Get me outta here!

Senin, 12 Maret 2018

Gara - Gara Masker, Istriku Tertukar



Sebagai lelaki tamvan yang mudah titen (memperhatikan keadaan) aku jadi merasa dikoyak-koyak oleh hal menggelitik yang satu ini. Fenomena masker selalu mampu mengingatkanku pada kasus atau isu penyebaran virus Sars kala itu. Atau lebih mudah mengingatkanku pada peristiwa meletusnya gunung merapi beberapa tahun lalu. 

Tetapi nampaknya hari ini tak ada virus apa-apa kecuali virus cinta dan tak ada gunung meletus dengan abu vulkanik yang berbahaya kecuali senyuman ketus yang mempesona. Ini ada apa kok ukhti cantik calon bribikan nyentrik pada pake masker kemana-mana? Oh ternyata sekarang masker gak hanya dipake waktu naik motor saja, tetapi juga saat mereka berbicara dengan orang-orang disekitanya. Sungguh anjirr kusangka, nih bocah gak ada sopan-sopannya. 

Namun sebagai lelaki yang mulai mencoba adil sejak dalam pemikiran, aku hanya memunculkan sangkalan pembelaan atas ketidakbenaran. Dalam hal seperti ini aku tak ingin mencari-cari kesalahan siapa dan siapa. Aku memang sudah terbiasa mengalah dan kalah. Ahirnya aku harus berprasangka baik pada mereka calon bribikanku yang terus-terusan menggoda.

 Aku terpaksa harus berhuznudzon bahwa mereka sedang batuk atau pilek, takut nular ke teman sebelahnya, ya meskipun tetep aneh aja kalo pileg harus berjamaah. Atau mungkin omonganku yang terlalu mabluk (berdebu) sehingga mereka pada gak mau kemablukan (terkena debu sisa) omonganku yang agak kepunjulen ini. Sehingga masker dijadikanya sebagai solusi. 

Ah, sudahlah, takut dibilang terlalu ikut campur urusan kewanitaan. Aku tak mau ambil pusing dengan semua ini. Aku gak akan bilang kalo mereka malu punya muka jelek atau senyuman yang gak perfek. Karena jika memang iya itu alasannya,harusnya aku yang lebih pantas mengenakan maskernya. Tapi nyatanya, aku memang tamvan, jadi aku tak peduli apapun dengan penilaian orang tentang betapa jeleknya cengiranku, monyongnya lambeku dan wagunya mukaku. Nyatanya aku tamvan dan aku berani gak pake masker.

Karena ini wujud syukurku pada tuhan yang telah memberikan berjuta ketamvanan dan kecantikan. Aku nulis ini karena aku takut saja salah ambil istri dikemudian hari. Contoh kasus saja nih ya : istriku lagi pada arisan dan rumpi sana sini (baca; diskusi islami). Lalu seusainya, kugandeng tangan istriku dari kerumunan yang semuanya bermasker itu. Kuajak dia naik kaleng khongguan (baca; mobil) Sesampainya dirumah, betapa kagetnya aku saat masker dibuka ternyata itu bukan istriku. Wah aku salah ambil istri.Nah kan bahaya luar biasa. 

Jadi buat adek-adekku yang tak ingin jadi istri yang tertukar, gunakanlah masker alakadarnya dan seperlunya saja. Kalo lagi diperjalanan atau lagi pilek, mabluk, maka gunakanlah. Tapi kalo dalam bercakap, berhadapan, dan berkerumun dalam arisan, maka lepaskanlah. Tetapi terakhir kusampaikan semua urusan ada ditangan anda, termasuk surga dan neraka seratus persen pilihan anda. Hamba tamvan hanya memaparkan pemikiran yang mudah iri dan dengki. Semua salah mohon diampuni. 

Salam prihatin

0 komentar:

Posting Komentar