Get me outta here!

Jumat, 12 Januari 2018

ISI adalah KOSONG, KOSONG adalah ISI, tong KOSONG nyaring bunyinya.




Ketika manusia terlahir di dunia kedua telapak tangan manusia pasti menggenggam. Lihatlah seorang bayi mungil yang baru lahir dan menangis keras saat merasai dinginnya dunia ini, kedua belah tangannya pasti menggenggam. Dan akan terbuka saat manusia itu telah menghembuskan nafasnya yang terakhir. Lihatlah telapak tangan orang yang telah meninggal, harusnya tangan menggegam karena menahan sakitnya sakarotul maut, tetapi kenyataannya sebaliknya. Ini menandakan bahwa sejak lahir manusia sudah mempunyai hasrat dan naluri keserakahan. Selain mempunyai makna keserakahan, ini juga berarti manusia mempunyai sifat dasar tidak akan pernah puas. Punya kaki minta sepeda, punya sepeda minta motor, punya motor minta mobil, punya mobil minta helikopter, dan ternyata punya helikopter tak punya kaki tak ada artinya apa-apa.
 
Hasrat dan keinginan manusia tak akan pernah ada batasnya. Liang lahat dan kain kafanlah yang akan menjadi simbol berhentinya keserakahan manusia, mati. Jika menuruti gengsi, hasrat, nafsu, keinginan, kecukupan, pasti tak akan pernah tersentuh oleh telapak tangan kita yang selalu ingin menggenggam dunia ini. Karena hasrat dan teman-temannya itu seperti langit. Terlihat dekat dan tak tinggi, tetapi setelah didekati tak didapati. Langit bersentuhan dengan ujung gunung, kita mendaki gunung sampai ke puncak dan langit masih tetap tinggi. Langit bersentuhan dengan air laut di ujung samudra, kita arungi lautan dan sampai di ujung sana langit masih terlalu tinggi untuk digapai, fakta.

“ Di atas kita, kini langit. Di atas kita, besok tanah ”

Semua yang ada di dunia ini seakan menjerit minta untuk kita miliki, tetapi semakin memiliki semakin tak berarti. Milik orang lain selalu terasa lebih indah dari milik sendiri. Dari sinilah muncul sifat manusia yang selanjutnya, iri dan dengki. Bahkan drama tentang iri dengki ini sudah ditayangkan di awal penempatan manusia di muka bumi ini. Aktor yang memerankannya adalah qobil dan habil yang memperebutkan istri yang lebih cantik. Habil dibunuh oleh qabil karena menurut aturan perkawinan harus silang, tidak boleh menikahi kembarannya. Habil menikahi kembarannya qobil yang parasnya lebih cantik, dan qobil harus menikahi kembarannya habil yang parasnya tak secantik kembarannya sendiri. Qobil naik pitam dan hendak membunuh habil jika mereka benar-benar menikah. Nyatanya habil terbunuh dan mati. Jika saat itu aku datang di hadapan mereka berdua, maka aku akan berkata :

“ Jika kalian mencintai dan menikahi seseorang karena parasnya, bagaimana kalian akan mencintai Tuhan yang belum pernah kalian lihat parasnya, eaa “

(Dan seketika aku membenak dalam hati : ampuni hambamu ini yang alay dan saru)

Karena manusia memang diberi hawa nafsu untuk membedakan dirinya dengan malaikat yang selalu tunduk dan tak pernah membantah perintah Tuhannya. Dan manusia dibekali keimanan dan hakikat kebenaran untuk membedakan dengan syetan yang selalu menyeru untuk ingkar. Jadi manusia sebenarnya bisa lebih tinggi derajatnya di atas malaikat. Karena jika dalam godaan syetan yang kuat manusia mampu bertahan dan tunduk seperti malaikat, bukankah itu lebih hebat? Tetapi syetan memang tangguh dan kuat, hingga sangat mampu menggoda manusia untuk iri dan mendengki sesama manusia. Nyatanya, manusia selalu mampu merasa iri dengan hak milik tetangga dan saudaranya. Seakan manusia ingin menjadi orang tertinggi, terhebat, terkaya, tercantik, teralim, tersholeh, dan ter ter yang lainnya. Karena sesuatu yang ada di tangan orang lain seakan lebih indah dari apa yang ada di tangan kita, meskipun sebenarnya sesuatu itu sama wujud dan bentuknya. Entah kenapa, apa mungkin karena :

“ Rumput tetangga lebih hijau, dan pelangi selalu berada di atas kepala orang lain “

Seandainya saja kita mau menengok ke dalam diri lebih jauh dan lebih dalam lagi, hidup ini sebenarnya hanya sawang sinawang. Ketika ada rajawali yang mengatakan cacing buta, dan cacing bilang rajawali yang buta, ini juga karena sawang sinawang. Atau ketika ada siput iri pada ular yang pandai dan lincah berpindah, tak seperti dirinya yang selalu susah kemana-mana harus membawa rumah. Jawaban akan didapat setelah rajawali bertukar posisi dengan cacing, dan elang lebih memilih ular untuk dimakan setelah mengincar siput tetapi tak jadi karena ternyata rumahnya keras seperti batu dan tak enak dimakan pula.
“ Sakjatine urip iki yo mung sawang sinawang, sing disawang jebul suwung “

Bagi orang jawa yang nggak ngerti bahasa jawa sepereti saya, artinya adalah “sebenarnya hidup ini hanya saling melihat dan ternyata yang terlihat adalah hampa”. Maknanya hampir sama dengan pelangi yang selalu berada di atas kepala orang lain, padahal jika mau melihat ke atas, pelangi juga ada di atas kepalamu broh, tengoklah! Jika anggapan bahwa hidup oranglain lebih indah dan lebih mudah, percayalah bahwa orang lain juga beranggapan demikian terhadap hidupmu. So, whatever and don’t worry be happy and don’t be sad and the end.

Pahamilah jika ternyata yang suwung (hampa) adalah pangkal dari isi, dan yang isi sebenarnya adalah suwung. Mengutip perkataan biksu Tong yang selalu mengajarkan ajaran ini kepada kera sakti yang mempunyai tongkat sakti di telinganya.

“ Kosong adalah isi, isi adalah kosong, sehingga Tong kosong nyaring bunyi … nya “ Biksu Tong

Sekiranya biksu Tong masih ada, boleh kiranya berguru dan menggali lebih banyak tentang kutipan ini. Nyatanya sampai hari ini aku belum pernah bertemu biksu Tong, kera sakti, atau hanya sekedar patkai pun belum. Apalagi bertemu ultramen, betmen, pimen, spidermen, supermen, yang ada paling hanya snowman boardmarker dan snowmen permanen.

0 komentar:

Posting Komentar