Get me outta here!

Selasa, 28 Februari 2017

GERAM

Wujud kepolosannya lah yang menjadikan landasan. Sebelum mereka semua tumbuh menyebalkan. Membosankan, dan jauh lebih menjenuhkan. Omong kosong apa, anak-anak bisa kita rubah. Yang merubah adalah dirinya sendiri boy. Ayat-ayat juga sudah menjelaskannya, tidak akan berubah suatu kaum kecuali mereka sendiri yang  merubahnya. Aku sangat kesal ketika melihat anak-anak yang saat kecil begitu menggemaskan. Membuat siapapun yang melihatnya ingin menyentuh, bertanya dan menggodanya. Namun setelah besar, tumbuh menjadi mereka yang sangat menyebalkan. Sekolah, menuntut anak-anak untuk berkelakuan baik. Okelah, guru sudah menconthkan dengan baik. Melarang ini itu, menganjurkan ini itu untuk sebuah kebaikan. Pernah menyadari atau tidak, jika marahnya guru untuk murid-muridnya bukanlah kemarahan sesungguhnya. Asal kau tahu saja, dibalik marah seorang guru, ada sebuah kepedulian yang besar. Tapi bagi yang tidak memahami, untuk apa aku jelaskan. Tak bakal sampai vroh, sekalipun sampai juga bakal ditolak. Kalau memang sudah bebal, ya butuh keajaiban tuhan untuk menyampaikannya.

Aku suka dengan dunia anak, mungkin karena masa kanak-kanakku terlalu bahagia sehingga aku ingin terus mengulangnya setiap hari. Sungguh, aku selalu ingin kembali di saat anak-anak yang penuh dengan tantangan, pembelajaran, dan cerita indah. Meskipun sekarang jauh lebih banyak tantangan, pembelajaran dan cerita indah. Maka, jika kamu mengataiku MKKB (masa kecil kurang bahagia) kamu berarti belum mengerti. Justru masa kecilku jauh lebih bahagia. Dan perlu kamu fikirkan kembali, apakah suka dengan anak-anak sama artinya dengan kekanak-kanakan? Udahlah, buat apa diperpanjang. Jika pemikiranmu masih belum sampe juga maka aku tak akan memaksa. Apa boleh dikata, apa boleh buat. Langsungkan saja hari-harimu dan akan kuteruskan hari-hariku. Aih, indah sekali kurasa bisa berbagi disana-sini.

Aku bukan pengangguran, dan aku juga tidak bekerja. Iya lah, mana ada oengangguran yang lupa kalo hari minggu adalah hari untuk santai-santai? Mana ada pengangguran yang sok sibuk ini itu tak jelas. Tetapi aku tidak bekerja. Memangnya apa pekerjaanku? Mendidik, mengajar, memberi sedikit ilmu, itu bukanlah pekerjaan. Melainkan sebuah panggilan, kewajiban, yang menjadi tuntutan.

Geram aku melihat anak-anak yang katanya bisa dirubah menjadi lebih baik, ternyata tidak. Kita dituntut untuk merubah anak-anak menjadi lebih baik, kita diminta untuk memperbaiki moral anak. Setiap pagi, siang, dan kadang juga ditambah sore. Setiap hari kecuali hari minggu kami berikan apa yang kami punya. Kami sampaikan makna kebaikan, kami ajarkan sopan santun, kami tanamkan pengetahuan. Tapi, semua sia-sia kawan. Orangtua merekalah yang akan menentukan kemana mereka akan melanjutkan perjalanan. Dan lagi-lagi lingkungan turut mendukung keberlangsungan itu. TV, sinetron, game, ah semuanya memaksa mereka untuk melupakan apa yang pernah kami beri. Tak apa, seharusnya kami tak marah. Karena kami memberi bukan untuk dikenang, kami memberi karena kami peduli. Kami memberi sebenarnya kami sedang menanam untuk anak-anak kami nanti. Melalui anak-anaklah kami menitipkan do’a-do’a. Melalui mereka kami menebar benih benih tanaman masa depan.

Tetapi dengan menatap senyum mereka yang masih polos. Menanggapi pertanya’an pertanyaan mereka, menanggapi kekepoan mereka, itu suatu kebahagiaan tersendiri. Meskipun terkadang juga risih, tetapi harus kita beri apa yang kita punya, kasih tau mereka. Bermain, bergumul dengan mereka bisa sedikit melupakan masalalu, hutang, dan harapan-harapan manis yang pernah kau beri lalu kau minta lagi. Sudahlah, aku bahagia tanpa beban. Ini jalanku, aku akan terus berjalan sampai aku temui jalan buntu. Maka aku akan mencari jalan lain. Hahaaa. Maaf merepotkan. Terimakasih luarbiasa sudah mau membuang waktu berharga demi tulisan tanpa makna ini.

Jumat, 24 Februari 2017

To Be Success : Jadikan panggilan jiwamu, sebagai cerita suksesmu

Adalah harapan bagi semua orang. Aku, kamu dan mereka semua pasti berharap akan menjadi orang yang sukses. Tak ada yang terkecualikan, termasuk seorang pemulung macam saya juga punya keinginan menjadi orang sukses. Apakah ini mustahil? Tidak, tidak mustahil sama sekali. Karena sukses adalah hak bagi setiap mereka yang mampu memaknai sukses. Selanjutnya apaitu sukses. Maukah kau mendefinisikan sukses untukku? Aku hanya tau kalau sukses itu adalah tepung terigu yang dibentuk panjang panjang serupa dengan sedap. Sule adalah orang yang memamerkan kesuksesannya. Krik krik. Itu mie sukses isi dua ka, bukan itu maksud sukses disini. 

Sukses tak perlu aku definisikan secara mendetail. Karena ada yang kurang suka sama definisi. Terlihat kayak teoritis kalau apa apa harus didefinisikan dihukumi dan diidrntifikasi secara mendalam. Tetapi jika kamu terus merajuk padaku untuk mendefinisikan sukses. Okelah kalo dipaksa. Awali dari pandangan khalayak ramai tentang sukses. "Dia udah jadi orang sukses, mobilnya dua, istrinya tiga, rumahnya empat, uangnya dimana mana" ini kan yang jadi gambaran sukses bagimu. Ini kan gambaran orang yang cita-citanya sudah tercapai. Apakah setelah itu dia sudah merasa cukup dan tenang? Belum tentu, coba tanyakan saja sama orang yang seperti itu. Orang macam ntu memang serba kecukupan, apapun bisa ia jangkau denga kekayaannya, namun hati siapa tahu. Apakah mereka tenang, bahagia, dan sehahtera? 

Okelah, jika dipandang dari sudut pandang kelayakan hidup memang merekalah gambaran nyata tentang orang sukses. Namun jika acuannya adalah kebahagiaan, maka jangan jadikan mereka sebagai acuan. Jika kata kuncinya sukses adalah kebahgiaan maka lihatlah pak tukang becak yang tidur nyenyak di dalam becaknya saat hujan lebat mulai turun. Lalu pulang kerumah makan bersama anak istrinya. Ini sudah lebih dari cukup untuk dikatakan sebagai sukses. Asalkan hati bahagia, itulah sukses. Pandanganmu tentang sukses itu terlalu tinggi sampai kau cengang melihat gemerlap dunia. Sukses itu sederhana, sesederhana bahagia. Tolak ukur sukses bagi saya bukanlah harta, tapi hati. Harta tak dubawa mati, tapi kebaikan hati akan tetap dikenang walau kita telah mati. Harta semakin banyak semakin menyiksa. Namun semakin tidak ada semakin dicari cari kesana kemari, sampai lupa tentang hakikat dirinya sendiri. Inilah ribetnya sukses. Sukses itu sederhana. Banget malah. Sekali lagi, tergantung bagaimana kita memahaminya. Berikut maqolah dari iklan rokok L.A yang menukilkan tentang makna sukses.

 "Buatku, sukses itu mencari pengalaman, bukan kemapanan" semakin banyak pengalamanku, semakin terwujud kesuksesanku. Jika sukses dipacu lada kemapanan maka seorang bisnisman, seorang fotografer, seorang traveler bukanlah orang sukses.

 "Buatku sukses itu hasil mengejar cinta, bukan uang" karena sekali lagi uang bukanlah segalanya. Uang bukan ukuran kesuksesan seseorang.

 "Buatku sukses itu menggerakan lautan manusia, buka produk perusahaan" sanggup mempengaruhi manusia lain untuk menuju kebaikan adalah wujud kesuksesan. Bukan hanya memamerkan lamborgini, i phone 7, dan semua yang serba canggih serta exclusive harganya.

 "Buatku sukses itu mewujudkan jabatan, bukan hanya mengejar jabatan" lagi lagi jabatan bukanlah ukuran kesuksesan. Jika impianmu telah berhasil kau capai, maka kamulah orang sukses. Karena impianmu selalu menunggu untuk kau taklukan. Kejarlah mimpimu, berhentilah mengejar jabatan, penghidupan. Karena sukses tak harus melulu tentang uang, perusahaan, jabatan, dan kemapanan. 

Sukses itu jika kamu telah merasa bangga atas apa yang kamu usahakan, dan kamu bahagia dengan yang sederhana, dengan kehebatan yang ada padamu. 

Jadikanlah panggilan jiwamu sebagai cerita suksesmu.

Ternyata, Ini Alasan yang Baru Kumengerti



Pembelajaran tentang sebab akibat yang orangtuaku tanamkan padaku sejak kecil adalah saat aku berantem atau bertikai. Aku sangat cemburu dengan teman-teman yang selalu dibela orangtuanya saat menghadapi masalah pertikaian. Aku merasa sangat iri dengan mereka. Karena apa, saat aku bertikai dengan temanku dan aku melaporkan kepada orangtuaku, aku tak akan mendapatkan dukungan sedikitpun. Untung kalau tidak dimarahi, jika aku mengadu tentang itu pasti umpatan yang aku dapati. Aku rasa orangtuaku tak pernah menyayangiku, tak seperti orangtua teman-temanku. Anak sendiri kok nggak dibelain, malah disalah salahkan. Apakah ini wujud kasih sayang orangtua kepada anaknya. Aku adalah anak yang tak mendapat kasih sayang dan perlindungan orangtua.

Contoh kasus adalah saat aku bertikai, atau saat aku dikanu, ditempiling, atau digethak. Aku berinisiatif untuk mengadukannya kepada ayah atau ibuku. Hahahahaa, ini diluar ekspektasi. Jika teman-temanku lakukan itu setidaknya teman yang nakal dipanggil orangtuanya atau setidaknya dihibur dengan “yamen mengko sudrun tek gethake”. Tetapi apa yang terjadi denganku, aku malah justru dimarahi. “Pak, daplun nakal” kataku. Jawab bapakku adalah “lah wong kowe sing nakal disit kon”. Wah, kapok aku. Mulai sejak saat itu, aku tak akan melaporkan orang yang telah melukaiku kepada  orangtuaku, karena pasti akan sia-sia saja. Gak asik banget punya orangtua yang nggak care dengan anaknya sendiri, malah belain anaknya oranglain.

Aku biarkan semuanya terjadi, aku biarkan anak-anak yang menakaliku dengan balasan sebisaku, jika aku tak bisa membalas maka aku akan berdiam diri. Paling sehebat-hebatnya ya hanya menangis lah. Aku kan anak yang cengeng. Waktu terus berjalan meninggalkan masa kecilku dulu menjadi cerita terindah dalam hidupku. Nah, sekarang aku baru sadar, sekarang aku baru mengerti akan model pendidikan yang diterapkan oleh kedua orangtuaku. Mereka tuh gak suka memanjakan anak-anaknya. Mereka membiarkan kami semua hidup dan tumbuh dengan mandiri. Bagaimana jadinya jika dulu saat kecil sedikit sedikit aku lapor dan anak yang dilaporkan langsung dihabisi oleh ayah atau ibuku. Aku jadi anak yang manja, yang sangat bergantung kepada mereka. Sedikit-sedikit lapor, sedikit-sedikit mengadu. Mereka mendidik kami menjadi anak-anak yang sanggup dan mau menyelesaikan urusannya sediri. Berani berbuat, berani bertanggung jawab.

Inilah gunanya aku belajar, untuk apa jadi mahasiwa kalau perkara kecil begini saja gak peka. Hahaha, mahasiwa gadungan yang sampe semester 10 belum juga menyelesaikan skripsinya. Mahasiswa setengah-setengah yang di kampusnya hanya sore dan malam. Itupun dulu, sekarang malah sudah lupa jalan menuju kampus. Tetapi dengan segala keterbatasan ini, setidaknya aku bisa memaknai kasih sayang yang diberikan orangtuaku sejak dulu. Dari sinilah aku mendapatkan pelajaran tentang sebab akibat. Pesan orangtuaku dulu adalah “kowe ora mungkin dinakali, nek kowe ora nakal”. Dan sekaranglah aku pahami itu, kenapa dulu mereka tak pernah membelaku. Dan sekaranglah aku begitu mensyukuri semua itu. Terimakasih buat cuweknya, terimakasih atas ketidakpedulian yang sebenarnya sangat peduli. Kini anakmu sudah tumbuh dan berkembang dengan tanpa manja. Karena memang sejak dulu kalian tak pernah memanjakanku.

Kita tak bakal mendapat perlakuan jelek dari oranglain jika kita tidak memperlakukan oranglain dengan kejelakan. Apa yang kita berikan adalah apa yang akan kita terima. Sebab-akibat itu ada, dan memang benar-benar ada. Harus berapa kali aku katakan pribahasa lama itu. Sudahlah, tengoklah ke belakang, tataplah ke depan. Jangan pernah lelah untuk menanam kebaikan dimana-mana, supaya bisa memanen hasil yang baik pula.

writed by mas pullunk @24 Februari 2017

The Jangkriker


________________________________
 Republiknya jangkrik yang berkata-kata
________________________________
Aku telah benar benar lelah mendengarkan celoteh pepatah yang kini semakin petitih. Mendengarkan seruak bisikan air sungai akupun enggan. Apalagi mendengarkan janji-janji dan harapan petinggi. Hujatan hujatan simpang siur saling berseliweran. Pendukung ini menghujat pendukung itu. Sesama penghujat saling mendukung. Sesama pendukung saling menghujat. Siapa yang didukung dan siapa yang dihujat. Ini bukan masalah hujat hujatan, karena nggak boleh hujat-hujatan. Hujat-hujatan itu bisa mengakibatkan pakaian basah, kepala pusing serta hidung mengeluarkan cairan seperti umbel. Yes. You know the meaning of umbel?
Nah, karena aku sudah pusing memikirkan apa yang seharusnya tak kufikirkan. Dan malah justru tak memikirkan apa yang seharusnya aku pikirkan. Maka, akan lebih baik aku mendengarkan derikan jangkrik yang terdengar nyaring memecah kesunyian hati. Sunyi sepi dan menyatu dengan kedamaian dini hari. Ini justru indah sekali kawan. Aku bercakap-cakap dengan jangkrik-jangkrik yang cantik itu. Meskipun aku tak cakap aku tetap memberanikan diri untuk bercakap dengan jangkrik cantik. Sekaligus bercakap dengan bapaknya jangkrik, wah galak juga tuh bapak jangkrik. Mending mendengarkan jangkrik ah, daripada mendengarkan keluh kesahmu. Atau mendengarkan caci maki dari pendukung yang sekarang sudah mulai memanas karena sedang terjadi dan habis terjadi perebutan kursi kedudukan. 

Aku lebih suka jangkrik yang tak akan mungkin memperebutkan kursi jabatan. Untuk apa jangkrik rebutan kursi, mereka tak butuh kursi. Pernah lihat jangkrik duduk dikursi? Jangkrik yaudah gitu-gitu melulu sejak dulu. Berdiri, tidur, jongkok, tengkurap, ya tetep sama lah. Namanya juga jangkrik. Dan yang lebih keren dari jangkrik adalah mereka rela berkorban untuk orang banyak. Loh, ini realistis sekali bukan. Kalau malam jangkrik berlomba lomba menghibur manusia yang sedang kesepian. Mulai dari orangtua yang sedang bimbang memikirkan hari esok mau makan apa, sampai anak muda gagah yang sedang galau memikirkan kekasihnya. Tak pilah pilih siapa yang akan jangkrik hibur. Dan jangkrik menghiburku dengan begitu ikhlas tanpa pamrih. Nyatanya mereka tak pernah meminta bayaran, atau menyodorkan bungkus permen bekas kepadaku. Jangkrik sukanya begadang, kurangin tidur, banyakin ngopi.

Dan buat yang penasaran sama apa saja yang dikatakan oleh jangkrik, bolehlah diuwer uwer di kediaman saya. Tempatnya para jangkrik saling mengutarakan dan menyelatankan isi keluh kesahnya. Banyak jangkrik disana, ada yang kecil sampai yang besar. Ada jangkrik yang muda dan ada juga yang tua. Ada jangkrik yang gandang (pede ngengkrik) tak sedikit pula yang malu malu bercerita. Ada jangkrik galau, jangkrik gembira, jangkrik makan nasi, jangkrik kehujanan, jangkrik minta pijet, dan ada jangkrik yang kece badai. Selamat datang di dunia jangkrik yang menyenangkan. Semoga anda tidak bosan dan tidak kapok untuk berkunjung kembali ke Jangkriker.blogspot.com. Tinggalkan jejak kalian disini, siapa tahu ini akan jadi hal yang lebih indah. Puji tuhan, tuhan memberkatimu. Salam krik krik......

Kamis, 23 Februari 2017

Motivasi Cita-Cita : Bersama Meraih Mimpi, Meraih Mimpi Bersama



Kadang kita merasa kecewa hari ini, kita merasa kalah hari ini, kita merasa hidup tak sehebat yang kita byangkan. Tetapi hidup itu tak harus melulu tentang kebahagiaan. Kita juga harus ingat, bahwa saat-saat kita merasa kecewa dan kalah sesungguhnya merupakan saat-saat terkuat kita. Cita-cita adalah bagaimana kita meraih kebahagiaan. Fahd Djibran : Hidup Berawal dari Mimpi (2011 : 26)

Bisa dikatakan ini adalah hari puncak dari perayaan atau selebrasi dari harlah mimanusaka yang ke 52. Setelah semua rangkaian kegiatan terlaksanakan, kini saatnya siswa siwi mimanusaka mencoba untuk menuliskan cita – cita, impian, dan harapan mereka. Pagi hari mereka sudah dikejutkan oleh balon-balon yang berwarna warni, berjumlah sekitar dua ratusan. Penjual balon sudah standby di madrasah mereka sejak sehabis shubuh. Dua penjual balon itu tengah sibuk menyiapkan balon helium yang bisa terbang ke angkasa. Siswa siswa mulai asik dan sibuk mengamati kegiatan dua penjual balon yang datang tiba-tiba itu. Usai menggelumbungkan balon, dua penjual itu pergi dan meninggalkan balon warna warni itu di halaman madrasah. Untuk apa ini?

Waktu menunjukan pukul 08.00 ada dua polisi datang ke madrasah mereka. Tak lama kemudian disusul oleh dua tentara yang juga menuju madrasah mereka. Mau ngapain pak polisi dan pak tentara ke sini. Tak lama menunggu, salah satu guru mereka sudah naik ke atas panggug. Mereka langsung bersiap di tempat duduk yang telah disediakan di halaman madrasah. Inilah season motivasi cita-cita. Pembukaan dimulai, dan dua polisi serta dua tentara sudah duduk di atas panggung. Dengan bergantian perkenalanpun dimulai. Oh, pak polisi dan tentara mau memberikan motivasi tentang cita-cita. Tak hanya itu, memberikan wawasan tentang kedisiplinan serta menjaga keamanan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Pak polisi sudah memberikan pemahaman tentang cita-cita, bertanya apakah ada diantara kalian yang ingin jadi seperti bapak. Syaratnya harus disiplin, belajar sungguh sungguh dan terus berdo’a supaya cita-citanya bisa terwujud. Ditambah lagi dengan pak tentara yang menginstruksikan lima cara agar cita-cita bisa terwujud. Apapun cita-citamu jika kamu menjalankan ini, insya Alloh cita-citamu terwujud. Yuh, perhatikan ya adik-adik. Begitu kata pak tentara yang bertubuh kekar dan tegap itu. Supaya kamu bisa meraih cita-citamu, maka kamu harus:

1.  Serius : Belajar yang serius, jangan main main, sungguh sungguh.
2. Disiplin : Kamu harur bisa disiplin dalam semua hal. Berangkat sekolah tepat waktu.
3. Pantang menyerah : Jika cita-citamu ingin benar-benar terwujud, maka kamu tak boleh menyerah. Jika gagal maka ulangi lagi. Jika belum berhasil, coba lagi. Dan begitu seterusnya. Tak boleh pantang menyerah.
4. Belajar : Sebagai siswa, kewajibanmu adalah belajar, belajar, dan terus beajar. Belajar apa? Apa saja yang harus dipelajari. Belajaran pelajaran di sekolah, di rumah. Mengaji dengan rajin.
5. Menghormati orangtua : jika kamu dirumah, disuruh oleh orangtua jangan mengeluh. Berkata yang sopan, dan tidak membentak mereka. Kalau disekolah, maka orangtuamu adalah bapak dan ibu guru. Kamu harus menghormati, mematuhi bapak ibu gurumu. Kerjakan apa yang diperintahkannya. Jangan membuat gurumu marah.

Jika kamu sudah bisa melakukan lima hal tersebut, saya jamin kalian bakal jadi orang yang sukses.

Begitulah pesan-pesan yang disampaikan oleh pak tentara. Tak lupa juga ditambahkan kedisiplinan saat mengikuti upacara hari senin. Pak tentara mengajarkan sikap siap, sikap hormat, istirahat di tempat. Kemudian salah satu siswa disuruh untuk maju ke depan, naik ke atas panggung untuk mempraktekan semua sikap yang telah diajarkan oleh pak tentara. Mulai dari sikap siap sampai dengan istirahat di tempat. Sebelum diahiri, pak polisi menambahkna satu pesan lagi. Untuk anak MI belum boleh mengendarai sepeda motor, jangan suka jail terhadap temannya, tak boleh mencuri, apalagi berkelahi dengan temannya. Karena kita semua itu bersaudara. Saat pak polisi sedang menyampaikan pesan-pesan ini. Munculah mobil putih di halaman madrasah, wah, perhatian siswa siswi sedikit terganggu. Setelah mobil berhenti dan pintu dibuka. Ouh, itu adalah pak dosen dan beberapa mahasiswanya yang akan memberikan motivasi cita-cita juga.

Setelah pak polisi dan pek tentara selesai menyampaikan motivasi cita-cita, kini saatnya pak dosen memberikan motivasinya. Loh, kok yang naik ke panggung bukan pak dosen. Malah dua kakak yang mukanya diaksih putih putih kaya bedak, bibirnya merah, dan ada tompelnya, wah lucu sekali. Mereka berdua adalah kak Hani dan Kak Khotib yang akan memainkan pantomim tentang cita-cita. Seketika gelak tawa siswa-siwi mulai bersautan saat kak Hani dan Kak Khotib memulia pentasnya. Selesai, selnjutnya pak dosen naik ke atas panggung. Perkenalan, dan sudah memulai bercerita tentang banyak hal. Dari cerita pak dosen, intinya jika kita ingin meraih cita-cita, kita harus menyelesaikan pendidikan MI, kemudian melanjutkan ke MTs, lalu MA atau MAN, kemudian baru masuk perguruan tinggi.

Pesan pak dosen yang lebih penting adalah : jika kamu punya cita-cita maka ceritakanlah cita-cita itu kepada orangtua kalian. Karena ketika orangtua mendengar dan mengetahui cita-citamu, secara tidak langsung mereka akan mendoakanmu. Dan setelah cerita selesai, pesan-pesan dan motivasi cita-cita telah tersampaikan kini saatnya meneriakan cita cita. Anak-anak, apa cita-cita kalian? Ayo, sebutkan bersama sama. “aku anak Indonesia, cita-citaku......................” riuh, anak anak mulai menyebutkan cita-citanya masing-masing. Ada yang ingin jadi polisi, tentara, guru, dosen, fotografer, pemadam kebakaran dan yang lainnya. Setelah itu, pak guru membagikan kertas yang sudah dikasih lubang. Dengan mendengarkan intruksi dari pak dosen, siswa siswi mulai menuliskan cita-cita, harapan dan impian mereka di kertas yang telah diberikan oleh bapak dan ibu guru tadi. “Tuliskan cita-citamu, harapanmu, dan mimpimu. Awalilah dengan bismillah, dan sertai dengan do’a, semoga cita-citamu benar-benar tercapai. Amin”

Setelah semua selesai menuliskan cita-citanya. Selanjutnya adalah pembagian balon oleh bapak dan ibu guru. Kertas digantungkan dibalon, lalu diterbangkan bersama-sama ke angkasa. Dengan antri dan tertib, mereka menanti mendapatkan jatahnya. Dan bagi yang sudah mendapatkan, mereka langsung menuju lapangan belakang untuk menerbangkannnya ke angkasa secara bersama-sama. Dan selebrasi ini juga sebagai pertanda harlah mimanusaka yang 52. Ini menyenangkan sekali, dan tentunya menarik perhatian para wali murid, dan masyarakat sekitat. Penerbangan balon diawali dengan penyampaian maksud, tujuan, dan harapan oleh kepala Madrasah Bpk.Ahmad Mualif. Dilanjutkan dengan penghitungan mundur untuk melepaskan cita-cita mereka bersama balon menuju angkasa. Bismillahirrohmanirrohim, dengan dilepaskannya balon-balon kita, semoga cita-cita kita terwujud, madrasah kita semakin jaya. Tiggaa... Duaaa.. Sattuuuu.. Balonpun dilepas bersama sama. Suasana riuh dan gaduh mulai terdengar. Ekspresi ceria, bahagia dan gembira terpancar dari wajah-wajah polos mereka. Tuhan, ini indah sekali. Ini jadi hari yang berbagahagia bagi kita semua.

Acara penerbangan balon dan motivasi cita-cita sudah selesai, namum mimpi kita tak akan pernah usai. Setelah kita melakukan kegiatan tersebut, mari kita gali makna sebuah cita-cita, makna sebuah mimpi.
Mimpi dan cita-cita adalah harapan dihari esok, agar lebih cerah dan bahagia. Cita-cita bukanlah tujuan utama, tetapi tanpa cita-cita hidup kurang bermakna. Cita-cita tak hanya sebatas profesi belaka. Cita-cita adalah keyakinan, keinginan, dan harapan yang terpatri dalam hati untuk menyulut semangat menjalani hari hari dalam menggapai mimpi. Cita-cita bagi seseorang berbeda dengan cita-cita bagi orang lain. Ada yang mempunyai anggapan bahwa cita-cita adalah suatu harapan yang harus digapai. Tetapi ada pula yang beranggapan bahwa cita-cita hanyalah mimpi belaka, yang hanya mimpi sebatas mimpi. Maka, bagi mereka yang meyakini mimpi dan cita-cita, akan jadi sebuah semangat baru untuk mendapatkannya. Namun bagi mereka yang menganggapcita-cita hanya mimpi belaka. Maka cita-cita tak memiliki arti yang bermakna. Hidup begitu-begitu saja. Ibarat air adalah mengikuti aliran air dari gunung samapai turun ke laut.

Cita-cita memang bukan segalanya, mimpi hanya sebatas mimpi jika dibiarkan saja. Untuk menaklukan mimpi, butuh ambisi yang tinggi, dan juga sadar diri. Maksudnya apa ini? Kalau membuat cita-cita ya yang realistis dong. Masaiya orang ndesa macam saya ini membuat cita-cita jadi astronot. Kalau sekarang saya guru, maka buatlah cita-cita jadi dosen. Kalau sekarang saya kuli, bercita-citalah menjadi mandor. Kalau sekarang saya adalah tukang becak, bercita citalah jadi juragan becak. Saya pikir ini cita-cita yang realistis. Namun jangan sampai ini dijejalkan pada anak secara mentah-mentah. Biarkanlah anak anak bermimpi, bercita-cita sesuai apa yang dia mau. Karena tugas orangtua, tugas guru adalah mendoakan serta mengantarkannya. Inilah kira-kira pemahaman tentang mimpi dan cita-cita.

Dan kenapa kita harus punya cita-cita. Karena kita hidup itu butuh arah, ibarat dalam hidup, kita mau membuat rumah, maka kita harus mempunyai desain atau gambar dasar rumah itu. Entah nanti hasilnya sama atau tidak, yang penting kita sudah mempunyai gambaran. Tukang jait sebelum membuat baju juga butuh ukuran, gambar, dan angan-angan kan. Ya kira kira begitulah pemahaman dasar tentang cita-cita. Kita buat alur perjalanan hidup di masa mendatang. Membuat rancangan kehidupan di masa depan. Kita butuh cita-cita supaya hidup kita lebih terarah. Kalau cita-cita kita sudah tercapai berarti sudah selesai pencarian hidup kita? Tinggal menunggu mati? Ya tidak juga, saat satu cita-cita terpenuhi maka muncul lagi cita-cita yang lain. Kembalikan lagi pada sifat manusia yang tak pernah merasa puas dengan apa yang telah didapatkannya. Dikasih satu minta dua, dikasih dua minta empat. Dan begitupun seterusnya sampai mereka masuk ke dalam liang lahat.

Gambaran cita-cita secara umum adalah gambaran tentang profesi, pekerjaan di masa depan. Namun bagi umat islam, cita-cita tertinggi adalah Ridho Alloh. Apapun profesimu, bagaimanapun keadaanmu di masa depan. Selama kamu terus mencari ridho Alloh, maka hidupmu akan bahagia. Mengeluh secukupnya, bersedih sewajarnya, dan bersyukur sebanyak banyaknya.

Kaliwedi, 14 Februari 2017
@Faiz ahsan riyadi