Get me outta here!

Jumat, 08 Desember 2017

Karena Banyumas Keren, Maka Orangnya Juga Harus Keren.



Setelah beberapa hari lalu kami para mafia sega brekat mengunjungi seniman Banyumas, malam ini kami berencana mengunjungi sejarawan Banyumas.

Malam minggu jika dimaknai oleh anak remaja seusia kami maka jadi malam yang seharusnya syahdu bahkan sendu. Jika sebagian besar dari remaja seperti kami menghabiskan malam minggu untuk bertandang ke tempat-tempat hits, berkunjung ke rumah kekasih, atau justru berdiam diri di rumah menemani gadget keren yang lagi ngambek minta dipijit dan diurut. Kami, para mafia sega brekat malah merencanakan mau mengunjungi tokoh yang entah dimana kediamannya. Hanya bermodalkan alamat yang tertera di bagian halaman belakang buku yang ditulis oleh beliau, kami siap merapatkan barisan untuk ngendong ke tempat dimana beliau bersemayam. Sebut saja beliau sebagai seseorang yang diberi nama Nasirin L Sukarta, sang sejarawan sekaligus sastrawan nyentrik dari Banyumas.

Kekepoan terhadap sosok Nasirin ini muncul sesaat setelah kami mendapatkan sebuah novel karangan beliau yang berjudul “Kumandang Tembang Mrapat”. Hingga akhirnya kekepoan ini membawa kami berenam bersepakat malam minggu ini kami akan meminta petuah dari beliau. Setelah gerimis reda, ba’da maghrib, kami tancap gas menuju Desa Kalisube Kecamatan Banyumas Kabupaten Banyumas. Sempat bertanya-tanya kepada warga sekitar, tapi kemudian singkat cerita sampailah kami di kediaman beliau ini. Di sebuah gubuk kecil, disamping rumah inti, sejarawan nyentrik ini sedang bersantai di sana. Mendengar deru motor yang sepertinya berhenti, beliau keluar dan menemui kami.

Tak perlu berpanjang lebar, kami langsung memulai perbincangan bersama beliau diiringi dengan banyolan-banyolan gurih khas Banyumas. Tanpa diminta banyak, beliau langsung memulai berbagi cerita yang kami anggap itu adalah petuah. Mulai dari kebiasaan orang Banyumas, sejarah, dan memaknai kehidupan. Semua yang masih kami ingat akan kami tuliskan pada rangkuman berikut :

1. Orang Banyumas itu keren
Merujuk pada sejarah yang beliau sering ceritakan dalam karyanya, yang namanya Banyumas itu sebenarnya merupakan satu daerah di Jawa yang sudah mandiri sejak dulu. Ibarat kata, Banyumas tanpa pemimpin pun (pemimpin dalam artian pemerintahan sekarang) sudah bisa hidup damai dan tentram. Banyumas adalah teritorial yang tidak menerima dan tidak juga menentang terhadap adanya pemerintahan dari kerajaan. Artinya, Masyarakat Banyumas telah mempunyai jati diri.

2. Jadi orang Banyumas juga harus keren
Karakter masyrakat Banyumas itu tidak mengekor pada budaya dari luar (bukan hanya luar negeri, tetapi juga luar daerah). Percontohan karakter orang Banyumas adalah cablakanya. Namun, cablaka yang sering dimaknai oleh orang-orang sekarang itu lebih mirip cablaka dusta, tidak benar-benar cablaka. Yang namanya cablaka itu ya apa yang ada di hati itu sesuai dengan apa yang diucapkan. Orang Banyumas kalau ngomong itu cetha’ dan mantap. Karakter lain yang terlihat jelas adalah pada hubungan antara anak dan orangtua. Sepertinya terlihat orang Banyumas itu tidak sopan-sopan. Nyatanya antara anak dan orangtua tidak ada anggah-ungguh basa. Tetapi jauh dari itu, orang Banyumas sering melawan argumen orangtua, bukan berarti durhaka, hanya satu jenis pedidikan untuk bebas dari belenggu. Biar anak memiliki nalar dan jiwa yang kritis (sekali lagi katakan apa yang dirasakan). Namun untuk tingkat sayangnya orang Banyumas pada orangtuanya jangan ditanya. Ini lebih mirip rasa sayang yang tidak lebay, karena sebandel-bandelnya anak Banyumas pada orangtuanya pasti tak akan tega jika harus durhaka. 

 3. Banyumas induk kabupaten tetangga
Sebelumnya kita tak pernah berfikir lebih jauh tentang daerah kita ini. Taunya ya kalo karsidenan Banyumas terdiri dari Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, dan Cilacap. Kami tak berfikir sebelumnya kenapa namanya karsidenan Banyumas, bukan Cilacap, atau Kebumen. Ini karena diantara semua yang tersebut Banyumaslah yang menjadi cilak balak dan tentunya yang tertua. Mula-mula semua bagian itu satu, tetapi kemudian dibagi-bagi menjadi beberapa bagian.

4. Banyumas jadi sinarnya Indonesia
Bagian ini yang mejadi bagian paling berkesan dan menjadi pemacu bagi kami untuk menggali informasi lebih banyak dan lebih jauh lagi. Sesudah Indonesia merdeka, tokoh-tokoh revolusi Indonesia bertemu di salah satu tempat di Banyumas untuk berunding. Tokoh-tokoh itu adalah bapak presiden Soekarno, Tan Malaka, dan Soedirman. Mereka bertemu untuk memperbincangkan nasib bangsa ke depan. Ternyata mereka mempunyai persepsi yang tidak sama antara satu dan yang lainnya. Hingga akhirnya mereka berpisah dengan keyakinan dan kepercayaan masing-masing. Soedirman meminta izin pada Soekarno untuk berjuang dengan jalan bertempur di medan perang dengan strategi gerilyanya yang bahkan kini diakui dunia sebagai strategi gerilya yang baik. Tan Malaka berkeyakinan bahwa semua yang terjadi saat ini karena rakyat Indonesia belum mendapatkan pendidikan yang cukup matang untuk menjadi bangsa merdeka. Soekarno dengan jalur diplomasinya yakin akan membawa Indonesia pada kemerdekaan yang hakiki. Apakah semua ini benar? Ini tugas kita untuk terus mencari dan mencari, menggali dari berbagai informasi. 

5. Banyumas tempatnya orang keren
Sebutkan saja tokoh-tokoh yang ada di Banyumas, banyak diantara mereka yang menjadi pelopor. Sejauh yang kami tahu hanya beberapa saja : Soedirman, Gatot Subroto, Margono, dan banyak lagi yang belum kami tahu. Dari sinilah kami berkeyakinan bahwa tokoh Banyumas itu keren dan berpengaruh di berbagi bidang. Dan menurut pendapat kami, orang Banyumas itu tidak suka tenar, lembah manah, dan tidak ingin dipuji-puji. Sehingga sekarang kami sampai tidak mengerti tokoh-tokoh yang dimaksud tadi. Apakah karena kami yang kurang mencari atau memang seakan mereka tak ingin dijunjung tinggi

6. Tugas kita sekarang
Setelah semua keunggulan Banyumas kita ungkap, sekarang saatnya kembali pada diri sendiri. Berkaryalah dengan apa yang kamu bisa, jangan tanggung-tanggung, total. Katakan yang sebenarnya walau itu menyakitkan. Generasi kita harus memegang erat karakter kebanyumasannya, mengembangkan kebisaan dan kemampuannya di bidang masing-masing. Jadilah orang Banyumas yang sebenarnya, dan Banyumas akan jadi sinarnya tanah Jawa, Indonesia, Bahkan jika perlu dunia.
Sebelum kami akhiri catatan pendek untuk cerita yang panjang ini, boleh kiranya kami berprasangka pada wa Nasirin jika sebenarnya beliau tidak hanya menulis berdasarkan pengalam kasat matanya saja, tetapi juga pengalaman spiritualnya. Ini karena sering kami dengar berulang kali kata lorong waktu darinya. Dan yang menjadi daya ganggu yang dimilik Nasirin ini adalah dalam menulis novel itu tidak menggunakan mesin ketik, komputer, atau laptop. Tetapi hanya menggunakan sebatang handphone jaman old yang semakin antik setiap harinya. Handpone Nokia celiring saja. Sungguh daya ganggu bahwa handphone bisa saja masuk neraka atau surga tergantung pemakainya. Pesan beliau sebelum kami kembali ke rumah kita masing-masing adalah kembangkan potensimu masing-masing.  Rahayu !!

Rahayu kuwe luwih duwur nimbang assalamu’alaikum yah wa?
Uwis orausah manding-mandingna endi sing luwih duwur endi sing luwih endhep. Intine ya assalamu’alaikum ana nang njerone rahayu lah.
Demikian laporan perjalanan malam minggu kami, semoga bisa bermanfaat untuk saya, dan kita semua. Dan jika pun tidak bermanfaat maka akan kumanfaatkan sendiri, hihi.

0 komentar:

Posting Komentar