Selamat malam jangkrik. Kamu
lagi ngapain? Kesepian yah? Sama, aku juga iya. Kamu kenapa gag bernyanyi malam
ini, hah, apa? Bete.. uluh uluh kasihan bener. Kamu mau nggak aku hibur dengan
cerita cerita yang krik krik dariku? Yaudah, dengerin yah ceritaku. Eh, kamu
boleh kok menimpaliku disetiap ceritaku yang garing. Iya, dengan nyanyianmu itu
. Krik krik..
Wah, prolog yang sangat
berkesan. Dimulai dari percakapanku dengan jangkrik yang kesepian malam ini.
Pantaslah, sedari sore hujan terus-terusan mengguyur tanah tak berdosa. Ah,
jadi banyak genangan disana sini. Sementara, ibu di dapur sedang memeras
parutan kelapa untuk dijadikan santan. Iya, menu sore ini adalah santan godhong
budin dan gorengan gesek. Tarraaaa.. sedap sekali yah. Apalagi kalau nasinya
masih hangat. Huaahmm. Lezat sekali. Senja, hujan turun ditemani santan godong
mbudin dan nasi yang masih mengepul hangat.
Dan kali ini, aku tidak akan
bercerita tentang jangkrik, bukan pula tentang hujan. Tentunya juga bukan tentang genangan dan juga
santan yah. Kali ini aku akan bercerita tentang warna. Ya, semua yang ada
dimuka bumi ini punya warna. Bunga melati warnanya merah, bunga mawar warnanya
putih. Daun warnanya hijau, malam warnanya hitam. Kalau dicampurin maka akan
berwarna warni. Membuat kolase keindahan di dalam banyaknya perbedaan. Warna
akan tampak jika dilihat dengan mata terbuka. Seorang manusia akan dapat
membedakan warna jika ia tidak sedang tidur. Dan, warna bisa terlihat jika ada
cahaya. Kamu pasti tak akan bisa melihat warna nasi saat mati lampu kan? Kecuali
kalau kamu menyalakan lilin atau senter.
Biru, adalah warna faforitku
yang aku tuliskan di buku diary saat aku duduk di bangku smp delapan tahun yang
lalu. Pernah gak sih, nulis nulis dear diary gitu? Nama, alamat, hobi, mafa,
mifa, wafa dan fa fa fa yang lainnya. Ah, indah sekali jika kuingat masa masa
itu. Bertukar cerita lewat kertas. Surat laci sekalipun surat kaleng, sampe
tuker tukeran diary. Barter puisi dan imajinansi. Aih, lebay nggak sih kalau
ada cowok yang kayak gitu? Tapi itu bukan Cuma aku saja yah. Termasuk teman
teman cowokku yang lain. Terhitung sekitar ada tiga, empat, ah sudah lah.
Lupakan.
Biru, intinya aku suka biru.
Seperti sesuka aku sama nasi. Dan
tahukah kamu ada apa dengan biru? Ya, biru adalah doraemon. Dan kamu tau kenapa
doraemon gag punya telinga. Karena waktu itu, doraemon telinganya digigit
tikus, terus di amputasi dah tuh telinga. Kasihan ya doraemon. Padahal aku suka
banget tuh sama doraemon. Dan doraemon tiba-tiba hadir ditengah kita untuk
membuat hari-hari kita menjadi lebih berwarna. Aku adalah nobita, dan kamu
adalah suzuka yang pandai main biola. Dan yang aku tau, selain pandai main
bola, suzuka juga pandai membuatku deg deg ser. Aih, perasaan apa lagi ini. Aku
sudah lama untuk tidak mengenang kisah di dalam botol mizone. Tetapi kenapa
sekarang justru suzuka yang mengantarku ke dalam botol itu.
Awalnya aku bertemu dengannya
saat pulang sholat jum’at. Iya, suzuka sedang bermain main dengan tiga
temannya. Eh, kenapa juga aku harus tebar-tebar bunga di jalan. Kan, jadi gini
akhirnya. Singkat cerita aku mengajak shuzuka bermain-main di taman bunga. Eh,
doraemon datang. Doraemon menawarkan berbagai alat alat canggih yang ada di
dalam kanthongnya. Satupun dari alat alat canggihnya, aku tak tertarik
sedikitpun. Aku lebih tertarik pada bunga yang bermekaran di hadapanku. Dan apa?
Bunganya layu seketika. Aku pergi sejauh jauhnya meninggalkan taman tanpa
jejak. Bahkan aku hapus jejak yang tertinggal di taman bunga itu. Aku anggap
jejak-jejaku adalah dosa masa lalu yang harus disingkirkan dari jalan. Bukan
apa apa, aku cuma hawatir saja keinjak sama orang lain yang kebetulan lewat
disana.
Waktu berjalan lebih lama dari
biasanya. Tanpa apa-apa dan tanpa siapa-siapa aku bertapa di atas bukit ini, di
atas batu besar ini. Melihat semua yang telah terjadi. Berimajinasi tentang apa
yang kuinginkan untuk terjadi. Ah doremon, dia tiba-tiba datang menghampiriku. Dia
ragu-ragu menawariku alat-alat canggihnya. Dia sudah tau kalau tawarannya akan
aku tolak semua. Tetapi dengan rendah hati, doraemon menunjukan alat yang
berbentuk kotak. Seperti pintu, iya ini mirip sekali dengan pintu. “apa ini
namanya doraemon?” tanyaku penasaran. “Pintu ajaib” katanya dengan penuh
percaya diri. Dan entah kenapa, aku yang sejak dulu tak pernah tertarik dengan
alat aneh dan tak masuk akal. Tiba tiba kepo
dengan alat ini. Aku kepo dengan apa
yang bisa dilakukan oleh pintu ajaib untuk ku. Aku tanya dan doraemon
menjelaskan seperti seorang sales panci.
Tanpa pikir panjang, setelah
penjelasan panjang dari Doraemon. Akhirnya dengan pintu ajaib doraemon yang
kebetulan berwarna biru itu, aku berjalan-jalan ke tempat yang pernah ku
kunjungi. Sampai ke tempat-tempat yang belum pernah ku kunjungi. Tetapi yang
membuat mataku terpana adalah saat aku tak sengaja masuk pintu ajaib doraemon.
Dan aku sudah berada di dalam rumah seseorang. Di sana ada dapur yang mengepul
mengeluarkan asap. Tercium bau sedap di dalamnya. Dan setelah kucoba melihat lebih
dekat ke dapur itu, ternyata ada suzhuka dan seorang anak sepertiku. Mereka
berdua sedang memasak. Bakwan, ya mereka sedang memasak bakwan. Selesai, lalu
menumis kangkung. Ah, mereka sedang masak bakwan dan tumis kangkung. Lalu lalu...
makan bersama. Nah ayah ibu mereka kemana? Owh dinas luar kota. Pantaslah.
Lewat pintu itulah aku
mengunjungi rumah lain. Melihat Kamu yang membangunkanku dari tidur di hari
raya idul fitri, dan bermaaf-maafan lalu mengajak selfi? Apa-apa’an ini, ini
tak adil sama sekali. Dan aku mengurungkan memaki diri sendiri. Buat apa, toh
hari idul fitri tahun besok akan segera datang. Dan itu hanya imajinasi, mana
ada orang bangun tidur langsung maaf-maafan lalu genit-genitan di depan camera.
Biru, sepedaku warna biru.
Hadiah ulang tahunku. Dibelikan oleh ayahku. Dan dengan sepeda baru, aku
berburu jambu. Jambu biji yang teramat manis dan tak berbiji. Ini jambu biji
terlezat yang pernah aku makan. Jambu biji bercerita kepadaku tentang masa
lalu. Membuat hati bagai tergores sembilu. Jadi terasa ngilu-ngilu gimana gitu.
Jambu biji memperkenalkanku pada botol-botol plastik berjumlah ratusan. Lalu
mengajakku menikmati senja bersama mereka. Menyusuri jalanan penuh dengan
bunga-bunga. Dan botol mengajaku untuk membuat sebuah video klip. Tapi aku
enggan, ini gak asik. Gak asik sama sekali. Tapi apa, kini aku tak bisa
membuktikan bahwa aku pernah bermain bersama botol hingga larut malam. Tak dimarahi
oleh bapaknya botol, tak pula dimarahi oleh ibunya botol. Malah terimakasih,
Karena sudah mengajak botol jalan jalan. Hehe... sebenarnya ini cerita apa sih.
Ada botol ada bakwan, ada jambu biji. Waduh makin tak jelas lagi arahnya. Tapi
andai saja kamu maksud dengan apa yang aku ceritakan. Pastilah kamu akan
menikmati sekali apa yang aku katakan kata demi kata. Sampai kamu benar benar
tertidur dengan nyenyak dan bermimpi bertemu dengan ribuan botol beterbangan
bersama bintang gemintang. Tetapi aku, aku tak ingin membagi cerita dari botol.
Terimakasih mas doraemon, pintu
ajaibnya sungguh menghiburku. Aku yang kesepian menjadi ceria kembali setelah
ditemani pintumu itu. Sekali lagi terimakasih. Kapan- kapan main lagi kesini
yah. Siapa tau aku tertarik dengan alat-alatmu yang lain.
0 komentar:
Posting Komentar