Get me outta here!

Selasa, 13 Maret 2018

Tips Menjadi Kids Jaman Now yang Kece


Aku dalam menulis ini memposisikan diri sebagai salah satu perwakilan generasi yang digadang-gadang sebagai generasi milineal, generasi X, Y, atau Z. Apapun sebutannya aku tak peduli, sekalipun sebagai generasi pecandu micin. Bagi kami itu tak apa, yang terpenting bukanlah sebutannya, melainkan peran dan pengaruhnya.

Sebagai kids jaman enow, sudah seyogiyanya kita tampil keren di berbagai bidang. Nah sedangkan untuk makna keren itu sendiri bolehlah dibikin oleh masing-masing kita saja, tak perlu terkurung dalam satu definisi yang justru hanya mempersempit pemahaman kita. Bagi yang hobi desain, perkeren dirimu dengan hasil desainmu, bagi yang suka musik perkeren dirimu dengan musikmu, yang suka menulis perkeren dirimu dengan tulisanmu, gambar dengan gambar, dakwah dengan dakwah, islam dengan islam, NU dengan NU mu, Muhamadaiyyah dengan Muhamadiyahmu, wahabi dengan wahabimu, ups, dan seterusnya, dan seterusnya. Bahkan kristen dengan kristenmu, budha dengan budhamu, hindu dengan hindumu, ila akirihi, lakum diinukum waliyaddiin (untukmu agamamu, dan untukku  agamaku)

 Kids jaman enow berbicara tentang agama, politik, sosial, dan budaya.

Harus belajar bersama nih sejak dari awal dan juga dari akar biar lebih keren lagi. Oke, kita mulai dari sini saja, iya dari sini, dari gadget yang sedang kita pegang ini.
Kehadiran Gadget yang menguntungkan sekaligus menggusarkan.

Apa hanya saya disini yang mulai merasa gusar dengan adanya gadget ini. Jujur, saya memang suka banget sama gadget. Saking sukanya kemana-mana aku dekap tuh gadget. Mau tidur kukeloni, mandi kumandikan, makan kusuapi, berakpun kuajak dia berak bareng, biar bisa sama-sama duduk termenung tiada dinanti menghasilkan sesuatu yang menjijikan untuk dinikmati. Baik dinikmati mata, telinga, kulit, atau sekalipun hati, terlebih mulut, uh, sudah jangan diperluas lagi, memang itu sudah sangat menjijikan, makannya harus dibuang dan dikeluarkan, karena kalau menjijikan gak dikeluarkan takutnya jiwa kita jadi terkontaminasi oleh hal yang menjijikan itu. Wah, ngawur nih malah ngelantur. Kembali ke gadget (leptop juga hampir mirip dengan gadget lahh)

Nah, jika sudah seperti ini keadaannya, tidurku jadi dihantui oleh monster gadget yang menyeramkan nan terkutuk. Aku jadi semakin ketakutan, tidurku selalu berada di dekat colokan, takut gadget ngedrop. Kalau-kalau kuota habis aku bisa nangis histeris, sebab tak bisa narsis dan tebar senyum manis sekaligus sinis. Aku ini sudah sangat dekat dengannya, sampai-sampai tak bisa dipisahkan oleh jarak dan waktu. Hanya maut yang sanggup memisahkan kita, dan tentunya kita akan bersama-sama lagi jika dia sudah terbebas dari maut, hidup kembali (reinkarnasi). Kok bisa? Mudah saja, hidupnya ditentukan oleh kadar prosentase batrai yang tertanam di dalam tubuhnya. Sehingga bukan perkara sulit untuk menghidupkannya kembali. Cukup tautkan lubang kehidupannya dengan charger yang langsung tertuju pada sumber kehidupannya, listrik. Selama masih ada listrik maka aku tak akan pernah mampu berpisah lama dengannya. Terimakasih listrik, kau telah menyamankan hubunganku dengannya, sehingga kalau ada pembangkit listrik tenaga panas bumi, aku pasti akan mendukungnya. Tentunya aku akan lebih mendukung lagi jika ada pembangkit listrik tenaga panasnya api cemburu, wah pasti besar nih energinya.

Tetapi ketika aku merasa kedekatan ini sudah mulai tak wajar, disitu saya merasa gusar. Bagaimana tidak, dengan adanya gadget ini, yang jauh jadi dekat, tetapi yang dekat jadi semakin jauh. Dalam kata lain gadget mendekatkan-dekatkan yang jauh, tetapi sebaliknya menjauh-jauhkan yang dekat. Kalau sudah seperti ini, apa boleh buat, aku mulai tak kuat. Berhadap-hadapan tetapi tak kunjung muncul percakapan, berkumpul tetapi semuanya menunduk mengheningkan cipta dengan dunianya. Ini membuat hidup kita semakin tak realistis. Ya, selain memegang erat budaya idelais saya ini juga mau kok berpegang pada paham realistis. Apalagi kalau pegangannya bebarengan sama kamu yang manis. Hiks hiks hiks.

Boleh lah, lain kali kita bahas-bahas realistis dan idealis, penting tuh. Tapi kali ini kita bahas dulu kenapa kehidupan kita semakin tak realistis. Coba tengok di medsos deh, banyak banget cuitan dan postingan yang tak sesuai dengan kenyataan. Fotonya di cafe-cafe, nongkrongnya di tempat-tempat keren, bajunya mahal, tetapi rumahnya mau roboh. Jangan dulu kejauhan ke situ, yang paling sering kita lihat saja, untuk masuk surga cukup ketik amin, like, dan share, semudah itu gaes. Apakah yang seperti ini realistis? Atau yang ini, taraf kecantikan dan  kegantengan seseorang hari ini ditentukan oleh seberapa jernih kamera dan seberapa canggih aplikasi editingnya. Apakah ini juga realistis? Ya inilah kehidupan kita hari ini gaes. Semua ada dalam genggaman tangan kita, pengin pergi liburan dengan mudah dan nginepdi hotel mewah tinggal pencet-pencet hape, pengin makan tinggal DO, pengin ini pengin itu semua, dapat dikabulkan, dapat dikabulkan dengan gadget yang tertangguhkan dan terbaharukan.

Oke fix, kita sudahi dulu bahas gadget yang semakin mengoyak-oyak hati nur aini eh, hati nurani maksudnya. Mampus kau dikoyak-koyak nuraini. Pembahasan kids jaman now yang selanjutnya adalah :

Fenomena akhi ukhti yang seakan mengaku mempunyai islam paling murni

Sesungguhnya aku sangat senang dengan hadirnya generasi akhi ukhti yang mengindahkan pola pergaulan remaja indonesia akhir-akhir ini. Hanya melihatnya mampu membuat hatiku jadi damai dan ingin berbahagia bersamanya untuk selamanya. Terlebih dengan hadirnya ukhti-ukhti syantiq sekaligus dedek emesh yang tak pernah gagal mencuri perhatianku melalui trend hijabnya yang selalu muncul model terbaru setiap harinya. Atau dengan akhinya yang hafal ratusan hadits dan selalu mengajak kepada kebaikan dalam share grup whatsapnya. Aku sungguh senang dengan ini semua, maka nikmat Tuhanmu mana lagi yang akan kau dustakan.

Aku sungguh berbahagia dengan hadirnya wajah baru islam hari ini. Islam itu kalau wanitanya berhijab, laki-lakinya berjubah, berpeci putih, dan tidak pacaran. Sungguh, ini adalah hembusan angin segar di tengah hiruk pikuknya kehidupan yang semakin carut-marut. Ajakannya adalah ayo berhijrah, meninggalkan yang buruk menuju kebaikan. Indah sekali bukan, bagaimana mungkin aku tidak tertarik padanya. Daya pikat yang begitu menggiurkan dan menjanjikan.

Pola pergaulan islam fersi akhi-ukhti ini semakin hari semakin membuat hatiku iri. Dalam benakku mereka sangat sederhana dengan menilai sesuatu. Mungkin bagi mereka, untuk mengetahui isinya cukup dilihat dari covernya saja. Kalau covernya bagus, maka bisa dipastikan isinya pasti juga bagus. Karena untuk mengecek darah kita cukup ambil setetes saja, tak perlu dicek semua darah yang ada dalam tubuh kita, bisa mati tuh kalau dicek semua. Jika cukup ambil sebagian, kenapa harus ambil semua. Jadi, untuk membedakan mana yang islam dan mana yang bukan cukup dilihat dari bajunya. Kalau ada penyanyi dangdut secantik Via Vallen atau Nella Karisma X 125 cc, tetapi mereka mengumbar aurat dimana-mana, dari panggung ke panggung, maka bisa dipastikan dia berdua bukan islam. Termasuk kak Najwa Sihab yang cantik dan cerdas itu kan nggak nutup aurat juga, berarti beliau bukan islam. Padahal beliau ini putri kandung Quraiys Shihab yang katanya habib tetapi tak mau dipanggil habib. Dan gak keren juga sih kalau habib macam Quraisys shihab. Karena sosok habib itu harus gahar, keras, dan selalu mengatakan yang hak, amar ma’ruf nahi mungkar, membela islam, dan kepalanya diikat soraban. Sedangkan Quraiys shihab hanya mampu menulis tafsir misbah.
Itu baru melihat fenomena kesing yang menggelikan, belum lagi dengan budaya dan bahasa yang dijadikan sebagai patokan dalam menentukan kadar keislaman seseorang. 

Kalau sudah fasih bilang ana, anti, antum, khitbah, ta’aruf, hijrah, hibah, berarti itu sudah sangat islami. Lalu pacaran itu haram, sedangkan ta’aruf itu dianjurkan oleh islam. Sekalipun ritual ta’arufan tak jauh beda dengan pacaran, tetapi asal pakai bahasa arab, maka itu sudah islami. Perkara isinya, kan tadi sudah kubilang, gak harus dicek semuanya. Ini jadi memaksaku untuk berfikir bahwa apa-apa yang sudah dibumbui arab maka semuanya jadi islami. Ini lebih nisbi dari apa-apa yang dimicini pasti bisa jadi nikmat. Terimakasih arab, terimakasih micin. Berkat keduanya aku bisa hidup dengan kebahagiaan yang begitu sederhana ini.

Sudah kukatakan bahwa aku sangat bahagia dengan hadirnya generasi akhi ukhti ini. Selain mengajak berhijrah, mereka juga selalu mengajak kepada kita untuk selalu menjalankan syari’at islam dengan islam yang sebenar-benarnya. Jangan campur-campurkan dengan tradisi atau budaya, bisa-bisa jadi tersesat bahkan tertukar. Agama islam dicampur budaya hindu budha bisa tertukar jadi agama budha, makannya kalau islam yang murni-murni saja, yang lurus-lurus saja. Semua yang kita lakukan hari ini harus sesuai dengan Al Qur’an dan hadits yang jelas-jelas warisan langsung dari Rosululloh dan sebagai pegangan umat islam. Semakin geli aku digelitiki dengan fenomena ini. Terlebih dengan debatnya kaum akhi ukhti dengan islam tradisi, kedua-duanya sama-sama kuat sama-sama jadi bangkai jika tak mampu mengendalikan diri. Yang satu menghujat atas dasar bid’ah dan pemurnian ajaran islam, sedangkan yang satunya menuntut dengan cupetnya pemahaman. Lalu mereka berkelahi, dalam buku (Islam yang Menyenangkan: Edi AH Iyubenu, Diva pres) istilah ini disebut dengan membumbui burung di udara.

Jangan terlalu jauh membahas fenomena ini, takut jadi penyinyir yang tak adil. Padahal kata mbah Pramoedya Ananta Toer, seorang terpelajar sudah harus adil sejak dalam pemikiran. Jadi cukupkan sampai disini dulu pembahasan wajah islam hari ini. Oke, kita lanjut pada pembahasan yang selanjutnya :

Musuhnya Kids jaman enow itu tidaklah menyeramkan melainkan menentramankan

Musuh seharusnya menyeramkan seperti monster sebagaimana musuhnya ultraman, power rangers, satria baja hitam, dan seterusnya. Tetapi itu tidak berlaku bagi kita kids jaman enow yang keren ini. Musuhnya mah remeh-temeh, seperti game online misalnya. Game online itu banyak banget jenisnya, belum lagi game offline, Play Station, Timezone, ah habis jari-jari abang buat ngitungin itu semua. Mana ada game yang tak menyenangkan dan menegangkan, semuanya pasti mengandung kedua unsur tersebut. Karena game juga bersaing dengan game lain untuk mendapatkan gamers sebanyak-banyaknya. Maka jika tak ada ketertarikan di dalamnya, maka sia-sia saja sang pencipta game menciptakan gamenya. 

Para gamerspun aslinya keren juga, punya skils yang hebat dalam memainkan berbagai macam game tersulit sekalipun. Rata-rata gamers harus cerdas, terampil, dan taqwa. Mana ada gamers dongo, gamers pasti keren. Aku berani mengatakan seperti ini juga karena banyak argumen yang diungkap oleh para gamers bahwa game sanggup mengisi kekosongan waktu, mengasah kecerdasan dan emosional. Game banyak mengajarkan nilai-nilai kehidupan, petualangan, kesabaran, dan semua-muanya, ah, kamu gak pernah main game sih. 

Daripada pacaran daripada nyinyirin orang lebih baik ngegame suka-suka sampai pagi buta. Ini juga menjadikan hidup semakin tak realistis, meskipun agak sedikit idelais. Hidup dalam dunia game itu hidup dalam angan-angan yang menguntungkan banyak orang. Penjual kuota, penjual hape, penjaga rental PS yang cantik kayak kak Arfah Rianti, semua diuntungkan oleh para gamers. Lalu dimana sisi buruk dan negativenya game? Nggak ada gaes, gak ada sedikitpun, semua positive dan baik. Lanjutkan gamemu sampai kau jadi juragan rental PS, biar bisa mempekerjakan penjaga rental PS yang cantik, lucu, dan imut macam Arafah itu.

Sadarkah kita dengan siapa sebenarnya pembuat games, apa tujuan mereka menciptakan games, siapa yang berada di baliknya. Selain bertujuan untuk menghibur dan melancarkan misi-misi mulia tersebut di atas, pencipta game juga pasti mempunyai tujuan untuk  meraih pundi-pundi dolar dari dalamnya. Mengantongi keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Belum lagi jika didalam game tersebut ditumpangi dengan misi ekonomi dan politik. Pemuda jadi seneng banget ngegame, yang seharusnya waktunya buat jalan-jalan, joging, belajar agama bareng akhi-ukhti, eh malah buat belajar game yang sangat bermanfaat bagi harkat dan martabat umat serta masyarakat. Coba deh sebutin jenis game online yang sangat digandrungi oleh anak-anak Indonesia. Mobile legend, AOV, COC, PB, dan semuanya. Yang penting kan gamers happy dengan gamenya dengan gadgetnya, dengan computer gamingnya, yang terpenting tidak merugikan oranglain. Ah, serah lu deh tong, gua ikut happy aja kalau lu juga happy.

Hampir mirip dengan kopi yang mengandung cafein, atau rokok yang mengandung nikotin. Game juga mengandung zat nagihin, sekali main langsung pengin main lagi, lagi dan lagi. Generasi penerus bangsa hari ini dimudahkan dalam segala-galanya. Dininabobokan dengan jaringan internet, gadget canggih, game edukatif, judi online, dan sebagainya dan seterusnya. Lalu siapa yang akan belajar karawitan, siapa yang belajar gendingan, siapa yang belajar pewayangan? Orang-orang Amerika, Eropa, mereka yang akan mempelajari budaya kita. Lalu jika budaya kita diakui oleh mereka, baru kita protes, menangis, merajuk, dan meronta. Seperti Reog Ponorogo yang diklaim milik Malaysia. Ya meskipun Malaysia salah dengan mengaku-aku itu miliknya, tapi kita juga salah. Kita kurang merawatnya. Ibarat anak kecil punya mainan, mainan itu gak sering dimainin, nggletak, ngemprah dalam meletakan mainan itu. Sekali dipinjam dan diaku sama anak tetangga baru deh nangis. Harusnya ya dimainin atuh biar kelihatan ada pemiliknya. Jadi saat ada anak tetangga yang mau mengklaim itu miliknya, dia jadi ragu, jelas-jelas kita yang sering mainin, kita yang punya, kok mau main srowot saja, ya nda bisa, lagian kalau begitu keadaannya, di mata orangtua kita bisa punya pembelaan. Eh kok malah jadi bahas mainan sih. Ya kan kita sibuk main game online, mana sempet main gituan, ah gimana sih.

Sudahlah, mari kita beranjak ke pembahasan yang selanjutnya :

Mirasantika semakin menggoda kawula muda

Ditemukannya 1 ton sabu yang akan masuk ke Indonesia ahir-ahir ini menjadi salah satu bukti parahnya kasus pernarkobaan di negara kita ini. Kasus ini hanyalah kasus gunung es. Belum pernah dengar kasus gunung es? Sama, saya juga. Gunung es itu kan ada di laut, pucuknya terlihat di permukaan, tetapi akarnya ada di dasar lautan. Penemuan 1 ton sabu ini hanya pucuknya saja, bagaimana dengan akarnya yang belum terungkap. Ini sangat menyedihkan. Narkoba sebenarnya tidak jahat dan tidak buruk. Pemakainya saja yang kurang pemahaman dan pengetahuan dalam memfungsikannya. Dalam dunia medis narkoba kan digunakan untuk membius, dan untuk apa saja lah yang sekiranya bermanfaat. Tetapi dalam kehidupan kawula muda kita, narkoba disalahgunakan untuk mabuk-mabukan. Ngeflay, menghilangkan masalah dengan sekejap. 

Sipa dalang dibalik narkoba dan mirasantika ini? Anggapanku ada sekelompok orang yang ingin memperoleh kekayaan dengan cara mudah, jualan narkoba. Ada oknum yang ingin mendapatkan sogokan dari penjual narkoba, ahirnya memberikan perlindungan atasnya. Ada bandar yang tak ketinggalan ingin menikmati ceceran rezeki darinya. Semua mendapatkan keuntungan darinya. Lalu siapa yang menjadi korban atas tingkah mereka? Ya pemuda, ya bangsa. Pemuda yang sudah kenal narkoba hidupnya jadi dongo, otaknya pendek, tingkahnya pemberani, pembangkang, ya gitu deh. Lihat saja mereka yang lagi pada mabok ciu, merugikan diri sendiri dan memberikan sumbangsih keresahan untuk masyarakat.

Sedangkan penikmat ganja, sabu, heroin, morfin, adalah mereka anak orang kaya yang bingung mau ngabisin duit untuk apa. Ahirnya masuk diskotik, club malam, hotel remang-remang, pesta narkoba bareng teman-temannya. Memang mereka yang tersebut terahir tidak memberikan sumbangan keresahan bagi masyarakat secara langsung. Tetapi mereka telah berhasil merugikan diri sendiri dan berhasil mengajak teman-temannya pada dunianya. Dan untungnya yang diajak bukan semuanya anak orang bergelimang harta, jadi berhasil juga mereka menjerumuskan teman-temannya pada taraf ketagihan. Ahirnya bisa jadi nyuri, rampok, atau apapun yang bisa dia lakukan untuk mendapatkan benda terlarang itu. Endingnya gitu juga yah.

Aku pikir belum ada pembelaan atas kasus narkoba ini, tak ada yang membela bahwa penyalahgunaan narkoba itu dibenarkan. Kecuali mereka para orang kaya yang mampu membayar mahal pengacara. Maka seketika mereka mendapatkan pembelaan  peradilan di meja hijau saat proses persidangan. Seperti anak artis di tipi-tipi itu lah. Contoh saja putranya raja dangdut nomer wahid di Indonesia. Siapa nama anaknya Rhoma Irama, oh ya Ridho Rhoma. Karena narkoba bisa jadi tidak fokus dalam berkendara, tidak produktif dalam bermusik. Kira-kira gitu efek dari penyalahgunaan narkoba lah, dan memang itu yang diinginkan oleh pihak lain yang mempunyai misi terhadap bangsa kita.

Seks bebas semakin bebas.

Mungkin maksud mulia dari akhi ukhti semua adalah menjauhkan seks bebas dari kehidupan remaja dan pemudanya. Ah, aku terlalu su’udzon terhadap mereka. Makannya mereka sangat gethol dalam mengampanyekan anti pacaran dan putuskan saja pacarmu sekarang juga. Ya, saya mengerti. Kenapa kita tidak boleh berpacaran, karena pacaran sangat mendekatkan pada zina, dan kata lain dari zina adalah seks bebas. Oke, dalam hal ini aku setuju denganmu wahai akhi ukhtiku yang aku cintai. 

Model pacaran kita hari ini sudah semakin yahut. Ciuman sudah dipraktekan oleh anak SD, level diatas ciuman dilakukan oleh anak SMP, dan anak SMA sudah mampu mencetak generasi baru. Wah, hebat betul generasi muda kita yah? Di saat pemuda jepang sibuk membuat robot, pemuda china sibuk bikin mesin canggih, pemuda kita berlomba membuat manusia baru, keren bukan? Lalu kemana masa mudanya? Yang cewe merawat anak, lakinya mencari nafkah. Lalu Siapa yang akan belajar sejarah, siapa yang akan menjadi ahli di berbagai bidang jika pemudanya sibuk mengurus generasi selanjutnya, merawat anak-anaknya. Memangnya sudah mampu menjadi orangtua yang keren. Ah, model pacaran seperti ini memang enak didepannya saja. 

Siapa sebenarnya yang paling bertanggung jawab dengan bergesernya moral anak bangsa? Guru, orangtua, lingkungan, tontonan, tuntunan? Mulai dari guru, di sekolah bersusah-susah mengajarkan berbagai ilmu pengatahuan, di rumah ditumpas habis oleh tontonan televisi, lingkungan pergaulan, teknologi, dan orangtua. Bukan berarti membela guru sepenuhnya, tetapi memang itu juga faktor penghambatnya. Ditambah lagi dengan banyaknya guru-guru lagu yang suka lagu-laguan, guru wilangan yang suka perhitungan (tentang guru lagu dan wilangan bisa disimak di www.jangkriker.blogspot.com). Tentang orangtua, banyak yang tidak paham dan mengerti tentang peranannya sebagai orangtua. Banyak orangtua yang kelwat protective dan tak sedikit yang keblinger permisif. Ternyata jadi orangtua itu tak semudah membalikan telapak tangan. Belum lingkungan pergaulan anak yang luarbiasa acakadul, uh semua saling mendukung untuk memperlancar proses sex bebas saja
Tontonan di TV sangat mendukung proses percintaan bagi pelajar, pacaran yang menjadi acaun adalah pacaran tokoh-tokoh di TV itu loh kalau kalian sadar. Jadi yang salah para pekerja televisi nih? Bisa gitu, bisa juga tidak. Mereka juga butuh makan keleus, dan jalan mencari makan mereka adalah dengan memberikan tontonan untuk kita semua. Sehingga ketika kita belum mampu menghindari televisi, kita bisa pilah pilih tontonan yang tepat buat anak muda (tentang tontonan berbanding lurus dengan pendidikan juga bisa disimak di www.jangkriker.blogspot.com)
Belum lagi akses internet yang sangat mudah dijangkau, ini menyebabkan bokep-bokep bertebaran di dunia maya. Semua usia bisa dengan mudah mengaksesnya, dengan menonton video bokep itu menyebabkan generasi muda semakin ingin mencoba. Kita media percobaan belum ada, maka pacar adalah sarana yang tepat, etdah nyambung juga ahirnya. Ini musuh yang mengenakan, bukan menakutkan, takutnya kalau kepergok lagi gituan.
Ini wujud serangan yang nyata bagi pemuda untuk menekuni dunia persexbebasan. Lain jika pemudanya sudah mengerti dan memahami makna seks, sudah pernah mendapatkan pendidikan seks. Meskipun sama-sama besar godaannya untuk mempertahankan kesucian. Tetapi jangan khawatir tercegur sungai kalau kita berada di tengah tanah lapang. Sex bebas, pacaran, dan narkoba, dan game online, dan membela islam adalah ujian dan cobaan.

0 komentar:

Posting Komentar