Si Kelinci itu cewek dengan
umur masih sangat belia (baca: seumur jagung). Waktu masih kecil dia sangat
unyu, siapa saja ingin menggendong dan memilikinya (kecuali yang phobia sama
kucing). Kukasih dia kalung sebagai ungakapan entahku kepadanya. Nah, kukasih
makan juga dia pake sesuatu dengan merk universal.
Lambat laun si kelinci tumbuh
semakin dewasa, dan kini tumbuh menjadi seekor kucing yang sangat menggiurkan
setiap lawan jenis yang lewat di depan rumahnya. Si Kelinci jadi seekor gadis
yang sholehah dan cerdas (pantaslah, tidurnya diatas buku buku dan kadang ikut
mendengarkan ceramah dan tausiah dari seseorang yang katanya adalah ayahku).
Si Kelinci ahir-ahir ini
sering didatangi pemuda kucing dari kediaman tetangga dekat sampi tetangga
jauh. Kabar bahwa Si Kelinci mempunyai kecantikan inner beauty telah menyebar
dari mulut ke mulut.
Akibatnya, banyak kucing cowo
berdatangan kerumahnya. Dan dari sudut pandangku semuanya ganteng-ganteng dan
juga macho. Tetapi apa yang terjadi, Si Kelinci tetap mengelak saat didekati
oleh cowo manapun. Bahkan jika ada yang mencoba menyentuhnya maka tak segan ia
meraung dan mengacungkan cakarnya yang kekutannya tak seberapa itu.
Si kelinci
mempertahankan diri dari kucing manapun. Mungkin ia merasa masih belum pantas
untuk membina rumah tangga, atau dia merasa belum ada kucing yang berkualitas
untuknya. Atau entahlah, aku tak bisa baca pikiran kucing.
Pelajaran yang dapat kita
petik adalah, sekalipun engkau jadi jomblo maka jadilah jomblo yang berkualitas
dan bersinegritas serta loyalitas dan tas tas yang lain.
"mungkin Si Kelinci masih
ingin menjadi kaum elite intelek"
hekhekhekk...
0 komentar:
Posting Komentar