Mungkin arah mata angin pada kompas yang aku bawa
sudah mulai beralih haluan. Bukan lagi mengarah kepada mereka yang selalu
memperhatikanku dengan sinis dan seakan memendam kebencian. Daun yang kupandang
didepan rumahpun sudah tak lagi sehijau dulu. Musim telah berganti, bukan lagi
musim kemarau yang sangat asyik untuk dijadikan momen bermain layang – layang
oleh anak anak pribumi. Mungkin kini hawa panas mulai terasa, terik matahari
yang menyilaukan pandangan. Memaksaku harus membuka mata lebih lebar,
menerawang dan menyibakan pandangan pada padang safana hijau yang luas di depan
sana. Apakah ini sudah waktunya kukenakan alas kaki kesederhanaan, menggendong
tas berisi bekal kesabaran, dan memenuhi botol air minum dengan jernihnya air
keikhlasan, meninggalkan jejek – jejak tak terhapuskan. Inikah saatnya kulangkahkan
kaki dari keterasingan yang tak terbatas oleh pagar norma dan agama serta
sosial.
Kurasa sudah cukup kepicikan dan
kekerdilan berfikirku, sekarang sudah bukan lagi saatnya untuk menyibukan diri
mencari perhatian dari para penggembala dan hewan penghuni hutan kehidupan ini.
Apa yang dulu anggapku sangatlah mewah, ternyata hanya mewah saat berada di
tangan mereka, tak semenarik dan semewah saat telah berada dalam genggamanku.
Ini saatnya kulangkahkan kaki,
segera beranjak dari tempat ini. Mulailah menjadi pengembara kehidupan yang
lebih bijaksana, tawadlu, rendah hati, dan selalu mawas diri. Inilah saatnya
aku harus mulai menapakan kaki di kerumunan orang – orang dengan berbagai latar
belakang yang berbeda, harus pandai memilah dan memilih kata supaya enak
didengar oleh mereka dan tidak menyakiti hati serta perasaan mereka. Harus
berani mengatakan kebenaran, dan menjadi pelopor perubahan menuju hari yang
lebih terang berawan. Inisiatif mengusir kabut dan mendung akan segera mejadi
PR yang akan ditanyakan oleh pak guru saat hari senin besok.
Maaf merepotkan,
terimakasih sudah membaca.
0 komentar:
Posting Komentar