Get me outta here!

Senin, 10 Desember 2018

TAMAN BACA ASTINA FIKTIF #2



Akhirnya kami dikunjungi
Karena banyak yang penasaran dengan sebuah tempat yang kami namai taman baca astina ini, maka kami harus siap-siap dikunjungi oleh banyak orang. Hampir setiap hari pasti ada saja yang berkunjung ke taman baca astina ini. Mulai dari anak-anak sekitar tempat tinggal kami, remaja, emak-emak dan juga bapak-bapak muda. Ada yang hanya numpang ngopi, numpang foto pencitraan, ada yang bener-bener membaca, dan ada yang meminjam buku.

Beberapa kunjungan special adalah kunjungan dari lembaga pendidikan resmi. Yang pertama adalah kunjungan dari siswa-siswi TK Diponegoro 104 yang ingin numpang baca pas hari gernasbaku (gerakan nasional orangtua membacakan buku). Yang kedua kunjungan dari santri putri Pondok pesantren Andalusia yang semua santrinya juga bersekolah di SMP dan SMA Islam Andalusia. Yang ketiga kunjungan dari anak-anak SMK Tunas Bangsa, SMKN Kebasen, Dan juga kunjungan kelas PBA B 2015 IAIN Purwokerto serta dari UKM FISIP UNSOED.

Donasi yang datang dari sana sini
Karena kami lebih rajin memposting kegiatan-kegiatan kami di media sosial, maka yang melihatpun semakin banyak. Ahirnya donasi buku-bukupun berdatangan dari rekan-rekan dan orang-orang yang mempunyai perhatian terhadap dunia literasi, baik itu donasi dalam jumlah sedikit maupun banyak. Baik bacaan anak-anak, remaja, sekalipun buku mata pelajaran. Baik buku bacaan maupun rak buku, printer atau tempat duduk. Semua terasa indah karena tanpa kami meminta sudah banyak yang peduli.

Nama taman baca astina
Sebenaranya kami tak mengerti secara mendalam tentang makna dari taman baca astina ini sendiri. Karena tempat kami berada di Ngasinan maka kami sering menyebutnya dengan Astina, dan kebetulan nama Astina itu adalah nama sebuah negara di dunia pewayangan.

 VISI : Menjadi Anak Kampung Yang Tak Kampungan
Mengingat tempat tinggal kami yang berada di kampung, tepatnya di dusun Ngasinan RT 03 RW 04, Desa Kaliwedi, Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas. Kami sangat sadar akan hal ini, sebagai anak kampung tidak kemudian menjadikan diri kami minder dan ingin menjadi seperti kebanyakan teman-teman kita yang lain yang lebih ingin terlihat kekinian dan kekota-kota’an. Kami anak kampung, dan kami bangga dengan kekampungan kami. Karena bagi kami “ dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung tinggi-tinggi ”.  Bagi kami, cukup tempat tinggal dan lingkungan kami saja yang berada di kampung, tetapi tidak dengan konsep berpikir, wawasan, dan pemahaman. Kampung dan kampungan itu jelas berbeda, kampung adalah tempat tinggal atau wilayah yang jauh dari kota, sedangkan kampungan adalah manifestasi dari penjelasan kudet, katro, kagetan, latah, udik, dan gumunan (kagum yang berlebihan).

Usaha kami untuk merealisasikan motto atau jargon yang kami buat ini, kami selalu berusaha dan berdo’a untuk memfasilitasi usaha penolakan labeling kampungan bagi kami, yaitu dengan menyediakan buku-buku dan bahan bacaan yang mengantarkan kami khusunya, dan anak-anak serta remaja di sekitar kami umumnya, untuk menuju pola pikir dan pemahaman yang tak sekampungan anggapan orang-orang. Jadi dengan ini kami berusaha menghindarkan diri dari pengertian kampungan yang kami maksud di atas. Kami ingin tumbuh menjadi generasi penerus bangsa Indonesia yang kuat, kokoh, tak tergoyahkan, dan mempunyai landasan serta pegangan yang kuat.

Sebagai anak kampung yang kebanyakan pekerjaan orangtua kami hanya meladang, buruh, dan buruh tani. Kami sungguh sadar akan kemampuan orangtua kami untuk menyediakan bahan bacaan bagi kami. Hanya untuk membeli beras, lauk pauk, dan kebutuhan hidup lainnya saja kadang mereka masih dibantu dengan hutang, apalagi sampai terfikir untuk membelikan kami bahan bacaan berupa buku-buku yang harganya mahal dan belinya entah dimana. Bagi masyarakat Indonesia di pelosokan seperti ini, orangtua lebih mudah membelikan handphone atau gadget keren ketimbang membelikan buku yang tak begitu keren menurut mereka.

Sehingga kami mempunyai asumsi bahwa bagi orang-orang yang hidup di kampung seperti kami ini hobi membaca merupakan hobi mahal. Untuk bisa memperoleh buku, orangtua mereka harus kaya dulu. Dan tidak cukup kaya saja, tetapi juga sadar akan pentingnya membaca. Dengan usaha kami mendirikan Taman Baca Astina ini kami mempunyai i’tikad untuk memurahkan dan memudahkan hobi membaca yang mahal itu. Langkah yang kita ambil adalah dengan menyediakan bahan bacaan untuk anak-anak dan remaja sekitar kami. Bisa dibaca di tempat atau bisa juga dipinjam untuk 2-3 hari ke depan. Tak pernah terfikirkan oleh kami akan ada denda atau sewa untuk peminjaman. Wong gratis saja belum tentu banyak yang mau kok, apalagi ada sewa dan denda.

Taman baca astina hanyalah fiktif belaka
Fiktif itu tidak nyata, ungkapan ini sering kami lontarkan kepada orang-orang yang bertanya tentang letak taman baca astina. Tujuan dari ungkapan taman baca astina fiktif ini adalah supaya kami tidak merasa sakit hati jika ternyata keberadaan taman baca ini tidak dianggap. Selain itu, alasan kami membuat persepsi taman baca astina hanyalah fiktif belaka itu karena sebenarnya kami agak malu dan minder jika ada teman-teman kami yang jauh dari kota ingin main ke sini. Kami agak malu jika ternyata apa yang ada tak sesuai dengan ekspektasi mereka. Hanya melihat melalui medsos itu terkadang menimbulkan ekspektasi yang tinggi. Takutnya setelah berkunjung ke sini mereka shok dan kaget. Wah ternayta taman baca astina hanya meja dan bangku yang ditata di halaman rumah reot yang bahkan hamper roboh.

Selayang pandang taman baca astina
Menjawab pertanyaan yang selalu ditanyakan pengunjung yang datang ke taman baca astina adalah hal yang menyenangkan. Pertanyaan sama yang selalu ditanyakan adalah : Apa buku-buku yang ada disini kalo malam gak dimasukan? Apakah tidak takut dicuri? Apakah tidak kehujanan? Hampir semua orang yang pertama kali datang ke taman baca kami pasti selalu menanyakan itu. Jawaban kamipun sangat simple dan kami sungguh suka dalam menjawabnya, ada semacam rasa jumawa dan sok cool saat menjawab pertanyaan ngehek ini. Kalo malam ya tetap disini saja, kalo hilang berarti malingnya maling cerdas. Ya kali daripada nyuri uang rakyat lebih mulia nyuri buku. Nyatanya memang gak pernah hilang kan. Kalo hujan datang, maka cukup sediakan mantel plastik untuk menutupinya biar tidak terkena percikan hujan. Kami memang seakan terlihat susah, tetapi sebisa mungkin jangan menampilkan keususahan kepada oranglain, apalagi yang baru kita kenal.

Pertanyaan selanjutnya adalah kenapa gak bayar kalo pinjam, buku-bukunya darimana, kalo ada yang pinjam dan tidak mengembalikan itu bagaimana? Jawaban kami lagi-lagi sok bijaksana. Sudah ada yang mau pinjam saja sudah Alhamdulillah luarbiasa, gak usah bayar atau sewa. Kalo ada yang pinjam dan tidak mengembalikan itu urusan mereka dengan dirinya, bukan urusan kami. Kami hanya memeberikan kepercayaan kepada mereka saja, perkara mereka mau menyia-nyiakan atau menjaga kepercayaan itu sih terserah. Unutk buku-buku yang ada di sini bermula dari diri sendiri dan ditambah dari donasi-donasi teman serta orang-orang yang mempunyai kebesaran serta kerendahan hati untuk peduli pada gerakan kami.

Kegiatan terkini taman baca astina
Ahir-ahir ini relawan dan aktifis taman baca astina sedang sibuk proses produce film kedua untuk nantina bisa dibahas bersama dalam acara buka bersama. Selain itu kami juga sedang membuat lagu karya sendiri, dan yang terkahir adalah ikut komunitas Gelar Tikar di Purwokerto.

Demikian perjalanan kami, taman baca astina dari waktu ke waktu. Harapan kami semoga taman baca astina mempunyai kebermanfaatan bagi semua. Dapat berperan penting dalam penggalangan kampanye gerakan membaca. Ikut membantu mewujudkan tujuan pendidikan di Indonesia, ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Semoga ke depannya taman baca astina bisa lebih keren lagi, dan semoga sudah tidak fiktif lagi, amin jangan? Ya aminn donk, kan do’a baik, harapan baik, manusia hidup karena punya harapan. Terimakasih sudah membaca artikel krik-krik ini, semoga tidak bosan, dan berkenan.

Semua tentang kami bisa dilihat disini :
Youtube chanel : Tamanbaca astina
Instagram : Taman Baca Astina
Blogger : jangkriker.blogspot.com
Fanspage : Forum diskusi sega brekat

TAMAN BACA ASTINA HANYA FIKTIF BELAKA


Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya zaman, manusia mengalami berbagai kemajuan dan perkembangan. Dari semua jenis kemajuan dan perkembangan, yang paling mudah dirasakan dampaknya adalah kemajuan dan perkembangan dalam bidang teknologi, informasi, dan komunikasi. Hari ini manusia sudah tidak perlu lagi bersusah payah untuk pergi ke suatu tempat di belahan dunia untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di sana. Cukup dengan melihatnya di layar televisi atau bisa juga dari gadget canggih yang terkoneksi dengan internet. Hal ini menandakan pesatnya kemajuan dan perkembangan di bidang teknologi, informasi, dan komunikasi.

Namun pada akhirnya kita pun tahu bahwa setiap kemajuan pasti memiliki dua sisi mata pisau yang berlainan, dalam artian mempunyai dampak positif dan negatif. Jika kita mampu mengambil sikap yang tepat, maka nilai kebermanfaatannya lebih banyak daripada kerugiannya. Dan begitupun sebalinya, jika kita tidak mampu mengambil sikap yang tepat terhadap kemajuan maka bisa dipastikan dampak negatif lebih banyak daripada dampak positifnya. Semua ada dalam genggaman kita, semua ada dalam kendali kita.

Terlepas dari dampak positif dan negatif, perkembangan teknologi, terutama teknologi gadget ini tentunya sedikit banyak pasti mempengaruhi pola pergaulan, pendidikan, dan tatanan sosial masyarakat kita. Sekarang kita bisa dengan mudah menjuampai sekelompok remaja atau pemuda yang saling berhadapan namun tak kunjung muncul percakapan. Berkumpul pada suatu tempat yang sama tetapi semua sibuk menunduk dengan dunianya masing-masing. Dengan kata lain, gadget mampu mendekatkan yang jauh sekaligus mampu menjauhkan yang dekat. Belum lagi dengan anak-anak yang semakin disibukan dengan gadgetnya. Berbagai macam permainan bisa diakses oleh anak-anak melalui gadgetnya, baik secara online maupun offline. Ini artinya permainan yang ada dalam gadget terasa jauh lebih menyenangkan daripada bermain permainan sungguhan bersama teman-teman.
Dalam kondisi seperti ini, keprihatinan kami terhadap perkembangan generasi anak-anak dan remaja terasa semakin menjadi. Karena kami merasa prihatin dengan keadaan ini, maka langkah yang selanjutnya kami ambil dalam menyikapinya adalah dengan berusaha membuat anak-anak dan remaja mempunyai hobi membaca.

Kenapa harus membaca
Banyak sekali jargon bertebaran mengenai pentingnya kegiatan membaca. Tak susah bagi kita untuk mendapati kalimat “membaca adalah jendela dunia” atau “dengan membaca, maka aku ada”. Hampir keseluruhan dari kita tak ada yang menolak tentang berbagai argumen yang menguatkan dan menerangkan pentingnya membaca. Terlebih di era globalisasi yang semakin menjadi-jadi, membaca menjadi kunci untuk membentuk tameng dan pelindung diri dari berbagai kutukan dan efek samping kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi.

Banyak yang menolak membaca buku dengan alasan semua yang ingin diketahui sudah ada di dalam mesin pencari informasi di internet yang sangat canggih, ajaib, dan sakti, sebut saja mbah google. Semua hal yang ingin kita ketahui sudah tersedia dengan gratis disana. Semua informasi sudah semakin berseliweran di dalamnya. Sedangkan buku hanya menyediakan informasi yang tak terkini dan tak sesuai dengan apa yang kita cari. Tak sedikit yang mengelak dari pentingnya membaca buku. Alasannya adalah membaca dari buku bukanlah membaca yang sebenarnya, membaca itu bisa dari mana saja, termasuk dari lingkungan sekitar, sikap, dan alam semesta. Yang bisa dibaca dari buku hanyalah tulisan dan omongan seseorang.

Tak ada yang salah dengan pendapat dan prasangka tersebut di atas, tetapi lambat laun, pentingnya membaca buku seakan mendesak kami untuk segera meyakinkan kepada khalayak ramai akan pentingnya membaca buku. Buku memang sekilas hanya lembaran kertas-kertas berbau khas yang berisi tulisan-tulisan biasa. Namun jika kita gali lebih dalam lagi ternyata jika kita ingin mendapatkan wawasan, pengetahuan, dan keontetikan dari pengetahuan itu sendiri, buku menyediakan itu semua bagi kita. Terlepas dari buku-buku yang dimanipulasi untuk kepentingan politik, pemutihan sejarah, dan sebagainya, buku tetap menjadi satu referensi yang keren. Dengan membaca buku, kita menggali informasi sampai detail sampai ke akarnya. Pantaslah jika kita harus setuju dengan “ buku adalah jendela dunia “. Artinya jika kita ingin mengetahui tentang bagaimana keadaan dan seluk beluk dunia, kita harus mau membaca tentangnya.

Teringat akan pentingnya membaca, maka tak ada salahnya bagi kami untuk menebarkan virus baca dimana-mana, tak terkecuali di kampung kami yang bernama “Ngasinan” tercinta ini. Membaca bukanlah tuntutan dan kewajiban bagi umat manusia, tetapi setelah kita sadar, membaca adalah kebutuhan bagi kita semua selaku umat manusia yang ingin memanusiakan manusia. Terlebih bagi manusia yang sudah harus adil sejak dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Dan aneh rasanya jika mengaku umat nabi Muhammad saw tetapi tidak mau membaca. Ajaran islam yang dibawanya saja memerintahkan manusia pertama kali adalah untuk membaca, Iqra. Jadi dengan adanya taman baca astina ini adalah wujud ikhtiar kami untuk menyikapi fenomena yang terjadi.

Mulailah dari diri sendiri
Perjalanan ribuan kilometer dimulai dari satu langkah, suatu yang besar dimulai dari yang kecil. Kami sangat faham dengan kaidah itu, sehingga dengan kondisi dan keadaan bagaimanapun kami harus memulai ini dari diri sendiri, dan dari hal kecil. Diakui atau tidak, membaca merupakan langkah yang baik untuk memulai sebuah perubahan dan keadaan. Bagaimanapun membaca tetap penting dan selamanya tak akan pernah sia-sia. Kita telah mengetahui dan juga sepakat bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangatlah rendah, bahkan yang terendah di dunia. Cukup, kami tidak ingin melanjutkan kesepakatan itu.

Kata siapa minat baca masyarakat kita rendah, yang kami yakini adalah sumber bacaannya yang rendah. Bagaimana masyarakat mau membaca, bagaimana anak-anak mau membaca jika sumber bacaannya tidk ada. Bagaimana anak akan membaca jika orangtua lebih mudah membelikan gadget keren daripada membelikan buku-buku? Dari sinilah kemudian ide awal berdirinya taman baca astina. Kami ingin menyediakan sumber bacaan untuk anak-anak, remaja, sekaligus orangtua yang ada disekitar kita. Awal mula berdirinya taman baca astina ini sebenarnya hanyalah remeh temeh dan tak ada rancangan serta perencanaan yang matang sama sekali. Bermula dari saya pribadi yang memiliki beberapa buku-buku bacaan,  hanya beberapa, paling cuma lima buah buku saja, dan itupun hanya novel. Kemudian saya membeli majalah bobo untuk bisa menarik anak-anak agar mau mulai membaca, hanya dua atau tiga majalah saja, ya ini karena keterbatasan dana. Selanjutnya buku-buku dan majalah itu kami taruh di atas meja di depan rumah, dan kami nekat mencetak baner ukuran kecil bertuliskan taman baca astina.

Pertemuan demi pertemuan yang mempertemukan
Selanjutnya kami foto buku dan majalah serta baner kecil bertuliskan taman baca itu, lalu kami posting di status facebook, bukan, bukan posting untuk meminta bantuan atau donasi atau sejenisnya. Hanya sebatas status belaka tanpa tujuan tertentu. Dari postingan pertama ini, ternyata mendapatkan respon positif dari salah satu teman kami yang kebetulan juga mempunyai pemahaman dan minat yang sama, membaca. Namanya adalah Danar Prasetyo, salah satu mahasiswa semester awal di salah satu Universitas di kota Purwokerto. Karena mempunyai minat yang sama dan diia juga mempunyai buku-buku bacaan, maka selanjutnya tanpa fikir panjang kami melakukan  pertemuan empat mata di suatu tempat dan mulai membicarakan tentang hasil bacaan kita masing-masing. Pada akhir pertemuan inilah munculah kesepakatan bahwa dia akan menitipkan buku-bukunya di meja dan tempat yang nantinya akan kami sebut tempat itu sebagai taman baca astina.

Dari ide awal ini selanjutnya kami berdua sering bercerita dan berbincang tentang hasil bacaan dan sumber bacaan kita masing-masing. Karena beberapa cerita kami berdua ternyata sangat disayangkan jika hanya dinikmati berdua saja, maka kami mempunyai niatan untuk mengadakan semacam diskusi tentang berbagai peristiwa dan keadaan, terutama tentang apa yang menjadi pemikiran serta keresahan kita masing-masing. Ternyata waktu mengaminkan doa dan harapan kami, sehingga tidak lama kemudian terciptalah diskusi-diskusi itu, kami namai diskusi itu dengan nama “forum diskusi sega brekat”. Dari diskusi-diskusi ini kami memulai menyebarkan virus gemar mebaca pada remaja dan pemuda di sekitar kita. Pada diskusi ini kami memulainya dengan membaca satu artikel atau suatu cerpen lalu kami bicarakan dan diskusikan artikel atau cerpen itu bersama-sama. Dan pada akhir diskusi kita tidak lupa menggaris bawahi point point penting serta kesimpulan dari diskusi kita untuk selanjutnya kami tuliskan di blog.

Selanjutnya dari berbagai diskusi yang kita lakukan, kita dipertemuan dengan beberapa teman yang sepemahaman dengan kita juga, namanaya adalah Rakhmawati Nurul Fadilah, remaja putri yang ternyata juga hobi membaca dan mempunyai berbagai koleksi buku-buku. Yang selanjutnya kami tahu ternyata dia ini juga pengelola dan pengurus perpustkaan desa Kebasen. Darinya kita dapat mengakses buku-buku lebih bayak lagi untuk menambah bahan dan referensi diskusi kami. Diskusi demi diskusi telah terlewati, mengantarkan pertemuan kita pada pemuda yang mengaku keren dan tampan, Dwi Nugroho namanya, mahasiswa semester akhir di salah satu Universitas di Purwokerto. Karena dia juga mempunyai buku-buku bacaan, ahirnya dia juga menitipkan buku bacaannya di tempat yang nantinya kami sebut taman baca astina. Satu tokoh  yang jangan sampai terlewatkan ceritanya, Eko Sugiyantoro namanya, seorang staff muda di salah satu Madrasah Aliyah di kecamatan Kebasen juga sering ikut bergabung dengan diskusi kami. Keresahannya adalah kenapa perpustakaan di madrasahnya selalu sepi, dia selalu ingin tahu tentang banyak hal, selalu mempunyai pemikiran dan terobosan yang lebih maju dari kami, terutama dalam hal pengembangan. Satu tokoh terakhir yang bergabung dengan kami adalah seorang pegawai muda bernama Diksi Eling Yahreno. Dia ini mempunyai ambisi yang tinggi untuk memulai menyebarkan virus baca disekitar kita. Landasan pemahaman politik yang dimilikinya menjadi tambahan wawasan bagi kami nantinya.

Forum diskusi sega brekat
Dari namanya saja sudah terlihat tak biasa. Ya, karena memang tujuan kami membuat forum diskusi ini juga tak biasa. Makna dari sega adalah nasi, nasi merupakan makanan pokok dari masyarakat Indonesia. Jika perut saja setiap hari butuh nasi untuk bisa memiliki energi, maka begitu juga dengan otak. Harapan kami dari forum diskusi ini peserta bisa memperoleh asupan yang sehat dan bergizi untuk otaknya. Sedangkan brekat adalah berasal dari bahasa arab “barokah” artinya adalah keberkahan. Makna dari keberkahan itu sendiri adalah bertambahnya kebaikan. Jadi jelas sudah makna sega brekat ini adalah memberi asupan bergizi untuk otak agar menjadikan pemilik otak semakin baik lagi.

Mengenal lebih jauh tentang forum diskusi, bahwa forum diskusi sega brekat ini mewadahi para remaja usia SMA dan sebagian mahasiswa untuk membicarakan banyak hal, mulai dari agama, politik, budaya, dan sastra. Tak hanya sekali dua kali diskusi ini dilakukan, hampir setiap satu bulan dua kali. Hasilnya adalah terbentuk mindset dan pola pikir pada peserta diskusi. Pola pikirnya tentunya berbeda dari pola pikir remaja umum dan kebanyakan. Selain itu juga dengan adanya forum diskusi ini, mereka mulai suka membaca. Karena setiap sebelum diskusi dimulai kami pasti menyempatkan membaca materi diskusinya. Kemudian keinginan untuk menambah wawasan juga semakin terbangun. Intinya diskusi sega brekat ini menginspirasi para remaja peserta diskusi.

Tetapi waktu tak selamanya berpihak kepada kami. Sebagian besar dari peserta diskusi adalah pelajar SMA yang hampir lulus. Sehingga ketika saatnya pengumuman kelulusan tiba, kami bersiap-siap untuk merelakan mereka pergi merantau mencari kehidupan yang lebih layak. Karena memang mindset masyarakat di sini adalah ketika anak selesai sekolah ya harus siap pergi ke ibu kota untuk mengais rupiah dengan lebih banyak dan lebih mudah. Sehingga waktu berhasil membuat kita hampir menyerah. Kami kehilangan kader-kader yang militan, kami kehilangan peserta keren yang ada dalam forum diskusi sega brekat ini. Tinggalah kami para pemuda desa pengangguran yang menyusahkan pemerintah.

Anjangsana untuk lebih mengenal budaya
Meskipun yang tersisa hanya segelintir pemuda saja, kami tetap melanjutkan diskusi ini. Hanya dengan lima atau enam peserta kami melanjutkan diskusi sederhana kami, tetapi dari diskusi ini malah justru memunculkan ide untuk mencari dan mengkaji budaya yang ada di sekitar kami. Selanjutnya langkah yang kami ambil adalah mengunjungi para budayawan, seniman, atau sastrawan yang ada di sekitar Kabupaten Banyumas.
Sastrawan dan seniman kami kunjungi ke kediamannya satu persatu. Dan hampir semuanya kami kunjungi di malam minggu, karena sebagai jomblo yang sedang memperkeren diri ternyata juga terkadang mempunyai perasaan sepi. Sampailah pada seorang sastrawan nyentrik yang kami kunjungi dalam kesederhanaannya. Beliau seorang penulis novel bertema sejarah yang cara menulisnya itu tidak biasa,hanya dengan menggunakan hape jadul. Dari kunjungan ini kami diberi satu novel karya dari beliau, dan kami lebih tertantang untuk menggali lebih dalam lagi.
Berkunjung dari satu seniman ke seniman yang lain itu menyenangkan, dan kunjungan-kunjungan ini ternyata mengantarkan kami pada komunitas besar yang diprakarsai oleh budayawan Emha Ainun Nadjib, jama’ah ma’iyah. Kami selalu senang menghadiri sinau bareng yang diselenggarakan oleh ma’iyyah di Purwokerto dan sekitarnya. Kami juga senang saat mengunjungi bedah bukunya mbah Sujiwo Tejo, Tuhan Maha Asik.
Ahirnya dari kunjungan-kunjungan ini kami bertemu dengan komunitas pemuda pecinta budaya, komunitas tangan merdeka. Yang ternyata juga berasal dari tempat yang sama, Kecamatan Kebasen.

Lapak baca di tempat terbuka
Setelah bertemu dengan komunitas pemuda pecinta budaya “tangan merdeka” kami memutuskan untuk melakukan kolaborasi bersama mereka. Memilih tempat bendung gerak Serayu dan mengambil waktu pagi hari untuk melakukan kegiatan kami. Pilihan ini diambil dengan alasan saat pagi dan hari minggu di bendung gerak serayu banyak masyarakat yang sengaja datang untuk joging atau hanya sekedar jalan-jalan saja. Sehingga besar kemungkinan akan melihat dan mendekat dengan kegiatan yang kami lakukan.
Kegiatan ini meliputi : Lapak baca, live musik, musikalisasi puisi, dan melukis. Kegiatan ini berjalan sekitar satu sampai dua bulan. Ini artinya kami pernah melakukan lapak baca di bendung gerak serayu ini lebih dari lima kali.  Dari kegiatan lapak baca inilah kami bertemu dengan calon kader relawan yang militan. Ternyata benar, saat kami tidak lapak baca di bendung gerak serayu, anak-anak yang biasa bergabung bersama kami justru mendatangi tempat yang kami sebut taman baca astina ini.

Juguran tasawuf
Dalam kekosongan kegiatan, kami selalu menghabiskan malam minggu bersama. Bahkan tidak Cuma malam minggu saja, tetapi malam-malam yang lainnya kita juga tetap berkumpul kalo memang sedang tidak punya kegiatan masing-masing. Perkumpulan kami ini ya hanya membahas sana sini, sedikit hasil bacaan dan selebihnya memperbincangkan apa yang sedang ramai dibicarakan. Perkumpulan ini kami namakan juguran tasawuf, karena untuk bisa kumpul kita tidak perlu mengabarinya lewat watsap dan kami sampai hari ini juga belum punya grup watsap. Sehingga kami cukup menggunakan kekuatan batin untuk mengundang salah satu dari kami untuk bisa bergabung dan njugur (berbincang-bincang) sampai pagi menjelang. Terkadang di tengah kejenuhan kami berkumpul, kami sering membuat game-game sederhana. Seperti sambung kata, sambung gambar, dan sesekali kami juga membacakan puisi untuk mengusir sepi.

Menjadi lilin yang menerangi tetapi tidak habis terbakar
Karena seringnya berkumpul, kami semakin mengerti dan memahami karakter masing-masing. Sehingga kami mempunyai pemikiran jika terlibat dalam sebuah gerakan sosial kampanye membaca, tetapi jangan kemudian menjadikan kami tidak berkembang. Ahirnya kami memutuskan untuk tetap berkarya dengan pasionnya masing-masing. Dan dari hasil karya inilah kami jadi mempunyai suatu karya yang dapat kami tunjukan kepada oranglain. Diantara karya kami adalah : Film berjudul buku yang sudah di upload di youtube, tulisan di blogspot, puisi yang telah di upload di instagram, dan pengar show yang telah tayang beberapa kali di youtube juga.

Rabu, 10 Oktober 2018

CERITA DARI DESA

Sebuah cerita jawaban atau komenan untuk cerita "https://naufalazizul.blogspot.com/2018/10/cerpen-arti-sebuah-tawa-seorang-sahabat.html?spref=fb" yang telah diuplod oleh Noval mania di https://naufalazizul.blogspot.com

Oke, jika noval punya sebuah cerita yang sangat ciamik dengan kesenangan dan kebahagiaannya bersama para sahabatnya. Aku mah apa atuh, cuma anak desa yang hanya menyusahkan pemerintah saja dan hanya menghabiskan anggaran negara. Pemuda kampung yang kampungan yang tak punya masa depan gemilang. Seorang anak kampung yang belum pernah kemana mana. Hanya berkecimpung di kampung yang terpencil ini saja, maklumlah jikalau tipikal saya adalah gumunan dan kagetan. Bukan, bukan sedang merendah atau mengalah. Tapi memang begitulah yang sebenarnya terjadi.

Mungkin sepulang dari perantauan jauh disana, si Noval bakal jadi anak yang keren nan kece badai, sedangkan saya akan tetap menjadi pemuda gabut nan galau. Mudah kagum (gumunan) kagetan, dan mudah sombong dengan sedikit apa yang saya bisa. Oke, komenan ini sengaja saya tulis untuk meningkatkan dan menggairahkan stamina menulis di kalangan kaum menengah ke bawah seperti saya ini. Rasanya sia-sia jika banyak membaca tetapi mulut bungkam. Eh, emang siapa yang banyak membaca. Sombong amat lu bilang suka baca. Padahal mah Cuma hapean saja, sebut saja jam’iyyah almobilejeniyyah. Hahaha, cerita jenis apa ini?

Karena saya terlalu takut untuk membalas cerita anda hanya dengan kemenye menyean belaka, maka saya nyatakan untuk mengangkat tema cerita saya ini dengan tema “anak bodoh dan anak miskin yang tak boleh sakit”. Berikut adalah wujud cerita atau lebih tepatnya sih lebih mirip curhatan yah. Hahaa, yasudah capsus mari baca saja curhatan saya yang penuh dengan inspirasi derita dan nestapa. Jangan lupa sediakan tisu yang banyak untuk persiapan coli menghapus air mata buaya.

“ AKU ANAK BODOH YANG MISKIN”

Aku adalah anak yang paling bodoh diantara semua  siswa satu kelas di sekolah swasta bernama “SD SUKA COLI MAJU”. Aku selalu mendapat nilai terburuk dan rangking paling belakang. Aku benci pelajaran matematika, aku benci PR, aku benci tugas-tugas, aku benci semua kepalsuan dalam dunia pendidikan. Aku anak bodoh yang  tidak naik kelas, sebagai hadiah dari ketidaknaikan kelasku adalah caci maki dari teman-teman, orangtua, dan semua orang. Kata mereka “anak bodoh hidupnya tak akan sukses ! Anak bodoh hanya menyusahkan orangtua saja”.

Semua orang menyebutku sebagai orang bodoh, hanya karena aku tak pernah mendapat nilai seratus setiap kali pelajaran matematika. Aku selalu dicap bodoh karena aku malas mengerjakan PR dan tugas tugas. Kenapa tak  juluki saja aku sebagai pemalas, mungkin itu lebih pantas. “Anak bodoh harus tidak boleh menjadi orang sukses” adalah kalimat yang harus aku dengar setiap saat.  Anak bodoh harus banyak belajar  supaya menjadi pintar dan mendapat banyak sanjungan dari semua orang.

Oke fix, pintar adalah rangking satu dan nilai seratus. Pintar adalah mendapat besiswa. Kenapa saya tidak bisa disebut pintar, padahal saya dapet beasiswa miskin. Wah, betapa jancuknya nasibku ini. Jika memang ini yang harus kulakukan maka akan aku terima dan tetap tabah dalam menjalaninya. Karena dalam hidupku nanti, aku tak lagi butuh sanjungan dari orang-orang. Ya cap dan gelar bodoh itulah yang paling pantas aku sandang. Dasar anak bodoh yang malang.

Belum lagi dengan gelar orang miskin yang telah aku sandang sejak dalam kandungan. Karena orangtuaku bukanlah saudagar, bukan mentri, bukan pengusaha, bukan pula mucikari. Dan satu yang tetap menjadi pegangan hidupku adalah meskipun aku bodoh, meskipun aku miskin, yang terpenting aku tidak ingin untuk menjadi orang yang serakah. Aku tetap menjadi orang miskin yang menerima dan rela diinjak-injak oleh kepentingan si kaya dan si penguasa.

Anak miskin tidak boleh pintar, sekolah mahal, kuliah mahal, biaya pendidikan semakin tak tersentuh oleh golongan kami. Kaum menengah ke bawah yang lemah. Anak miskin mana mungkin bisa sombong, untuk nafas saja susah, pilek. Dan yang lebih berhak sombong adalah mereka para kaum elit global. Yang boleh sombong juga mereka anak orang kaya yang bisa menyombongkan harta orangtua. Orang bodoh juga tidak boleh sombong, karena yang lebih berhak adalah mereka anak pintar yang rangking satu, nilainya seratus, dan dapat beasiswa. Lah ya, mereka sih enak, mau sombong ada yang bisa disombongin. Lah saya, mau sombong saja susah.

Kurang menderita apalagi coba, anak bodoh yang miskin. Sebagai anak bodoh yang miskin saya juga tidak boleh sakit. Karena biaya pengobatan di rumah sakit mahal, BPJS tidak berlaku. Rumah sakit berkelas dan berkasta. Maka, orang miskin harus selalu sehat, tak boleh sakit. Sehat sehat yah orang miskin.

Sudahlah, mungkin itu saja curhatan dari saya sebagai duta anak kampung yang tak kampungan. Dan kesimpulan yang saya petik dari curhatan saya adalah “ Sekarang, banyak orang miskin yang kaya dan lebih banyak orang kaya yang miskin”.

Selasa, 13 Maret 2018

Tips Menjadi Kids Jaman Now yang Kece


Aku dalam menulis ini memposisikan diri sebagai salah satu perwakilan generasi yang digadang-gadang sebagai generasi milineal, generasi X, Y, atau Z. Apapun sebutannya aku tak peduli, sekalipun sebagai generasi pecandu micin. Bagi kami itu tak apa, yang terpenting bukanlah sebutannya, melainkan peran dan pengaruhnya.

Sebagai kids jaman enow, sudah seyogiyanya kita tampil keren di berbagai bidang. Nah sedangkan untuk makna keren itu sendiri bolehlah dibikin oleh masing-masing kita saja, tak perlu terkurung dalam satu definisi yang justru hanya mempersempit pemahaman kita. Bagi yang hobi desain, perkeren dirimu dengan hasil desainmu, bagi yang suka musik perkeren dirimu dengan musikmu, yang suka menulis perkeren dirimu dengan tulisanmu, gambar dengan gambar, dakwah dengan dakwah, islam dengan islam, NU dengan NU mu, Muhamadaiyyah dengan Muhamadiyahmu, wahabi dengan wahabimu, ups, dan seterusnya, dan seterusnya. Bahkan kristen dengan kristenmu, budha dengan budhamu, hindu dengan hindumu, ila akirihi, lakum diinukum waliyaddiin (untukmu agamamu, dan untukku  agamaku)

 Kids jaman enow berbicara tentang agama, politik, sosial, dan budaya.

Harus belajar bersama nih sejak dari awal dan juga dari akar biar lebih keren lagi. Oke, kita mulai dari sini saja, iya dari sini, dari gadget yang sedang kita pegang ini.
Kehadiran Gadget yang menguntungkan sekaligus menggusarkan.

Apa hanya saya disini yang mulai merasa gusar dengan adanya gadget ini. Jujur, saya memang suka banget sama gadget. Saking sukanya kemana-mana aku dekap tuh gadget. Mau tidur kukeloni, mandi kumandikan, makan kusuapi, berakpun kuajak dia berak bareng, biar bisa sama-sama duduk termenung tiada dinanti menghasilkan sesuatu yang menjijikan untuk dinikmati. Baik dinikmati mata, telinga, kulit, atau sekalipun hati, terlebih mulut, uh, sudah jangan diperluas lagi, memang itu sudah sangat menjijikan, makannya harus dibuang dan dikeluarkan, karena kalau menjijikan gak dikeluarkan takutnya jiwa kita jadi terkontaminasi oleh hal yang menjijikan itu. Wah, ngawur nih malah ngelantur. Kembali ke gadget (leptop juga hampir mirip dengan gadget lahh)

Nah, jika sudah seperti ini keadaannya, tidurku jadi dihantui oleh monster gadget yang menyeramkan nan terkutuk. Aku jadi semakin ketakutan, tidurku selalu berada di dekat colokan, takut gadget ngedrop. Kalau-kalau kuota habis aku bisa nangis histeris, sebab tak bisa narsis dan tebar senyum manis sekaligus sinis. Aku ini sudah sangat dekat dengannya, sampai-sampai tak bisa dipisahkan oleh jarak dan waktu. Hanya maut yang sanggup memisahkan kita, dan tentunya kita akan bersama-sama lagi jika dia sudah terbebas dari maut, hidup kembali (reinkarnasi). Kok bisa? Mudah saja, hidupnya ditentukan oleh kadar prosentase batrai yang tertanam di dalam tubuhnya. Sehingga bukan perkara sulit untuk menghidupkannya kembali. Cukup tautkan lubang kehidupannya dengan charger yang langsung tertuju pada sumber kehidupannya, listrik. Selama masih ada listrik maka aku tak akan pernah mampu berpisah lama dengannya. Terimakasih listrik, kau telah menyamankan hubunganku dengannya, sehingga kalau ada pembangkit listrik tenaga panas bumi, aku pasti akan mendukungnya. Tentunya aku akan lebih mendukung lagi jika ada pembangkit listrik tenaga panasnya api cemburu, wah pasti besar nih energinya.

Tetapi ketika aku merasa kedekatan ini sudah mulai tak wajar, disitu saya merasa gusar. Bagaimana tidak, dengan adanya gadget ini, yang jauh jadi dekat, tetapi yang dekat jadi semakin jauh. Dalam kata lain gadget mendekatkan-dekatkan yang jauh, tetapi sebaliknya menjauh-jauhkan yang dekat. Kalau sudah seperti ini, apa boleh buat, aku mulai tak kuat. Berhadap-hadapan tetapi tak kunjung muncul percakapan, berkumpul tetapi semuanya menunduk mengheningkan cipta dengan dunianya. Ini membuat hidup kita semakin tak realistis. Ya, selain memegang erat budaya idelais saya ini juga mau kok berpegang pada paham realistis. Apalagi kalau pegangannya bebarengan sama kamu yang manis. Hiks hiks hiks.

Boleh lah, lain kali kita bahas-bahas realistis dan idealis, penting tuh. Tapi kali ini kita bahas dulu kenapa kehidupan kita semakin tak realistis. Coba tengok di medsos deh, banyak banget cuitan dan postingan yang tak sesuai dengan kenyataan. Fotonya di cafe-cafe, nongkrongnya di tempat-tempat keren, bajunya mahal, tetapi rumahnya mau roboh. Jangan dulu kejauhan ke situ, yang paling sering kita lihat saja, untuk masuk surga cukup ketik amin, like, dan share, semudah itu gaes. Apakah yang seperti ini realistis? Atau yang ini, taraf kecantikan dan  kegantengan seseorang hari ini ditentukan oleh seberapa jernih kamera dan seberapa canggih aplikasi editingnya. Apakah ini juga realistis? Ya inilah kehidupan kita hari ini gaes. Semua ada dalam genggaman tangan kita, pengin pergi liburan dengan mudah dan nginepdi hotel mewah tinggal pencet-pencet hape, pengin makan tinggal DO, pengin ini pengin itu semua, dapat dikabulkan, dapat dikabulkan dengan gadget yang tertangguhkan dan terbaharukan.

Oke fix, kita sudahi dulu bahas gadget yang semakin mengoyak-oyak hati nur aini eh, hati nurani maksudnya. Mampus kau dikoyak-koyak nuraini. Pembahasan kids jaman now yang selanjutnya adalah :

Fenomena akhi ukhti yang seakan mengaku mempunyai islam paling murni

Sesungguhnya aku sangat senang dengan hadirnya generasi akhi ukhti yang mengindahkan pola pergaulan remaja indonesia akhir-akhir ini. Hanya melihatnya mampu membuat hatiku jadi damai dan ingin berbahagia bersamanya untuk selamanya. Terlebih dengan hadirnya ukhti-ukhti syantiq sekaligus dedek emesh yang tak pernah gagal mencuri perhatianku melalui trend hijabnya yang selalu muncul model terbaru setiap harinya. Atau dengan akhinya yang hafal ratusan hadits dan selalu mengajak kepada kebaikan dalam share grup whatsapnya. Aku sungguh senang dengan ini semua, maka nikmat Tuhanmu mana lagi yang akan kau dustakan.

Aku sungguh berbahagia dengan hadirnya wajah baru islam hari ini. Islam itu kalau wanitanya berhijab, laki-lakinya berjubah, berpeci putih, dan tidak pacaran. Sungguh, ini adalah hembusan angin segar di tengah hiruk pikuknya kehidupan yang semakin carut-marut. Ajakannya adalah ayo berhijrah, meninggalkan yang buruk menuju kebaikan. Indah sekali bukan, bagaimana mungkin aku tidak tertarik padanya. Daya pikat yang begitu menggiurkan dan menjanjikan.

Pola pergaulan islam fersi akhi-ukhti ini semakin hari semakin membuat hatiku iri. Dalam benakku mereka sangat sederhana dengan menilai sesuatu. Mungkin bagi mereka, untuk mengetahui isinya cukup dilihat dari covernya saja. Kalau covernya bagus, maka bisa dipastikan isinya pasti juga bagus. Karena untuk mengecek darah kita cukup ambil setetes saja, tak perlu dicek semua darah yang ada dalam tubuh kita, bisa mati tuh kalau dicek semua. Jika cukup ambil sebagian, kenapa harus ambil semua. Jadi, untuk membedakan mana yang islam dan mana yang bukan cukup dilihat dari bajunya. Kalau ada penyanyi dangdut secantik Via Vallen atau Nella Karisma X 125 cc, tetapi mereka mengumbar aurat dimana-mana, dari panggung ke panggung, maka bisa dipastikan dia berdua bukan islam. Termasuk kak Najwa Sihab yang cantik dan cerdas itu kan nggak nutup aurat juga, berarti beliau bukan islam. Padahal beliau ini putri kandung Quraiys Shihab yang katanya habib tetapi tak mau dipanggil habib. Dan gak keren juga sih kalau habib macam Quraisys shihab. Karena sosok habib itu harus gahar, keras, dan selalu mengatakan yang hak, amar ma’ruf nahi mungkar, membela islam, dan kepalanya diikat soraban. Sedangkan Quraiys shihab hanya mampu menulis tafsir misbah.
Itu baru melihat fenomena kesing yang menggelikan, belum lagi dengan budaya dan bahasa yang dijadikan sebagai patokan dalam menentukan kadar keislaman seseorang. 

Kalau sudah fasih bilang ana, anti, antum, khitbah, ta’aruf, hijrah, hibah, berarti itu sudah sangat islami. Lalu pacaran itu haram, sedangkan ta’aruf itu dianjurkan oleh islam. Sekalipun ritual ta’arufan tak jauh beda dengan pacaran, tetapi asal pakai bahasa arab, maka itu sudah islami. Perkara isinya, kan tadi sudah kubilang, gak harus dicek semuanya. Ini jadi memaksaku untuk berfikir bahwa apa-apa yang sudah dibumbui arab maka semuanya jadi islami. Ini lebih nisbi dari apa-apa yang dimicini pasti bisa jadi nikmat. Terimakasih arab, terimakasih micin. Berkat keduanya aku bisa hidup dengan kebahagiaan yang begitu sederhana ini.

Sudah kukatakan bahwa aku sangat bahagia dengan hadirnya generasi akhi ukhti ini. Selain mengajak berhijrah, mereka juga selalu mengajak kepada kita untuk selalu menjalankan syari’at islam dengan islam yang sebenar-benarnya. Jangan campur-campurkan dengan tradisi atau budaya, bisa-bisa jadi tersesat bahkan tertukar. Agama islam dicampur budaya hindu budha bisa tertukar jadi agama budha, makannya kalau islam yang murni-murni saja, yang lurus-lurus saja. Semua yang kita lakukan hari ini harus sesuai dengan Al Qur’an dan hadits yang jelas-jelas warisan langsung dari Rosululloh dan sebagai pegangan umat islam. Semakin geli aku digelitiki dengan fenomena ini. Terlebih dengan debatnya kaum akhi ukhti dengan islam tradisi, kedua-duanya sama-sama kuat sama-sama jadi bangkai jika tak mampu mengendalikan diri. Yang satu menghujat atas dasar bid’ah dan pemurnian ajaran islam, sedangkan yang satunya menuntut dengan cupetnya pemahaman. Lalu mereka berkelahi, dalam buku (Islam yang Menyenangkan: Edi AH Iyubenu, Diva pres) istilah ini disebut dengan membumbui burung di udara.

Jangan terlalu jauh membahas fenomena ini, takut jadi penyinyir yang tak adil. Padahal kata mbah Pramoedya Ananta Toer, seorang terpelajar sudah harus adil sejak dalam pemikiran. Jadi cukupkan sampai disini dulu pembahasan wajah islam hari ini. Oke, kita lanjut pada pembahasan yang selanjutnya :

Musuhnya Kids jaman enow itu tidaklah menyeramkan melainkan menentramankan

Musuh seharusnya menyeramkan seperti monster sebagaimana musuhnya ultraman, power rangers, satria baja hitam, dan seterusnya. Tetapi itu tidak berlaku bagi kita kids jaman enow yang keren ini. Musuhnya mah remeh-temeh, seperti game online misalnya. Game online itu banyak banget jenisnya, belum lagi game offline, Play Station, Timezone, ah habis jari-jari abang buat ngitungin itu semua. Mana ada game yang tak menyenangkan dan menegangkan, semuanya pasti mengandung kedua unsur tersebut. Karena game juga bersaing dengan game lain untuk mendapatkan gamers sebanyak-banyaknya. Maka jika tak ada ketertarikan di dalamnya, maka sia-sia saja sang pencipta game menciptakan gamenya. 

Para gamerspun aslinya keren juga, punya skils yang hebat dalam memainkan berbagai macam game tersulit sekalipun. Rata-rata gamers harus cerdas, terampil, dan taqwa. Mana ada gamers dongo, gamers pasti keren. Aku berani mengatakan seperti ini juga karena banyak argumen yang diungkap oleh para gamers bahwa game sanggup mengisi kekosongan waktu, mengasah kecerdasan dan emosional. Game banyak mengajarkan nilai-nilai kehidupan, petualangan, kesabaran, dan semua-muanya, ah, kamu gak pernah main game sih. 

Daripada pacaran daripada nyinyirin orang lebih baik ngegame suka-suka sampai pagi buta. Ini juga menjadikan hidup semakin tak realistis, meskipun agak sedikit idelais. Hidup dalam dunia game itu hidup dalam angan-angan yang menguntungkan banyak orang. Penjual kuota, penjual hape, penjaga rental PS yang cantik kayak kak Arfah Rianti, semua diuntungkan oleh para gamers. Lalu dimana sisi buruk dan negativenya game? Nggak ada gaes, gak ada sedikitpun, semua positive dan baik. Lanjutkan gamemu sampai kau jadi juragan rental PS, biar bisa mempekerjakan penjaga rental PS yang cantik, lucu, dan imut macam Arafah itu.

Sadarkah kita dengan siapa sebenarnya pembuat games, apa tujuan mereka menciptakan games, siapa yang berada di baliknya. Selain bertujuan untuk menghibur dan melancarkan misi-misi mulia tersebut di atas, pencipta game juga pasti mempunyai tujuan untuk  meraih pundi-pundi dolar dari dalamnya. Mengantongi keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Belum lagi jika didalam game tersebut ditumpangi dengan misi ekonomi dan politik. Pemuda jadi seneng banget ngegame, yang seharusnya waktunya buat jalan-jalan, joging, belajar agama bareng akhi-ukhti, eh malah buat belajar game yang sangat bermanfaat bagi harkat dan martabat umat serta masyarakat. Coba deh sebutin jenis game online yang sangat digandrungi oleh anak-anak Indonesia. Mobile legend, AOV, COC, PB, dan semuanya. Yang penting kan gamers happy dengan gamenya dengan gadgetnya, dengan computer gamingnya, yang terpenting tidak merugikan oranglain. Ah, serah lu deh tong, gua ikut happy aja kalau lu juga happy.

Hampir mirip dengan kopi yang mengandung cafein, atau rokok yang mengandung nikotin. Game juga mengandung zat nagihin, sekali main langsung pengin main lagi, lagi dan lagi. Generasi penerus bangsa hari ini dimudahkan dalam segala-galanya. Dininabobokan dengan jaringan internet, gadget canggih, game edukatif, judi online, dan sebagainya dan seterusnya. Lalu siapa yang akan belajar karawitan, siapa yang belajar gendingan, siapa yang belajar pewayangan? Orang-orang Amerika, Eropa, mereka yang akan mempelajari budaya kita. Lalu jika budaya kita diakui oleh mereka, baru kita protes, menangis, merajuk, dan meronta. Seperti Reog Ponorogo yang diklaim milik Malaysia. Ya meskipun Malaysia salah dengan mengaku-aku itu miliknya, tapi kita juga salah. Kita kurang merawatnya. Ibarat anak kecil punya mainan, mainan itu gak sering dimainin, nggletak, ngemprah dalam meletakan mainan itu. Sekali dipinjam dan diaku sama anak tetangga baru deh nangis. Harusnya ya dimainin atuh biar kelihatan ada pemiliknya. Jadi saat ada anak tetangga yang mau mengklaim itu miliknya, dia jadi ragu, jelas-jelas kita yang sering mainin, kita yang punya, kok mau main srowot saja, ya nda bisa, lagian kalau begitu keadaannya, di mata orangtua kita bisa punya pembelaan. Eh kok malah jadi bahas mainan sih. Ya kan kita sibuk main game online, mana sempet main gituan, ah gimana sih.

Sudahlah, mari kita beranjak ke pembahasan yang selanjutnya :

Mirasantika semakin menggoda kawula muda

Ditemukannya 1 ton sabu yang akan masuk ke Indonesia ahir-ahir ini menjadi salah satu bukti parahnya kasus pernarkobaan di negara kita ini. Kasus ini hanyalah kasus gunung es. Belum pernah dengar kasus gunung es? Sama, saya juga. Gunung es itu kan ada di laut, pucuknya terlihat di permukaan, tetapi akarnya ada di dasar lautan. Penemuan 1 ton sabu ini hanya pucuknya saja, bagaimana dengan akarnya yang belum terungkap. Ini sangat menyedihkan. Narkoba sebenarnya tidak jahat dan tidak buruk. Pemakainya saja yang kurang pemahaman dan pengetahuan dalam memfungsikannya. Dalam dunia medis narkoba kan digunakan untuk membius, dan untuk apa saja lah yang sekiranya bermanfaat. Tetapi dalam kehidupan kawula muda kita, narkoba disalahgunakan untuk mabuk-mabukan. Ngeflay, menghilangkan masalah dengan sekejap. 

Sipa dalang dibalik narkoba dan mirasantika ini? Anggapanku ada sekelompok orang yang ingin memperoleh kekayaan dengan cara mudah, jualan narkoba. Ada oknum yang ingin mendapatkan sogokan dari penjual narkoba, ahirnya memberikan perlindungan atasnya. Ada bandar yang tak ketinggalan ingin menikmati ceceran rezeki darinya. Semua mendapatkan keuntungan darinya. Lalu siapa yang menjadi korban atas tingkah mereka? Ya pemuda, ya bangsa. Pemuda yang sudah kenal narkoba hidupnya jadi dongo, otaknya pendek, tingkahnya pemberani, pembangkang, ya gitu deh. Lihat saja mereka yang lagi pada mabok ciu, merugikan diri sendiri dan memberikan sumbangsih keresahan untuk masyarakat.

Sedangkan penikmat ganja, sabu, heroin, morfin, adalah mereka anak orang kaya yang bingung mau ngabisin duit untuk apa. Ahirnya masuk diskotik, club malam, hotel remang-remang, pesta narkoba bareng teman-temannya. Memang mereka yang tersebut terahir tidak memberikan sumbangan keresahan bagi masyarakat secara langsung. Tetapi mereka telah berhasil merugikan diri sendiri dan berhasil mengajak teman-temannya pada dunianya. Dan untungnya yang diajak bukan semuanya anak orang bergelimang harta, jadi berhasil juga mereka menjerumuskan teman-temannya pada taraf ketagihan. Ahirnya bisa jadi nyuri, rampok, atau apapun yang bisa dia lakukan untuk mendapatkan benda terlarang itu. Endingnya gitu juga yah.

Aku pikir belum ada pembelaan atas kasus narkoba ini, tak ada yang membela bahwa penyalahgunaan narkoba itu dibenarkan. Kecuali mereka para orang kaya yang mampu membayar mahal pengacara. Maka seketika mereka mendapatkan pembelaan  peradilan di meja hijau saat proses persidangan. Seperti anak artis di tipi-tipi itu lah. Contoh saja putranya raja dangdut nomer wahid di Indonesia. Siapa nama anaknya Rhoma Irama, oh ya Ridho Rhoma. Karena narkoba bisa jadi tidak fokus dalam berkendara, tidak produktif dalam bermusik. Kira-kira gitu efek dari penyalahgunaan narkoba lah, dan memang itu yang diinginkan oleh pihak lain yang mempunyai misi terhadap bangsa kita.

Seks bebas semakin bebas.

Mungkin maksud mulia dari akhi ukhti semua adalah menjauhkan seks bebas dari kehidupan remaja dan pemudanya. Ah, aku terlalu su’udzon terhadap mereka. Makannya mereka sangat gethol dalam mengampanyekan anti pacaran dan putuskan saja pacarmu sekarang juga. Ya, saya mengerti. Kenapa kita tidak boleh berpacaran, karena pacaran sangat mendekatkan pada zina, dan kata lain dari zina adalah seks bebas. Oke, dalam hal ini aku setuju denganmu wahai akhi ukhtiku yang aku cintai. 

Model pacaran kita hari ini sudah semakin yahut. Ciuman sudah dipraktekan oleh anak SD, level diatas ciuman dilakukan oleh anak SMP, dan anak SMA sudah mampu mencetak generasi baru. Wah, hebat betul generasi muda kita yah? Di saat pemuda jepang sibuk membuat robot, pemuda china sibuk bikin mesin canggih, pemuda kita berlomba membuat manusia baru, keren bukan? Lalu kemana masa mudanya? Yang cewe merawat anak, lakinya mencari nafkah. Lalu Siapa yang akan belajar sejarah, siapa yang akan menjadi ahli di berbagai bidang jika pemudanya sibuk mengurus generasi selanjutnya, merawat anak-anaknya. Memangnya sudah mampu menjadi orangtua yang keren. Ah, model pacaran seperti ini memang enak didepannya saja. 

Siapa sebenarnya yang paling bertanggung jawab dengan bergesernya moral anak bangsa? Guru, orangtua, lingkungan, tontonan, tuntunan? Mulai dari guru, di sekolah bersusah-susah mengajarkan berbagai ilmu pengatahuan, di rumah ditumpas habis oleh tontonan televisi, lingkungan pergaulan, teknologi, dan orangtua. Bukan berarti membela guru sepenuhnya, tetapi memang itu juga faktor penghambatnya. Ditambah lagi dengan banyaknya guru-guru lagu yang suka lagu-laguan, guru wilangan yang suka perhitungan (tentang guru lagu dan wilangan bisa disimak di www.jangkriker.blogspot.com). Tentang orangtua, banyak yang tidak paham dan mengerti tentang peranannya sebagai orangtua. Banyak orangtua yang kelwat protective dan tak sedikit yang keblinger permisif. Ternyata jadi orangtua itu tak semudah membalikan telapak tangan. Belum lingkungan pergaulan anak yang luarbiasa acakadul, uh semua saling mendukung untuk memperlancar proses sex bebas saja
Tontonan di TV sangat mendukung proses percintaan bagi pelajar, pacaran yang menjadi acaun adalah pacaran tokoh-tokoh di TV itu loh kalau kalian sadar. Jadi yang salah para pekerja televisi nih? Bisa gitu, bisa juga tidak. Mereka juga butuh makan keleus, dan jalan mencari makan mereka adalah dengan memberikan tontonan untuk kita semua. Sehingga ketika kita belum mampu menghindari televisi, kita bisa pilah pilih tontonan yang tepat buat anak muda (tentang tontonan berbanding lurus dengan pendidikan juga bisa disimak di www.jangkriker.blogspot.com)
Belum lagi akses internet yang sangat mudah dijangkau, ini menyebabkan bokep-bokep bertebaran di dunia maya. Semua usia bisa dengan mudah mengaksesnya, dengan menonton video bokep itu menyebabkan generasi muda semakin ingin mencoba. Kita media percobaan belum ada, maka pacar adalah sarana yang tepat, etdah nyambung juga ahirnya. Ini musuh yang mengenakan, bukan menakutkan, takutnya kalau kepergok lagi gituan.
Ini wujud serangan yang nyata bagi pemuda untuk menekuni dunia persexbebasan. Lain jika pemudanya sudah mengerti dan memahami makna seks, sudah pernah mendapatkan pendidikan seks. Meskipun sama-sama besar godaannya untuk mempertahankan kesucian. Tetapi jangan khawatir tercegur sungai kalau kita berada di tengah tanah lapang. Sex bebas, pacaran, dan narkoba, dan game online, dan membela islam adalah ujian dan cobaan.