Sebagai lelaki
tamvan yang mudah titen
(memperhatikan keadaan) aku jadi merasa dikoyak-koyak oleh hal menggelitik yang
satu ini. Fenomena masker selalu mampu mengingatkanku pada kasus atau isu
penyebaran virus Sars kala itu. Atau lebih mudah mengingatkanku pada peristiwa
meletusnya gunung merapi beberapa tahun lalu.
Tetapi nampaknya
hari ini tak ada virus apa-apa kecuali virus cinta dan tak ada gunung meletus
dengan abu vulkanik yang berbahaya kecuali senyuman ketus yang mempesona. Ini
ada apa kok ukhti cantik calon bribikan nyentrik pada pake masker kemana-mana?
Oh ternyata sekarang masker gak hanya dipake waktu naik motor saja, tetapi juga
saat mereka berbicara dengan orang-orang disekitanya. Sungguh anjirr kusangka,
nih bocah gak ada sopan-sopannya.
Namun sebagai
lelaki yang mulai mencoba adil sejak dalam pemikiran, aku hanya memunculkan
sangkalan pembelaan atas ketidakbenaran. Dalam hal seperti ini aku tak ingin
mencari-cari kesalahan siapa dan siapa. Aku memang sudah terbiasa mengalah dan
kalah. Ahirnya aku harus berprasangka baik pada mereka calon bribikanku yang
terus-terusan menggoda.
Aku terpaksa harus berhuznudzon bahwa mereka
sedang batuk atau pilek, takut nular ke teman sebelahnya, ya meskipun tetep
aneh aja kalo pileg harus berjamaah. Atau mungkin omonganku yang terlalu mabluk
(berdebu) sehingga mereka pada gak mau kemablukan (terkena debu sisa) omonganku
yang agak kepunjulen ini. Sehingga masker dijadikanya sebagai solusi.
Ah, sudahlah,
takut dibilang terlalu ikut campur urusan kewanitaan. Aku tak mau ambil pusing
dengan semua ini. Aku gak akan bilang kalo mereka malu punya muka jelek atau
senyuman yang gak perfek. Karena jika memang iya itu alasannya,harusnya aku
yang lebih pantas mengenakan maskernya. Tapi nyatanya, aku memang tamvan, jadi
aku tak peduli apapun dengan penilaian orang tentang betapa jeleknya
cengiranku, monyongnya lambeku dan wagunya mukaku. Nyatanya aku tamvan dan aku
berani gak pake masker.
Karena ini wujud
syukurku pada tuhan yang telah memberikan berjuta ketamvanan dan kecantikan.
Aku nulis ini karena aku takut saja salah ambil istri dikemudian hari. Contoh
kasus saja nih ya : istriku lagi pada arisan dan rumpi sana sini (baca; diskusi
islami). Lalu seusainya, kugandeng tangan istriku dari kerumunan yang semuanya
bermasker itu. Kuajak dia naik kaleng khongguan (baca; mobil) Sesampainya
dirumah, betapa kagetnya aku saat masker dibuka ternyata itu bukan istriku. Wah
aku salah ambil istri.Nah kan bahaya luar biasa.
Jadi buat
adek-adekku yang tak ingin jadi istri yang tertukar, gunakanlah masker
alakadarnya dan seperlunya saja. Kalo lagi diperjalanan atau lagi pilek,
mabluk, maka gunakanlah. Tapi kalo dalam bercakap, berhadapan, dan berkerumun
dalam arisan, maka lepaskanlah. Tetapi terakhir kusampaikan semua urusan ada
ditangan anda, termasuk surga dan neraka seratus persen pilihan anda. Hamba
tamvan hanya memaparkan pemikiran yang mudah iri dan dengki. Semua salah mohon
diampuni.
Salam prihatin
0 komentar:
Posting Komentar