Jika kau bertanya tentang
organisasi, maka aku jawab dengan pecel. Ya, kenapa harus pecel, karena dalam
pecel itu ada berbagai macam kluban dengan tekstur dan cita rasa yang tak sama.
Begitupun organisasi, di dalam organisasi terdapat berbagai individu dengan
karakter dan cita rasa yang tak sama juga. Namun jika semua kluban disiram
dengan bumbu pecel yang terbuat dari kacang
tanah digoreng, ditumbuk habis-habisan, dicampur uyah yang asin,
dicampur lagi dengan cabe yang pedes, kadang juga asam yang kecut, maka jadilah
pecel. Belum, belum selesai sampai disini, karena karakter pecel yang khas
adalah ditum (diwadaih pake daun pisang dengan cara ditunyuk pake biting (sada
lancip) dengan bentuk yang sedemikian nyeni).
Inilah organisasi kawan, tak ada
organisasi jika satu sama lain saling kuat kuatan otot, kuat kuatan mahluk
piaraan bernama ego. Organisasi tak asik jika orang-orangnya lurus semua,
orangnya geser semua, orangnya spaneng semua, orangnya wagu semua. Satu sama
lain saling melengkapi laksana kluban godhong gandul dan grandel yang pahit,
melengkapi kluban godhong boled yang buket, daun so’ yang pesing, kangkung yang
loyo dan lemes tapi kaya akan serat. Semuanya bersatu padu menjadi satu dalam
perbedaan, tak hanya bersatu saja, namun juga rela mendapatkan siraman rohani
dari ramuan bumbu pecel itu. Bumbu yang akan menjadikan sosok kangkung dan
teman temannya lebih nikmat jika dimakan bersama-sama dibawah siraman kentalnya
bumbu kacang. Uhh, yummy, pecel memang yummy, yang suka pedes tambahkan cabe
secara berlebih, yang suaka asam tambahkan asam jawa secukupnya, yang suka pait
tambahkan pare, yang suka asin sampai kasinen mungkin sedang kepingin nambah
garam (apa hubungannya asin sama kepingin kawin). Yang suka marah-marah,
teruslah memarahi siapapun setelah memarahi diri sendiri, yang suka manis
liatin aku saja biar tambah kecut, bahkan pahit.
Realita organisasi tak semanis es
teh manis di warung pojok itu, tak lebih manis dari senyuman dalam mimpi
indahmu. Organisasi itu pahit, lebih pahit dari obat yang menyembuhkan diri
dari luka egoisme. Organisasi itu pisau untuk menyayat hati dan tanganmu agar
meneteskan darahserta air mata pengorbanan, koraban perasaan. Larilah dari
organisasi jika tak mau disiram kacang yang ditumbuk puluhankali. Untuk apa
berorganisasi jika tak mendapatkan manfaat dari organisasi itu sendiri. Carilah
sebanyak banyaknya dari organisasi semampu tangan meraihnya, semuat saku
menampungnya. Bukan, bukan apa yang kita cari, tetapi apa yang bisa kita beri,
itulah makna yang lebih mendalam dari sebuah oragnisai, wabil khusus organisasi
kita ini.
Berjalanpun boleh semaumu, asal
tak menghalangi jalan bagi yang dibelakangmu dan tidak menghambat bagi yang
didepanmu. Karena kita berjalan dengan kaki kita masing-masing, tak pernah kita
saling tukar kaki untuk merasakan sensasi berjalan dengan kaki yang tertukar.
Berjalan terseok bersama di kegelapan yang semakin menyiksa mata batin dan mata
hati (emang hati juga punya mata yah). Kita mampu berjalan sekencang kencangnya
meninggalkan siapapun yang sama sekali tak menguntungkan kita, namun bukan itu
yang diajarkan organisasi kita kan. Kita berjalan beriringan pada satu garis
yang sama, menunggu dengan sabar jika yang didepan kesulitan, menanti dengan
sabar jika yang dibelakang ketinggalan. Itu akan kita lakukan hanya untuk satu
kata kebersamaan, kekompakan dan keindahan.
Seperti hari ini, dipagi yang
cerah nan indah. Burung berkicau dengan merdu, angin sepoi berhembus dan
berbisik mesra di telinga kita. Menyanyikan lagu tesyahdu yang pernah kita
dengar. Cahaya mentari bersinar begitu mesra, membelai kulit kita dengan
kehangatan. Rumput rumput hijau, tetumbuhan menari riang meyambut kedatangan
sekawanan anak manusia yang sedang berbunga-bunga hatinya. Bahagia karena rasa
cinta yang tak terkira, cinta pada dirinya, cinta pada teman-temannya, cinta
pada ikatannya, cinta pada alamnya. Anak manusia yang hanya punya kata bahagia
dalam kamus perjalanannya. Hari ini adalah hari bahagia untuk kita semua,
melepas tawa yang nyata, melepas penat yang berkecamuk dalam hati. Menangkap
pesona keindahan surgawi, menangkap berjuta energi positive yang kita jumpai.
Berjalan beriringan di atas satu garis yang sama, di atas satu garis perjuangan
yang sama, garis keikhlasan yang tak berbeda, pematang sawah penuh dengan
petuah barokah dari para petani penyemai benih padi. Hari inipun alam tersenyum
bahagia melihat kita yang penuh ceria, dan kita dan alam dan semua ikut
berbahagia bersama.
0 komentar:
Posting Komentar