Berawal dari
kejenuhan, muncul berbagai pertanyaan dan rencana-rencana memusingkan.
Mula-mula kami berdiskusi membahas tentang agama, kok ya rasanya mainstream.
Bukan berarti kami ingin lari dari agama, kami hanya ingin mempelajari agama
dari salah satu sisi berbeda. Karena model labeling agama itu ya ngaji, pakai
baju muslim, kajian, baca qur’an dan hadits. Maksud kami, bukan berarti itu
tidak penting, itu sangat penting. Cuma saja kami ingin tahu makna agama dari
sisi yang bukan itu, pasti ada dan sama-sama mengena jika bisa mengambil
maknanya.
Beberapa kali
kami mengadakan diskusi tentang macam-macam. Mulai dari diskusi tentang tontonan,
pendidikan, cerpen, politik, lingkungan sampai ke tragedi terkini. Semuanya
kita diskusikan bersama, lebih tepatnya sih bukan diskusi ya, kita Cuma gentian
cerita gitu. Biar kelihatan keren kita sebut saja yang seperti itu sebagai
diskusi. Dalam diskusi kita itu ya cuma cerita ngalor ngidul yang tentunya
hanya berlandaskan pengalaman dan pengetahuan yang kita dapat dari hasil bacaan
kita masing-masing.
Nah, pada
diskusi kali itu kita ingin berbincang tentang budaya, seniman, tradisi, dan pengetahuan.
Pikiran kita langsung tertuju ke kota pelajar, ya Jogjakarta. Kami ingin bertualang
ke sana untuk menguak apa-apa yang ada di sana (wah, rasanya udah kaya
sekumpulan detektif saja nih). Tetapi kami pikir untuk sampai sana kita butuh
dana yang tak sedikit, lagian kita ini kan anak-anaknya orang miskin yang tak
boleh sakit dan tak boleh sekolah di sekolah faforit. Karenanya, ahirnya kita mengalihkan
rencana untuk mengunjungi pesohor seni budaya atau siapa saja yang kira-kira
kita bisa serap ilmunya yang berada di kota kita tercinta, Banyumas satria.
Betul, tanpa
berfikir panjang kami pun mulai memetakan tokoh atau figur seniman, sastrawan, sejarawan,
ataupun budayawan yang ada di Kabupaten Banyumas tercinta. Salah satu sosok
yang akan kami kunjungi pertama adalah blio abah Titut Edi Purwanto.
Kenapa kita memilih blio untuk dikunjungi pertama?. Blio ini menurut kita ya
seniman Banyumasan lah, dan kebetulan kita pernah berjumpa dengan blio
sebelumnya. Menurut informasi yang kami dapat, blio bersemayam di rumahnya yang
terletak di Desa Pangebatan Kecamatan Karanglewas. Saat kami temui di kediamannya
blio mengaku bahwa dirinya hanyalah sosok seniman yang gagal. Dan mulai dari
ungkapan itulah kami menggali banyak informasi dan pengetahuan lainnya. Berikut
rangkuman kuliah malam bersama blio :
1. Hidup ini
sebenarnya hanya lipatan-lipatan.
JIka kita
menganggap orang lain lebih bahagia daripada kita, mungkin saja mereka
sebenarnya lebih menderita dari kita. Hanya saja kita tidak pernah melihat
mereka mengeluh. Karena hidup manusia itu memang begitu, ada hitam ada putih,
ada gelap ada terang. Dan yang demikian itu adalah seni hidup sekaligus puisi.
Hidup manusia memang terkadang di bawah, kadang di atas, kadang jaya, kadang
juga menderita. Tapi jika disadari, seorang yang terlihat berhasil memaknai
hidup, dia pasti mempunyai banyak lipatan-lipatan hidup.
2. Petani adalah
makhluk terdekat dengan Tuhan.
Bagi masyarakat
Indonesia khususnya jawa, pekerjaan yang hampir ditekuni oleh seluruh rakyatnya
adalah petani. Dan jika kau percaya, petani itu orang-orang yang paling dekat
dengan tuhan. Bahkan sebelum manusia mengenal tuhan, petani sudah membuat
mantra-mantra untuk disanjungkan kepada dzat kang murbaing dumadi yang
sejatinya itu adalah pemaknaan dari kata Tuhan. Hidup petani sehari-hari ya
hanya gitu-gitu saja. Pagi datang ke sawah dan ladang, bercengkrama dengan
tumbuhan bersetubuh dengan alam. Petani mengadukan semua urusannya kepada tuhan
setelah semua usahanya dilakukan. Mereka benar-banar dekat dengan Tuhan.
3. Diskusi
dengan Tuhan, katak jadi moderatornya.
Setelah manusia
mengenal Tuhan, hendaknya manusia menjadi makhluk yang paling bahagia. Menyembah
kepada Tuhan untuk semua kebaikan pada dirinya. Jika kau ingin sembahyang yang
syahdu, maka boleh gunakan model sembahyang berikut. Malam pukul sebelas atau
duabelas, datanglah ke sawah lalu duduk di pematangnya. Berdiam diri, menikmati
udara dingin, bintang-bintang berkerlipan. Kau pejamkan mata, dan mulailah
berdiskusi dengan Tuhan, apapun materi diskusimu, percayalah bahwa Tuhan maha
tau. Sesekali dengarkan suara katak disampingmu, dia jadi moderator diskusimu
dengan tuhanmu. Bukankah yang seperti ini jauh lebih syahdu?
4. Tentang sorga
dan Agama.
Kita beribadah
bukan semata-mata untuk membeli sorga, melainkan untuk menebus nikmat dan
mengahpus dosa. Bahkan tak akan pernah lunas sampai kapanpun jika Tuhan maha
perhitungan. Tapi kita ini beribadah semata-mata hanya mencari kasih sayang dan
welas asieh gusti Alloh. Kita semua berhak atas sorga, karena sorga bukan
milik salah satu golongan saja. Dan yang terpenting dari itu semua adalah
selamat. Selamat dunia dan selamat akhirat. Karena pentingnya makna selamat
itu, sampai-sampai mbah-mbah kita dulu membuat sarana untuk memohon keselamatan
dengan membuat kupat lepet dan kupat slamet. Mungkin jika mengetahui
ini, Tuhan akan gemuyu, dan berkata
manungsa ana-ana bae polaeh ( Manusia ada-ada saja tingkahnya).
5. Siapa yang
benar siapa yang selamat?
Anggapan kita
golongan yang terbanyak pasti yang benar dan selamat. Tahan sebentar, sebuah
contoh adalah tanaman padi yang ada disawah dan sedang dipanen. Setelah pohon
padi dirontokan padinya semua padi masuk ke dalam karung, kecuali yang tersisa
di pohon padi dan dibuang. Bagi para padi yang ada di dalam karung bilang
kepada padi yang tersisa di pohon padi “dadahh, selamat jalan, kami golongan
terbanyak, dan akan masuk sorga duluan, selamat jalan padi-padi malang”. Eh,
ternyata setelah karung padi diusung menggunakan truck, datanglah nenek-nenek
tua. Mereka memunguti sisa padi dan langsung membawanya pulang. Dijemur, dan
ditutu, langsung dimasak keesokan harinya.
Nah, bagaimana kabar mereka yang ada di dalam karung?
6. Islam itu
isine alam.
Jika kita
menganggap islam adalah ajaran yang fanatic, penuh dengan keharusan, maka kita
butuh istirahat sejenak, ngopi, dan berfikir lagi. Tuhan itu tidak maha memaksa,
tetapi tuhan maha rileks. Islam itu bukan mereka yang pakai baju muslim
(maksudnya mungkin baju koko, dari namanya saja ini sudah kafir sekali, bajunya
koko, dan koko itu orang mana? )
7. Setiap kita
harus punya daya ganggu
Seniman gagal
sekalipun harus punya daya ganggu. Contoh kasus adalah tuh kepala botak (sambil
nunjuk salah satu teman kita yang botak) atau gondrong sekalian. Intinya harus
punya daya ganggu (bahasa sekarangnya anti mainstream kali yah)
8. Menghargai
leluhur itu penting.
Kita ada pada
masa sekarang karena ada para leluhur kita. Mereka adalah jembatan bagi kita
untuk mengenal tuhan, keyakinan, dan kebudayaan
yang agung. Yang kita sebut leluhur itu kan para nenek moyang, pahlawan,
dan mbah-mbah kita yang hidup jauh sebelum kita. Karena kita hidup hakikatnya
ya Cuma gentian. Kita menggantikan orang-orang dulu, dan esok kita akan
digantikan oleh generasi penerus kita. Maka tidak berlebihan jika ada pepatah
yang mengungkapkan “bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai
pahlawannya”.
9. Di zaman yang
edan ini hanya orang gila yang waras.
Maksudnya, gila
adalah total dalam bidangnya. Gila itu
tidak tanggung-tanggung, berani berbeda dengan keadaan sekitar. Terkait hal-hal
gila ini sudah dicontohkan oleh pemimpin-pemimpin Negara kita, Indonesia
tercinta. Soekarno sang bapak proklamator gila wanita, B.J Habibie gila ilmu
pengetahuan dan teknologi, Soeharto gila harta, nah kalau gusdur katanya yang
milih yang gila. Sudahlah lupakan tentang yang gila-gila mereka para pemimpin
bangsa. Kita raba pada diri kita, kita gila apa?
10. Jadi
mahasiswa jangan planga-plongo
Perumpamannya
adalah ketehek (kera) ketulup (terkena peluru dari tulup, senjata daerah).
Mahasiswa sekarang banyak yang seperti kethek ketulup, bingung mau berbuat apa.
Alasannya ya karena saat berada di bangku kuliah yang dicari hanya IPK, nilai
dan ijasah saja. Sehingga saat selesai yang didapat ya hanya itu saja.
11. Jadi orang
jangan suka itung-itungan.
Bukan berarti
menghindari matematika. Dalam urusan harta semua tak akan pernah cukup dirasa.
JIka semua diperhitungkan maka bahagia akan semakin jauh saja rasanya. Kaya itu
tidak hanya kaya harta, saudara, ilmu, dan pengetahuan juga kekayaan yang kekal
adanya. Nah, kalau semua tak diperhitungkan lagi, maka rezeki adalah bonusnya. Kerja
juga untuk mencari bahagia, bukan hanya harta, meskipun ada bahagia yang
terselip pada harta kita.
12. Banyumas
jadi sinarnya tanah jawa.
Bukan
berlebihan, seharusnya bukan hanya tanah jawa, tetapi malah Indonesia. Banyumas
itu istimewa, untuk mengetahui keistimewaannya kalian harus mengunjungi
tokoh-tokoh banyumas. Lalu, belio menunjukan siapa dan siapa saja yang harus
kami kunjungi untuk kesempatan selanjutnya. Kami pun mencatatnya dan
merencanakan untuk mengunjunginya di kesempatan selanjutnya.
Demikian catatan
perjalanan kami malam itu, semoga bisa menjadi tambahan wawasan, pengalaman,
dan khazanah keilmuan. Muga-muga dewek kabeh dadi uwong sing slamet dunya
slamet akherat.
0 komentar:
Posting Komentar