wanita, bukan berarti harus lebay dalam memaknai pacaran. Lakukan apapun semaumu, asal satu, jangan merugikan siapapun. Kamu pacaran ,kamu jebol benteng pertahanan, itu namanya juga merugikan kan. Kamu tidak pacaran lalu kamu curi curi pandang, kamu tertarik lalu kamu simpan dalam dalam desiran darah saat melihatnya, kau tuliskan dalam sajak sajak indah bermajas metafora hiperbola. Inikah yang namanya cinta dalam diam, ini tak alay ini tak lebay dan inilah keindahan. Sudah, jangan salahkan jangan tuduh jangan sindir dan jangan apapun, termasuk jangan emi dan jangan kering ditambah endog, jadilah sega brekat tahlilan yang nikmat. Kita berbuat karena memang harus berbuat, bukan karena siapapun dan bukan karena apapun. Kita yang berbuat, orang lain yang menilai dan Tuhan yang menentukan.

0 komentar:

Posting Komentar