Get me outta here!

Selasa, 14 November 2017

Jika dipinjami Pintu Ajaibnya Doraemon, Aku Akan . . .



 Selamat malam jangkrik. Kamu lagi ngapain? Kesepian yah? Sama, aku juga iya. Kamu kenapa gag bernyanyi malam ini, hah, apa? Bete.. uluh uluh kasihan bener. Kamu mau nggak aku hibur dengan cerita cerita yang krik krik dariku? Yaudah, dengerin yah ceritaku. Eh, kamu boleh kok menimpaliku disetiap ceritaku yang garing. Iya, dengan nyanyianmu itu . Krik krik..

Wah, prolog yang sangat berkesan. Dimulai dari percakapanku dengan jangkrik yang kesepian malam ini. Pantaslah, sedari sore hujan terus-terusan mengguyur tanah tak berdosa. Ah, jadi banyak genangan disana sini. Sementara, ibu di dapur sedang memeras parutan kelapa untuk dijadikan santan. Iya, menu sore ini adalah santan godhong budin dan gorengan gesek. Tarraaaa.. sedap sekali yah. Apalagi kalau nasinya masih hangat. Huaahmm. Lezat sekali. Senja, hujan turun ditemani santan godong mbudin dan nasi yang masih mengepul hangat.

Dan kali ini, aku tidak akan bercerita tentang jangkrik, bukan pula tentang hujan.  Tentunya juga bukan tentang genangan dan juga santan yah. Kali ini aku akan bercerita tentang warna. Ya, semua yang ada dimuka bumi ini punya warna. Bunga melati warnanya merah, bunga mawar warnanya putih. Daun warnanya hijau, malam warnanya hitam. Kalau dicampurin maka akan berwarna warni. Membuat kolase keindahan di dalam banyaknya perbedaan. Warna akan tampak jika dilihat dengan mata terbuka. Seorang manusia akan dapat membedakan warna jika ia tidak sedang tidur. Dan, warna bisa terlihat jika ada cahaya. Kamu pasti tak akan bisa melihat warna nasi saat mati lampu kan? Kecuali kalau kamu menyalakan lilin atau senter.

Biru, adalah warna faforitku yang aku tuliskan di buku diary saat aku duduk di bangku smp delapan tahun yang lalu. Pernah gak sih, nulis nulis dear diary gitu? Nama, alamat, hobi, mafa, mifa, wafa dan fa fa fa yang lainnya. Ah, indah sekali jika kuingat masa masa itu. Bertukar cerita lewat kertas. Surat laci sekalipun surat kaleng, sampe tuker tukeran diary. Barter puisi dan imajinansi. Aih, lebay nggak sih kalau ada cowok yang kayak gitu? Tapi itu bukan Cuma aku saja yah. Termasuk teman teman cowokku yang lain. Terhitung sekitar ada tiga, empat, ah sudah lah. Lupakan.

Biru, intinya aku suka biru. Seperti sesuka aku sama nasi.  Dan tahukah kamu ada apa dengan biru? Ya, biru adalah doraemon. Dan kamu tau kenapa doraemon gag punya telinga. Karena waktu itu, doraemon telinganya digigit tikus, terus di amputasi dah tuh telinga. Kasihan ya doraemon. Padahal aku suka banget tuh sama doraemon. Dan doraemon tiba-tiba hadir ditengah kita untuk membuat hari-hari kita menjadi lebih berwarna. Aku adalah nobita, dan kamu adalah suzuka yang pandai main biola. Dan yang aku tau, selain pandai main bola, suzuka juga pandai membuatku deg deg ser. Aih, perasaan apa lagi ini. Aku sudah lama untuk tidak mengenang kisah di dalam botol mizone. Tetapi kenapa sekarang justru suzuka yang mengantarku ke dalam botol itu.

Awalnya aku bertemu dengannya saat pulang sholat jum’at. Iya, suzuka sedang bermain main dengan tiga temannya. Eh, kenapa juga aku harus tebar-tebar bunga di jalan. Kan, jadi gini akhirnya. Singkat cerita aku mengajak shuzuka bermain-main di taman bunga. Eh, doraemon datang. Doraemon menawarkan berbagai alat alat canggih yang ada di dalam kanthongnya. Satupun dari alat alat canggihnya, aku tak tertarik sedikitpun. Aku lebih tertarik pada bunga yang bermekaran di hadapanku. Dan apa? Bunganya layu seketika. Aku pergi sejauh jauhnya meninggalkan taman tanpa jejak. Bahkan aku hapus jejak yang tertinggal di taman bunga itu. Aku anggap jejak-jejaku adalah dosa masa lalu yang harus disingkirkan dari jalan. Bukan apa apa, aku cuma hawatir saja keinjak sama orang lain yang kebetulan lewat disana.

Waktu berjalan lebih lama dari biasanya. Tanpa apa-apa dan tanpa siapa-siapa aku bertapa di atas bukit ini, di atas batu besar ini. Melihat semua yang telah terjadi. Berimajinasi tentang apa yang kuinginkan untuk terjadi. Ah doremon, dia tiba-tiba datang menghampiriku. Dia ragu-ragu menawariku alat-alat canggihnya. Dia sudah tau kalau tawarannya akan aku tolak semua. Tetapi dengan rendah hati, doraemon menunjukan alat yang berbentuk kotak. Seperti pintu, iya ini mirip sekali dengan pintu. “apa ini namanya doraemon?” tanyaku penasaran. “Pintu ajaib” katanya dengan penuh percaya diri. Dan entah kenapa, aku yang sejak dulu tak pernah tertarik dengan alat aneh dan tak masuk akal. Tiba tiba kepo dengan alat ini. Aku kepo dengan apa yang bisa dilakukan oleh pintu ajaib untuk ku. Aku tanya dan doraemon menjelaskan seperti seorang sales panci.

Tanpa pikir panjang, setelah penjelasan panjang dari Doraemon. Akhirnya dengan pintu ajaib doraemon yang kebetulan berwarna biru itu, aku berjalan-jalan ke tempat yang pernah ku kunjungi. Sampai ke tempat-tempat yang belum pernah ku kunjungi. Tetapi yang membuat mataku terpana adalah saat aku tak sengaja masuk pintu ajaib doraemon. Dan aku sudah berada di dalam rumah seseorang. Di sana ada dapur yang mengepul mengeluarkan asap. Tercium bau sedap di dalamnya. Dan setelah kucoba melihat lebih dekat ke dapur itu, ternyata ada suzhuka dan seorang anak sepertiku. Mereka berdua sedang memasak. Bakwan, ya mereka sedang memasak bakwan. Selesai, lalu menumis kangkung. Ah, mereka sedang masak bakwan dan tumis kangkung. Lalu lalu... makan bersama. ­Nah ayah ibu mereka kemana? Owh dinas luar kota. Pantaslah.

Lewat pintu itulah aku mengunjungi rumah lain. Melihat Kamu yang membangunkanku dari tidur di hari raya idul fitri, dan bermaaf-maafan lalu mengajak selfi? Apa-apa’an ini, ini tak adil sama sekali. Dan aku mengurungkan memaki diri sendiri. Buat apa, toh hari idul fitri tahun besok akan segera datang. Dan itu hanya imajinasi, mana ada orang bangun tidur langsung maaf-maafan lalu genit-genitan di depan camera.

Biru, sepedaku warna biru. Hadiah ulang tahunku. Dibelikan oleh ayahku. Dan dengan sepeda baru, aku berburu jambu. Jambu biji yang teramat manis dan tak berbiji. Ini jambu biji terlezat yang pernah aku makan. Jambu biji bercerita kepadaku tentang masa lalu. Membuat hati bagai tergores sembilu. Jadi terasa ngilu-ngilu gimana gitu. Jambu biji memperkenalkanku pada botol-botol plastik berjumlah ratusan. Lalu mengajakku menikmati senja bersama mereka. Menyusuri jalanan penuh dengan bunga-bunga. Dan botol mengajaku untuk membuat sebuah video klip. Tapi aku enggan, ini gak asik. Gak asik sama sekali. Tapi apa, kini aku tak bisa membuktikan bahwa aku pernah bermain bersama botol hingga larut malam. Tak dimarahi oleh bapaknya botol, tak pula dimarahi oleh ibunya botol. Malah terimakasih, Karena sudah mengajak botol jalan jalan. Hehe... sebenarnya ini cerita apa sih. Ada botol ada bakwan, ada jambu biji. Waduh makin tak jelas lagi arahnya. Tapi andai saja kamu maksud dengan apa yang aku ceritakan. Pastilah kamu akan menikmati sekali apa yang aku katakan kata demi kata. Sampai kamu benar benar tertidur dengan nyenyak dan bermimpi bertemu dengan ribuan botol beterbangan bersama bintang gemintang. Tetapi aku, aku tak ingin membagi cerita dari botol.

Terimakasih mas doraemon, pintu ajaibnya sungguh menghiburku. Aku yang kesepian menjadi ceria kembali setelah ditemani pintumu itu. Sekali lagi terimakasih. Kapan- kapan main lagi kesini yah. Siapa tau aku tertarik dengan alat-alatmu yang lain.

0 komentar:

Posting Komentar