Get me outta here!

Kamis, 11 Januari 2018

Gula-gula cinta dari Yolanda.



Entah apa atau siapa yang menjadikanku ambigu dan apatis seperti saat ini. Mungkin kamu, sosok makhluk yang entah siapa namamu dan dimana kamu sekarang, dengan siapa, semalam berbuat apa, Yolanda (Kangen Band). Kamu sang Yolanda yang membuatku ingin sekali menorehkan sesuatu senja ini. Kamu pembohong, katamu senjaku akan baik-baik saja. Kau bilang begitu saat kau masih bersamaku di tepi pantai dan kau mengantongi sepucuk senja. Tetapi apa, ahir-ahir ini senja menjadi lebih dingin seperti bayam di dalam kulkas tanpa sentuhan tanganmu. Kau bilang aku pasti akan baik-baik saja tanpamu. Tapi kenyataannya, aku jadi semakin ganteng dan keren. Yolanda, pernahkah kau berfikir aku akan se keren ini setelah kau tinggalkan aku dan kamu memilih  pergi bagitu saja dengan yang lain.

Apa kau fikir ini adil, kau mengajakku bertepuk tangan bersama tetapi ternyata hanya aku yang bertepuk? Sedangkan kau memilih bertepuk dengan tangan yang lain di belakangku. Kau bertepuk tangan atas tingkahku yang semakin konyol dan kaku setelah kau tinggalkanku. Berhentilah bertepuk tangan untukku Yolanda, aku ini bukan artis, aku ini bukan biduan, aku juga bukan burung merpati, tetapi aku hanyalah Vino G Bastian yang menjelma menjadi Wiro Sableng muridnya Sinto Gendheng. Apa kau tak takut dengan kapak sakti 212 ku, apa perlu kuminta kapak 414 dari guruku biar kamu mau menghiasi senjaku lagi?

Kamu bilang aku terlalu baik untukmu, bukankah sebenarnya kamu yang terlalu jelek untukku? Tapi apa pedulilku, aku tak mencintai baik dan jelekmu. Aku mencintai kamu, kamu kemana Yolanda, dengan siapa, semalam berbuat apa. Dimanapun kamu berada saat ini, aku tetap mencintai dzatmu, sekalipun jika namamu kini telah berubah menjadi Prili Latukon Sina, atau Sazkia Gotik, atau Nella Karisma X 125, atu Via Vallen, aku tetap mencintaimu. Karena yang kucinta bukan fisikmu, bukan cantikmu, tetapi hartamu.

Senja ini adalah senja terpahit kedua setelah senja kemarin ketika gula di warung naik dan aku tak punya uang untuk membeli manisnya senja . Benar-benar pahit, kini kopiku hanya kopi masa lalu yang kuseduh dengan rebusan air mata dan sedikit kenangan bersamamu. Sedangkan di luar hujan turun rerintikan memutar lagu seperti lagu saat bersamamu. Dan rinduku menetas bagai tetes hujan yang berjatuhan,seketika mati menghantam tanah dan bebatuan. Aku sungguh membutuhkanmu Yolanda, aku butuh kamu untuk membelikan gula dengan uangmu. Aku tau hari-hariku akan tetap manis dengan uangmu, terlebih dengan senyumanmu yang menggemaskan itu.

Lalu aku tiba-tiba terkejut dengan kedatangan seorang kurir J&T, memberiku sebungkus paketan dari seseorang. Ku buka perlahan dan seketika aku meneteskan air liur, lalu berkata : Oh, terimakasih Tuhan.

Ternyata Yolanda tidak pergi kemana-mana, hanya lagi menjadi babu pendidikan di kota sebrang. Dan kini mengirimiku dua kilo gula yang lebih manis dari gula-gula yang pernah aku rasa sebelumnya. Itu lebih dari cukup untuk ku gunakan sebagai pemanis kopi pendamping senjaku yang pahit. Dan kubaca catatan di balik bungkus gulanya.

“ Jangan boros-boros, ini kiriman gulaku yang terahir mas, semoga kamu mampu memaniskan senjamu untuk jangka waktu yang terlama “

“ Siap Yolanda, Mamasmu akan lebih kuat dan lebih tahan lama dengan gula-gula cintamu. Ini cukup untuk dua tahun ke depan “

TAMAT.

0 komentar:

Posting Komentar