Aku dalam menulis ini memposisikan diri sebagai salah satu
perwakilan generasi yang digadang-gadang sebagai generasi milineal, generasi X,
Y, atau Z. Apapun sebutannya aku tak peduli, sekalipun sebagai generasi pecandu
micin. Bagi kami itu tak apa, yang terpenting bukanlah sebutannya, melainkan
peran dan pengaruhnya.
Sebagai kids jaman enow, sudah seyogiyanya kita tampil keren
di berbagai bidang. Nah sedangkan untuk makna keren itu sendiri bolehlah
dibikin oleh masing-masing kita saja, tak perlu terkurung dalam satu definisi
yang justru hanya mempersempit pemahaman kita. Bagi yang hobi desain, perkeren
dirimu dengan hasil desainmu, bagi yang suka musik perkeren dirimu dengan musikmu,
yang suka menulis perkeren dirimu dengan tulisanmu, gambar dengan gambar,
dakwah dengan dakwah, islam dengan islam, NU dengan NU mu, Muhamadaiyyah dengan
Muhamadiyahmu, wahabi dengan wahabimu, ups, dan seterusnya, dan seterusnya.
Bahkan kristen dengan kristenmu, budha dengan budhamu, hindu dengan hindumu, ila akirihi, lakum diinukum waliyaddiin
(untukmu agamamu, dan untukku agamaku)
Kids jaman enow berbicara tentang agama, politik,
sosial, dan budaya.
Harus belajar bersama nih sejak dari awal dan juga dari akar
biar lebih keren lagi. Oke, kita mulai dari sini saja, iya dari sini, dari gadget
yang sedang kita pegang ini.
Kehadiran Gadget yang
menguntungkan sekaligus menggusarkan.
Apa hanya saya disini yang mulai merasa gusar dengan adanya
gadget ini. Jujur, saya memang suka banget sama gadget. Saking sukanya
kemana-mana aku dekap tuh gadget. Mau tidur kukeloni, mandi kumandikan, makan
kusuapi, berakpun kuajak dia berak bareng, biar bisa sama-sama duduk termenung
tiada dinanti menghasilkan sesuatu yang menjijikan untuk dinikmati. Baik
dinikmati mata, telinga, kulit, atau sekalipun hati, terlebih mulut, uh, sudah
jangan diperluas lagi, memang itu sudah sangat menjijikan, makannya harus
dibuang dan dikeluarkan, karena kalau menjijikan gak dikeluarkan takutnya jiwa
kita jadi terkontaminasi oleh hal yang menjijikan itu. Wah, ngawur nih malah
ngelantur. Kembali ke gadget (leptop juga hampir mirip dengan gadget lahh)
Nah, jika sudah seperti ini keadaannya, tidurku jadi dihantui
oleh monster gadget yang menyeramkan nan terkutuk. Aku jadi semakin ketakutan,
tidurku selalu berada di dekat colokan, takut gadget ngedrop. Kalau-kalau kuota
habis aku bisa nangis histeris, sebab tak bisa narsis dan tebar senyum manis
sekaligus sinis. Aku ini sudah sangat dekat dengannya, sampai-sampai tak bisa
dipisahkan oleh jarak dan waktu. Hanya maut yang sanggup memisahkan kita, dan
tentunya kita akan bersama-sama lagi jika dia sudah terbebas dari maut, hidup
kembali (reinkarnasi). Kok bisa? Mudah saja, hidupnya ditentukan oleh kadar
prosentase batrai yang tertanam di dalam tubuhnya. Sehingga bukan perkara sulit
untuk menghidupkannya kembali. Cukup tautkan lubang kehidupannya dengan charger
yang langsung tertuju pada sumber kehidupannya, listrik. Selama masih ada
listrik maka aku tak akan pernah mampu berpisah lama dengannya. Terimakasih
listrik, kau telah menyamankan hubunganku dengannya, sehingga kalau ada
pembangkit listrik tenaga panas bumi, aku pasti akan mendukungnya. Tentunya aku
akan lebih mendukung lagi jika ada pembangkit listrik tenaga panasnya api
cemburu, wah pasti besar nih energinya.
Tetapi ketika aku merasa kedekatan ini sudah mulai tak wajar,
disitu saya merasa gusar. Bagaimana tidak, dengan adanya gadget ini, yang jauh
jadi dekat, tetapi yang dekat jadi semakin jauh. Dalam kata lain gadget
mendekatkan-dekatkan yang jauh, tetapi sebaliknya menjauh-jauhkan yang dekat.
Kalau sudah seperti ini, apa boleh buat, aku mulai tak kuat. Berhadap-hadapan
tetapi tak kunjung muncul percakapan, berkumpul tetapi semuanya menunduk
mengheningkan cipta dengan dunianya. Ini membuat hidup kita semakin tak
realistis. Ya, selain memegang erat budaya idelais saya ini juga mau kok
berpegang pada paham realistis. Apalagi kalau pegangannya bebarengan sama kamu
yang manis. Hiks hiks hiks.
Boleh lah, lain kali kita bahas-bahas realistis dan idealis,
penting tuh. Tapi kali ini kita bahas dulu kenapa kehidupan kita semakin tak
realistis. Coba tengok di medsos deh, banyak banget cuitan dan postingan yang
tak sesuai dengan kenyataan. Fotonya di cafe-cafe, nongkrongnya di
tempat-tempat keren, bajunya mahal, tetapi rumahnya mau roboh. Jangan dulu
kejauhan ke situ, yang paling sering kita lihat saja, untuk masuk surga cukup
ketik amin, like, dan share, semudah itu gaes. Apakah yang seperti ini realistis?
Atau yang ini, taraf kecantikan dan kegantengan seseorang hari ini ditentukan oleh
seberapa jernih kamera dan seberapa canggih aplikasi editingnya. Apakah ini
juga realistis? Ya inilah kehidupan kita hari ini gaes. Semua ada dalam
genggaman tangan kita, pengin pergi liburan dengan mudah dan nginepdi hotel
mewah tinggal pencet-pencet hape, pengin makan tinggal DO, pengin ini pengin
itu semua, dapat dikabulkan, dapat dikabulkan dengan gadget yang tertangguhkan
dan terbaharukan.
Oke fix, kita sudahi dulu bahas gadget yang semakin
mengoyak-oyak hati nur aini eh, hati nurani maksudnya. Mampus kau dikoyak-koyak
nuraini. Pembahasan kids jaman now yang selanjutnya adalah :
Fenomena akhi ukhti yang seakan mengaku mempunyai islam
paling murni
Sesungguhnya aku sangat senang dengan hadirnya generasi akhi
ukhti yang mengindahkan pola pergaulan remaja indonesia akhir-akhir ini. Hanya
melihatnya mampu membuat hatiku jadi damai dan ingin berbahagia bersamanya
untuk selamanya. Terlebih dengan hadirnya ukhti-ukhti syantiq sekaligus dedek
emesh yang tak pernah gagal mencuri perhatianku melalui trend hijabnya yang
selalu muncul model terbaru setiap harinya. Atau dengan akhinya yang hafal ratusan hadits dan selalu mengajak kepada
kebaikan dalam share grup whatsapnya. Aku sungguh senang dengan ini semua, maka
nikmat Tuhanmu mana lagi yang akan kau dustakan.
Aku sungguh berbahagia dengan hadirnya wajah baru islam hari
ini. Islam itu kalau wanitanya berhijab, laki-lakinya berjubah, berpeci putih,
dan tidak pacaran. Sungguh, ini adalah hembusan angin segar di tengah hiruk
pikuknya kehidupan yang semakin carut-marut. Ajakannya adalah ayo berhijrah,
meninggalkan yang buruk menuju kebaikan. Indah sekali bukan, bagaimana mungkin
aku tidak tertarik padanya. Daya pikat yang begitu menggiurkan dan menjanjikan.
Pola pergaulan islam fersi akhi-ukhti ini semakin hari
semakin membuat hatiku iri. Dalam benakku mereka sangat sederhana dengan
menilai sesuatu. Mungkin bagi mereka, untuk mengetahui isinya cukup dilihat
dari covernya saja. Kalau covernya bagus, maka bisa dipastikan isinya pasti juga
bagus. Karena untuk mengecek darah kita cukup ambil setetes saja, tak perlu
dicek semua darah yang ada dalam tubuh kita, bisa mati tuh kalau dicek semua.
Jika cukup ambil sebagian, kenapa harus ambil semua. Jadi, untuk membedakan
mana yang islam dan mana yang bukan cukup dilihat dari bajunya. Kalau ada
penyanyi dangdut secantik Via Vallen atau Nella Karisma X 125 cc, tetapi mereka
mengumbar aurat dimana-mana, dari panggung ke panggung, maka bisa dipastikan
dia berdua bukan islam. Termasuk kak Najwa Sihab yang cantik dan cerdas itu kan
nggak nutup aurat juga, berarti beliau bukan islam. Padahal beliau ini putri
kandung Quraiys Shihab yang katanya habib tetapi tak mau dipanggil habib. Dan
gak keren juga sih kalau habib macam Quraisys shihab. Karena sosok habib itu
harus gahar, keras, dan selalu mengatakan yang hak, amar ma’ruf nahi mungkar,
membela islam, dan kepalanya diikat soraban. Sedangkan Quraiys shihab hanya
mampu menulis tafsir misbah.
Itu baru melihat fenomena kesing yang menggelikan, belum lagi
dengan budaya dan bahasa yang dijadikan sebagai patokan dalam menentukan kadar
keislaman seseorang.
Kalau sudah fasih bilang ana, anti, antum, khitbah,
ta’aruf, hijrah, hibah, berarti itu sudah sangat islami. Lalu pacaran itu
haram, sedangkan ta’aruf itu dianjurkan oleh islam. Sekalipun ritual ta’arufan
tak jauh beda dengan pacaran, tetapi asal pakai bahasa arab, maka itu sudah
islami. Perkara isinya, kan tadi sudah kubilang, gak harus dicek semuanya. Ini
jadi memaksaku untuk berfikir bahwa apa-apa yang sudah dibumbui arab maka
semuanya jadi islami. Ini lebih nisbi dari apa-apa yang dimicini pasti bisa
jadi nikmat. Terimakasih arab, terimakasih micin. Berkat keduanya aku bisa
hidup dengan kebahagiaan yang begitu sederhana ini.
Sudah kukatakan bahwa aku sangat bahagia dengan hadirnya
generasi akhi ukhti ini. Selain mengajak berhijrah, mereka juga selalu mengajak
kepada kita untuk selalu menjalankan syari’at islam dengan islam yang sebenar-benarnya.
Jangan campur-campurkan dengan tradisi atau budaya, bisa-bisa jadi tersesat
bahkan tertukar. Agama islam dicampur budaya hindu budha bisa tertukar jadi
agama budha, makannya kalau islam yang murni-murni saja, yang lurus-lurus saja.
Semua yang kita lakukan hari ini harus sesuai dengan Al Qur’an dan hadits yang
jelas-jelas warisan langsung dari Rosululloh dan sebagai pegangan umat islam.
Semakin geli aku digelitiki dengan fenomena ini. Terlebih dengan debatnya kaum
akhi ukhti dengan islam tradisi, kedua-duanya sama-sama kuat sama-sama jadi
bangkai jika tak mampu mengendalikan diri. Yang satu menghujat atas dasar
bid’ah dan pemurnian ajaran islam, sedangkan yang satunya menuntut dengan
cupetnya pemahaman. Lalu mereka berkelahi, dalam buku (Islam yang Menyenangkan:
Edi AH Iyubenu, Diva pres) istilah ini disebut dengan membumbui burung di
udara.
Jangan terlalu jauh membahas fenomena ini, takut jadi
penyinyir yang tak adil. Padahal kata mbah Pramoedya Ananta Toer, seorang
terpelajar sudah harus adil sejak dalam pemikiran. Jadi cukupkan sampai disini
dulu pembahasan wajah islam hari ini. Oke, kita lanjut pada pembahasan yang
selanjutnya :
Musuhnya Kids jaman enow itu tidaklah menyeramkan melainkan
menentramankan
Musuh seharusnya menyeramkan seperti monster sebagaimana
musuhnya ultraman, power rangers, satria baja hitam, dan seterusnya. Tetapi itu
tidak berlaku bagi kita kids jaman enow yang keren ini. Musuhnya mah
remeh-temeh, seperti game online misalnya. Game online itu banyak banget
jenisnya, belum lagi game offline, Play Station, Timezone, ah habis jari-jari abang
buat ngitungin itu semua. Mana ada game yang tak menyenangkan dan menegangkan,
semuanya pasti mengandung kedua unsur tersebut. Karena game juga bersaing dengan
game lain untuk mendapatkan gamers sebanyak-banyaknya. Maka jika tak ada
ketertarikan di dalamnya, maka sia-sia saja sang pencipta game menciptakan
gamenya.
Para gamerspun aslinya keren juga, punya skils yang hebat
dalam memainkan berbagai macam game tersulit sekalipun. Rata-rata gamers harus
cerdas, terampil, dan taqwa. Mana ada gamers dongo, gamers pasti keren. Aku
berani mengatakan seperti ini juga karena banyak argumen yang diungkap oleh
para gamers bahwa game sanggup mengisi kekosongan waktu, mengasah kecerdasan
dan emosional. Game banyak mengajarkan nilai-nilai kehidupan, petualangan,
kesabaran, dan semua-muanya, ah, kamu gak pernah main game sih.
Daripada pacaran daripada nyinyirin orang lebih baik ngegame
suka-suka sampai pagi buta. Ini juga menjadikan hidup semakin tak realistis,
meskipun agak sedikit idelais. Hidup dalam dunia game itu hidup dalam angan-angan
yang menguntungkan banyak orang. Penjual kuota, penjual hape, penjaga rental PS
yang cantik kayak kak Arfah Rianti, semua diuntungkan oleh para gamers. Lalu
dimana sisi buruk dan negativenya game? Nggak ada gaes, gak ada sedikitpun,
semua positive dan baik. Lanjutkan gamemu sampai kau jadi juragan rental PS,
biar bisa mempekerjakan penjaga rental PS yang cantik, lucu, dan imut macam
Arafah itu.
Sadarkah kita dengan siapa sebenarnya pembuat games, apa tujuan
mereka menciptakan games, siapa yang berada di baliknya. Selain bertujuan untuk
menghibur dan melancarkan misi-misi mulia tersebut di atas, pencipta game juga
pasti mempunyai tujuan untuk meraih
pundi-pundi dolar dari dalamnya. Mengantongi keuntungan yang
sebanyak-banyaknya. Belum lagi jika didalam game tersebut ditumpangi dengan
misi ekonomi dan politik. Pemuda jadi seneng banget ngegame, yang seharusnya
waktunya buat jalan-jalan, joging, belajar agama bareng akhi-ukhti, eh malah
buat belajar game yang sangat bermanfaat bagi harkat dan martabat umat serta
masyarakat. Coba deh sebutin jenis game online yang sangat digandrungi oleh
anak-anak Indonesia. Mobile legend, AOV, COC, PB, dan semuanya. Yang penting
kan gamers happy dengan gamenya dengan gadgetnya, dengan computer gamingnya,
yang terpenting tidak merugikan oranglain. Ah, serah lu deh tong, gua ikut
happy aja kalau lu juga happy.
Hampir mirip dengan kopi yang mengandung cafein, atau rokok
yang mengandung nikotin. Game juga mengandung zat nagihin, sekali main langsung
pengin main lagi, lagi dan lagi. Generasi penerus bangsa hari ini dimudahkan
dalam segala-galanya. Dininabobokan dengan jaringan internet, gadget canggih,
game edukatif, judi online, dan sebagainya dan seterusnya. Lalu siapa yang akan
belajar karawitan, siapa yang belajar gendingan, siapa yang belajar pewayangan?
Orang-orang Amerika, Eropa, mereka yang akan mempelajari budaya kita. Lalu jika
budaya kita diakui oleh mereka, baru kita protes, menangis, merajuk, dan
meronta. Seperti Reog Ponorogo yang diklaim milik Malaysia. Ya meskipun
Malaysia salah dengan mengaku-aku itu miliknya, tapi kita juga salah. Kita
kurang merawatnya. Ibarat anak kecil punya mainan, mainan itu gak sering
dimainin, nggletak, ngemprah dalam meletakan mainan itu. Sekali dipinjam dan
diaku sama anak tetangga baru deh nangis. Harusnya ya dimainin atuh biar
kelihatan ada pemiliknya. Jadi saat ada anak tetangga yang mau mengklaim itu
miliknya, dia jadi ragu, jelas-jelas kita yang sering mainin, kita yang punya,
kok mau main srowot saja, ya nda bisa, lagian kalau begitu keadaannya, di mata
orangtua kita bisa punya pembelaan. Eh kok malah jadi bahas mainan sih. Ya kan
kita sibuk main game online, mana sempet main gituan, ah gimana sih.
Sudahlah, mari kita beranjak ke pembahasan yang selanjutnya :
Mirasantika semakin menggoda kawula muda
Ditemukannya 1 ton sabu yang akan masuk ke Indonesia
ahir-ahir ini menjadi salah satu bukti parahnya kasus pernarkobaan di negara
kita ini. Kasus ini hanyalah kasus gunung es. Belum pernah dengar kasus gunung
es? Sama, saya juga. Gunung es itu kan ada di laut, pucuknya terlihat di
permukaan, tetapi akarnya ada di dasar lautan. Penemuan 1 ton sabu ini hanya
pucuknya saja, bagaimana dengan akarnya yang belum terungkap. Ini sangat
menyedihkan. Narkoba sebenarnya tidak jahat dan tidak buruk. Pemakainya saja
yang kurang pemahaman dan pengetahuan dalam memfungsikannya. Dalam dunia medis
narkoba kan digunakan untuk membius, dan untuk apa saja lah yang sekiranya
bermanfaat. Tetapi dalam kehidupan kawula muda kita, narkoba disalahgunakan
untuk mabuk-mabukan. Ngeflay, menghilangkan masalah dengan sekejap.
Sipa dalang dibalik narkoba dan mirasantika ini? Anggapanku
ada sekelompok orang yang ingin memperoleh kekayaan dengan cara mudah, jualan
narkoba. Ada oknum yang ingin mendapatkan sogokan dari penjual narkoba, ahirnya
memberikan perlindungan atasnya. Ada bandar yang tak ketinggalan ingin
menikmati ceceran rezeki darinya. Semua mendapatkan keuntungan darinya. Lalu
siapa yang menjadi korban atas tingkah mereka? Ya pemuda, ya bangsa. Pemuda
yang sudah kenal narkoba hidupnya jadi dongo, otaknya pendek, tingkahnya
pemberani, pembangkang, ya gitu deh. Lihat saja mereka yang lagi pada mabok
ciu, merugikan diri sendiri dan memberikan sumbangsih keresahan untuk
masyarakat.
Sedangkan penikmat ganja, sabu, heroin, morfin, adalah mereka
anak orang kaya yang bingung mau ngabisin duit untuk apa. Ahirnya masuk
diskotik, club malam, hotel remang-remang, pesta narkoba bareng teman-temannya.
Memang mereka yang tersebut terahir tidak memberikan sumbangan keresahan bagi
masyarakat secara langsung. Tetapi mereka telah berhasil merugikan diri sendiri
dan berhasil mengajak teman-temannya pada dunianya. Dan untungnya yang diajak
bukan semuanya anak orang bergelimang harta, jadi berhasil juga mereka
menjerumuskan teman-temannya pada taraf ketagihan. Ahirnya bisa jadi nyuri,
rampok, atau apapun yang bisa dia lakukan untuk mendapatkan benda terlarang
itu. Endingnya gitu juga yah.
Aku pikir belum ada pembelaan atas kasus narkoba ini, tak ada
yang membela bahwa penyalahgunaan narkoba itu dibenarkan. Kecuali mereka para
orang kaya yang mampu membayar mahal pengacara. Maka seketika mereka
mendapatkan pembelaan peradilan di meja
hijau saat proses persidangan. Seperti anak artis di tipi-tipi itu lah. Contoh
saja putranya raja dangdut nomer wahid di Indonesia. Siapa nama anaknya Rhoma
Irama, oh ya Ridho Rhoma. Karena narkoba bisa jadi tidak fokus dalam
berkendara, tidak produktif dalam bermusik. Kira-kira gitu efek dari
penyalahgunaan narkoba lah, dan memang itu yang diinginkan oleh pihak lain yang
mempunyai misi terhadap bangsa kita.
Seks bebas semakin bebas.
Mungkin maksud mulia dari akhi ukhti semua adalah menjauhkan
seks bebas dari kehidupan remaja dan pemudanya. Ah, aku terlalu su’udzon
terhadap mereka. Makannya mereka sangat gethol dalam mengampanyekan anti
pacaran dan putuskan saja pacarmu sekarang juga. Ya, saya mengerti. Kenapa kita
tidak boleh berpacaran, karena pacaran sangat mendekatkan pada zina, dan kata
lain dari zina adalah seks bebas. Oke, dalam hal ini aku setuju denganmu wahai
akhi ukhtiku yang aku cintai.
Model pacaran kita hari ini sudah semakin yahut. Ciuman sudah
dipraktekan oleh anak SD, level diatas ciuman dilakukan oleh anak SMP, dan anak
SMA sudah mampu mencetak generasi baru. Wah, hebat betul generasi muda kita
yah? Di saat pemuda jepang sibuk membuat robot, pemuda china sibuk bikin mesin
canggih, pemuda kita berlomba membuat manusia baru, keren bukan? Lalu kemana
masa mudanya? Yang cewe merawat anak, lakinya mencari nafkah. Lalu Siapa yang
akan belajar sejarah, siapa yang akan menjadi ahli di berbagai bidang jika
pemudanya sibuk mengurus generasi selanjutnya, merawat anak-anaknya. Memangnya
sudah mampu menjadi orangtua yang keren. Ah, model pacaran seperti ini memang
enak didepannya saja.
Siapa sebenarnya yang paling bertanggung jawab dengan
bergesernya moral anak bangsa? Guru, orangtua, lingkungan, tontonan, tuntunan?
Mulai dari guru, di sekolah bersusah-susah mengajarkan berbagai ilmu
pengatahuan, di rumah ditumpas habis oleh tontonan televisi, lingkungan pergaulan,
teknologi, dan orangtua. Bukan berarti membela guru sepenuhnya, tetapi memang
itu juga faktor penghambatnya. Ditambah lagi dengan banyaknya guru-guru lagu
yang suka lagu-laguan, guru wilangan yang suka perhitungan (tentang guru lagu
dan wilangan bisa disimak di www.jangkriker.blogspot.com). Tentang orangtua, banyak yang
tidak paham dan mengerti tentang peranannya sebagai orangtua. Banyak orangtua
yang kelwat protective dan tak sedikit yang keblinger permisif. Ternyata jadi
orangtua itu tak semudah membalikan telapak tangan. Belum lingkungan pergaulan
anak yang luarbiasa acakadul, uh semua saling mendukung untuk memperlancar
proses sex bebas saja
Tontonan di TV sangat mendukung
proses percintaan bagi pelajar, pacaran yang menjadi acaun adalah pacaran
tokoh-tokoh di TV itu loh kalau kalian sadar. Jadi yang salah para pekerja
televisi nih? Bisa gitu, bisa juga tidak. Mereka juga butuh makan keleus, dan
jalan mencari makan mereka adalah dengan memberikan tontonan untuk kita semua.
Sehingga ketika kita belum mampu menghindari televisi, kita bisa pilah pilih
tontonan yang tepat buat anak muda (tentang tontonan berbanding lurus dengan
pendidikan juga bisa disimak di www.jangkriker.blogspot.com)
Belum lagi akses internet yang sangat
mudah dijangkau, ini menyebabkan bokep-bokep bertebaran di dunia maya. Semua
usia bisa dengan mudah mengaksesnya, dengan menonton video bokep itu
menyebabkan generasi muda semakin ingin mencoba. Kita media percobaan belum
ada, maka pacar adalah sarana yang tepat, etdah nyambung juga ahirnya. Ini
musuh yang mengenakan, bukan menakutkan, takutnya kalau kepergok lagi gituan.
Ini wujud serangan yang nyata bagi
pemuda untuk menekuni dunia persexbebasan. Lain jika pemudanya sudah mengerti
dan memahami makna seks, sudah pernah mendapatkan pendidikan seks. Meskipun
sama-sama besar godaannya untuk mempertahankan kesucian. Tetapi jangan khawatir
tercegur sungai kalau kita berada di tengah tanah lapang. Sex bebas, pacaran,
dan narkoba, dan game online, dan membela islam adalah ujian dan cobaan.
0 komentar:
Posting Komentar