Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya zaman, manusia mengalami
berbagai kemajuan dan perkembangan. Dari semua jenis kemajuan dan perkembangan,
yang paling mudah dirasakan dampaknya adalah kemajuan dan perkembangan dalam
bidang teknologi, informasi, dan komunikasi. Hari ini manusia sudah tidak perlu
lagi bersusah payah untuk pergi ke suatu tempat di belahan dunia untuk
mengetahui apa yang sedang terjadi di sana. Cukup dengan melihatnya di layar
televisi atau bisa juga dari gadget canggih yang terkoneksi dengan internet.
Hal ini menandakan pesatnya kemajuan dan perkembangan di bidang teknologi,
informasi, dan komunikasi.
Namun pada akhirnya kita pun tahu bahwa setiap
kemajuan pasti memiliki dua sisi mata pisau yang berlainan, dalam artian mempunyai
dampak positif dan negatif. Jika kita mampu mengambil sikap yang tepat, maka
nilai kebermanfaatannya lebih banyak daripada kerugiannya. Dan begitupun
sebalinya, jika kita tidak mampu mengambil sikap yang tepat terhadap kemajuan
maka bisa dipastikan dampak negatif lebih banyak daripada dampak positifnya.
Semua ada dalam genggaman kita, semua ada dalam kendali kita.
Terlepas dari dampak positif dan negatif, perkembangan
teknologi, terutama teknologi gadget ini tentunya sedikit banyak pasti
mempengaruhi pola pergaulan, pendidikan, dan tatanan sosial masyarakat kita.
Sekarang kita bisa dengan mudah menjuampai sekelompok remaja atau pemuda yang
saling berhadapan namun tak kunjung muncul percakapan. Berkumpul pada suatu
tempat yang sama tetapi semua sibuk menunduk dengan dunianya masing-masing.
Dengan kata lain, gadget mampu mendekatkan yang jauh sekaligus mampu menjauhkan
yang dekat. Belum lagi dengan anak-anak yang semakin disibukan dengan
gadgetnya. Berbagai macam permainan bisa diakses oleh anak-anak melalui
gadgetnya, baik secara online maupun offline. Ini artinya permainan yang ada
dalam gadget terasa jauh lebih menyenangkan daripada bermain permainan
sungguhan bersama teman-teman.
Dalam kondisi seperti ini, keprihatinan kami terhadap
perkembangan generasi anak-anak dan remaja terasa semakin menjadi. Karena kami
merasa prihatin dengan keadaan ini, maka langkah yang selanjutnya kami ambil
dalam menyikapinya adalah dengan berusaha membuat anak-anak dan remaja
mempunyai hobi membaca.
Kenapa harus membaca
Banyak sekali jargon bertebaran mengenai pentingnya
kegiatan membaca. Tak susah bagi kita untuk mendapati kalimat “membaca adalah
jendela dunia” atau “dengan membaca, maka aku ada”. Hampir keseluruhan dari
kita tak ada yang menolak tentang berbagai argumen yang menguatkan dan menerangkan
pentingnya membaca. Terlebih di era globalisasi yang semakin menjadi-jadi,
membaca menjadi kunci untuk membentuk tameng dan pelindung diri dari berbagai
kutukan dan efek samping kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi.
Banyak yang menolak membaca buku dengan alasan semua
yang ingin diketahui sudah ada di dalam mesin pencari informasi di internet
yang sangat canggih, ajaib, dan sakti, sebut saja mbah google. Semua hal yang
ingin kita ketahui sudah tersedia dengan gratis disana. Semua informasi sudah
semakin berseliweran di dalamnya. Sedangkan buku hanya menyediakan informasi
yang tak terkini dan tak sesuai dengan apa yang kita cari. Tak sedikit yang
mengelak dari pentingnya membaca buku. Alasannya adalah membaca dari buku
bukanlah membaca yang sebenarnya, membaca itu bisa dari mana saja, termasuk
dari lingkungan sekitar, sikap, dan alam semesta. Yang bisa dibaca dari buku
hanyalah tulisan dan omongan seseorang.
Tak ada yang salah dengan pendapat dan prasangka
tersebut di atas, tetapi lambat laun, pentingnya membaca buku seakan mendesak
kami untuk segera meyakinkan kepada khalayak ramai akan pentingnya membaca
buku. Buku memang sekilas hanya lembaran kertas-kertas berbau khas yang berisi
tulisan-tulisan biasa. Namun jika kita gali lebih dalam lagi ternyata jika kita
ingin mendapatkan wawasan, pengetahuan, dan keontetikan dari pengetahuan itu
sendiri, buku menyediakan itu semua bagi kita. Terlepas dari buku-buku yang
dimanipulasi untuk kepentingan politik, pemutihan sejarah, dan sebagainya, buku
tetap menjadi satu referensi yang keren. Dengan membaca buku, kita menggali
informasi sampai detail sampai ke akarnya. Pantaslah jika kita harus setuju
dengan “ buku adalah jendela dunia “. Artinya jika kita ingin mengetahui
tentang bagaimana keadaan dan seluk beluk dunia, kita harus mau membaca
tentangnya.
Teringat akan pentingnya membaca, maka tak ada
salahnya bagi kami untuk menebarkan virus baca dimana-mana, tak terkecuali di
kampung kami yang bernama “Ngasinan” tercinta ini. Membaca bukanlah tuntutan
dan kewajiban bagi umat manusia, tetapi setelah kita sadar, membaca adalah
kebutuhan bagi kita semua selaku umat manusia yang ingin memanusiakan manusia.
Terlebih bagi manusia yang sudah harus adil sejak dalam pikiran, perkataan dan
perbuatan. Dan aneh rasanya jika mengaku umat nabi Muhammad saw tetapi tidak
mau membaca. Ajaran islam yang dibawanya saja memerintahkan manusia pertama
kali adalah untuk membaca, Iqra. Jadi dengan adanya taman baca astina ini
adalah wujud ikhtiar kami untuk menyikapi fenomena yang terjadi.
Mulailah dari diri sendiri
Perjalanan ribuan kilometer dimulai dari satu langkah,
suatu yang besar dimulai dari yang kecil. Kami sangat faham dengan kaidah itu,
sehingga dengan kondisi dan keadaan bagaimanapun kami harus memulai ini dari
diri sendiri, dan dari hal kecil. Diakui atau tidak, membaca merupakan langkah
yang baik untuk memulai sebuah perubahan dan keadaan. Bagaimanapun membaca
tetap penting dan selamanya tak akan pernah sia-sia. Kita telah mengetahui dan
juga sepakat bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangatlah rendah, bahkan
yang terendah di dunia. Cukup, kami tidak ingin melanjutkan kesepakatan itu.
Kata siapa minat baca masyarakat kita rendah, yang
kami yakini adalah sumber bacaannya yang rendah. Bagaimana masyarakat mau
membaca, bagaimana anak-anak mau membaca jika sumber bacaannya tidk ada.
Bagaimana anak akan membaca jika orangtua lebih mudah membelikan gadget keren
daripada membelikan buku-buku? Dari sinilah kemudian ide awal berdirinya taman
baca astina. Kami ingin menyediakan sumber bacaan untuk anak-anak, remaja,
sekaligus orangtua yang ada disekitar kita. Awal mula berdirinya taman baca
astina ini sebenarnya hanyalah remeh temeh dan tak ada rancangan serta
perencanaan yang matang sama sekali. Bermula dari saya pribadi yang memiliki
beberapa buku-buku bacaan, hanya
beberapa, paling cuma lima buah buku saja, dan itupun hanya novel. Kemudian
saya membeli majalah bobo untuk bisa menarik anak-anak agar mau mulai membaca,
hanya dua atau tiga majalah saja, ya ini karena keterbatasan dana. Selanjutnya
buku-buku dan majalah itu kami taruh di atas meja di depan rumah, dan kami
nekat mencetak baner ukuran kecil bertuliskan taman baca astina.
Pertemuan demi pertemuan yang
mempertemukan
Selanjutnya kami foto buku dan majalah serta baner
kecil bertuliskan taman baca itu, lalu kami posting di status facebook, bukan,
bukan posting untuk meminta bantuan atau donasi atau sejenisnya. Hanya sebatas
status belaka tanpa tujuan tertentu. Dari postingan pertama ini, ternyata mendapatkan
respon positif dari salah satu teman kami yang kebetulan juga mempunyai
pemahaman dan minat yang sama, membaca. Namanya adalah Danar Prasetyo, salah
satu mahasiswa semester awal di salah satu Universitas di kota Purwokerto. Karena
mempunyai minat yang sama dan diia juga mempunyai buku-buku bacaan, maka
selanjutnya tanpa fikir panjang kami melakukan
pertemuan empat mata di suatu tempat dan mulai membicarakan tentang
hasil bacaan kita masing-masing. Pada akhir pertemuan inilah munculah
kesepakatan bahwa dia akan menitipkan buku-bukunya di meja dan tempat yang
nantinya akan kami sebut tempat itu sebagai taman baca astina.
Dari ide awal ini selanjutnya kami berdua sering
bercerita dan berbincang tentang hasil bacaan dan sumber bacaan kita
masing-masing. Karena beberapa cerita kami berdua ternyata sangat disayangkan
jika hanya dinikmati berdua saja, maka kami mempunyai niatan untuk mengadakan
semacam diskusi tentang berbagai peristiwa dan keadaan, terutama tentang apa
yang menjadi pemikiran serta keresahan kita masing-masing. Ternyata waktu
mengaminkan doa dan harapan kami, sehingga tidak lama kemudian terciptalah
diskusi-diskusi itu, kami namai diskusi itu dengan nama “forum diskusi sega
brekat”. Dari diskusi-diskusi ini kami memulai menyebarkan virus gemar mebaca
pada remaja dan pemuda di sekitar kita. Pada diskusi ini kami memulainya dengan
membaca satu artikel atau suatu cerpen lalu kami bicarakan dan diskusikan
artikel atau cerpen itu bersama-sama. Dan pada akhir diskusi kita tidak lupa
menggaris bawahi point point penting serta kesimpulan dari diskusi kita untuk
selanjutnya kami tuliskan di blog.
Selanjutnya dari berbagai diskusi yang kita lakukan,
kita dipertemuan dengan beberapa teman yang sepemahaman dengan kita juga,
namanaya adalah Rakhmawati Nurul Fadilah, remaja putri yang ternyata juga hobi
membaca dan mempunyai berbagai koleksi buku-buku. Yang selanjutnya kami tahu
ternyata dia ini juga pengelola dan pengurus perpustkaan desa Kebasen. Darinya
kita dapat mengakses buku-buku lebih bayak lagi untuk menambah bahan dan referensi
diskusi kami. Diskusi demi diskusi telah terlewati, mengantarkan pertemuan kita
pada pemuda yang mengaku keren dan tampan, Dwi Nugroho namanya, mahasiswa
semester akhir di salah satu Universitas di Purwokerto. Karena dia juga
mempunyai buku-buku bacaan, ahirnya dia juga menitipkan buku bacaannya di
tempat yang nantinya kami sebut taman baca astina. Satu tokoh yang jangan sampai terlewatkan ceritanya, Eko
Sugiyantoro namanya, seorang staff muda di salah satu Madrasah Aliyah di
kecamatan Kebasen juga sering ikut bergabung dengan diskusi kami. Keresahannya
adalah kenapa perpustakaan di madrasahnya selalu sepi, dia selalu ingin tahu
tentang banyak hal, selalu mempunyai pemikiran dan terobosan yang lebih maju
dari kami, terutama dalam hal pengembangan. Satu tokoh terakhir yang bergabung
dengan kami adalah seorang pegawai muda bernama Diksi Eling Yahreno. Dia ini
mempunyai ambisi yang tinggi untuk memulai menyebarkan virus baca disekitar
kita. Landasan pemahaman politik yang dimilikinya menjadi tambahan wawasan bagi
kami nantinya.
Forum diskusi sega brekat
Dari namanya saja sudah terlihat tak biasa. Ya, karena
memang tujuan kami membuat forum diskusi ini juga tak biasa. Makna dari sega
adalah nasi, nasi merupakan makanan pokok dari masyarakat Indonesia. Jika perut
saja setiap hari butuh nasi untuk bisa memiliki energi, maka begitu juga dengan
otak. Harapan kami dari forum diskusi ini peserta bisa memperoleh asupan yang
sehat dan bergizi untuk otaknya. Sedangkan brekat adalah berasal dari bahasa
arab “barokah” artinya adalah keberkahan. Makna dari keberkahan itu sendiri
adalah bertambahnya kebaikan. Jadi jelas sudah makna sega brekat ini adalah
memberi asupan bergizi untuk otak agar menjadikan pemilik otak semakin baik
lagi.
Mengenal lebih jauh tentang forum diskusi, bahwa forum
diskusi sega brekat ini mewadahi para remaja usia SMA dan sebagian mahasiswa
untuk membicarakan banyak hal, mulai dari agama, politik, budaya, dan sastra.
Tak hanya sekali dua kali diskusi ini dilakukan, hampir setiap satu bulan dua
kali. Hasilnya adalah terbentuk mindset dan pola pikir pada peserta diskusi.
Pola pikirnya tentunya berbeda dari pola pikir remaja umum dan kebanyakan.
Selain itu juga dengan adanya forum diskusi ini, mereka mulai suka membaca.
Karena setiap sebelum diskusi dimulai kami pasti menyempatkan membaca materi
diskusinya. Kemudian keinginan untuk menambah wawasan juga semakin terbangun.
Intinya diskusi sega brekat ini menginspirasi para remaja peserta diskusi.
Tetapi waktu tak selamanya berpihak kepada kami.
Sebagian besar dari peserta diskusi adalah pelajar SMA yang hampir lulus.
Sehingga ketika saatnya pengumuman kelulusan tiba, kami bersiap-siap untuk
merelakan mereka pergi merantau mencari kehidupan yang lebih layak. Karena
memang mindset masyarakat di sini adalah ketika anak selesai sekolah ya harus
siap pergi ke ibu kota untuk mengais rupiah dengan lebih banyak dan lebih
mudah. Sehingga waktu berhasil membuat kita hampir menyerah. Kami kehilangan
kader-kader yang militan, kami kehilangan peserta keren yang ada dalam forum
diskusi sega brekat ini. Tinggalah kami para pemuda desa pengangguran yang
menyusahkan pemerintah.
Anjangsana untuk lebih mengenal
budaya
Meskipun yang tersisa hanya segelintir pemuda saja,
kami tetap melanjutkan diskusi ini. Hanya dengan lima atau enam peserta kami
melanjutkan diskusi sederhana kami, tetapi dari diskusi ini malah justru
memunculkan ide untuk mencari dan mengkaji budaya yang ada di sekitar kami.
Selanjutnya langkah yang kami ambil adalah mengunjungi para budayawan, seniman,
atau sastrawan yang ada di sekitar Kabupaten Banyumas.
Sastrawan dan seniman kami kunjungi ke kediamannya
satu persatu. Dan hampir semuanya kami kunjungi di malam minggu, karena sebagai
jomblo yang sedang memperkeren diri ternyata juga terkadang mempunyai perasaan
sepi. Sampailah pada seorang sastrawan nyentrik yang kami kunjungi dalam
kesederhanaannya. Beliau seorang penulis novel bertema sejarah yang cara
menulisnya itu tidak biasa,hanya dengan menggunakan hape jadul. Dari kunjungan
ini kami diberi satu novel karya dari beliau, dan kami lebih tertantang untuk
menggali lebih dalam lagi.
Berkunjung dari satu seniman ke seniman yang lain itu
menyenangkan, dan kunjungan-kunjungan ini ternyata mengantarkan kami pada
komunitas besar yang diprakarsai oleh budayawan Emha Ainun Nadjib, jama’ah ma’iyah.
Kami selalu senang menghadiri sinau bareng yang diselenggarakan oleh ma’iyyah
di Purwokerto dan sekitarnya. Kami juga senang saat mengunjungi bedah bukunya
mbah Sujiwo Tejo, Tuhan Maha Asik.
Ahirnya dari kunjungan-kunjungan ini kami bertemu
dengan komunitas pemuda pecinta budaya, komunitas tangan merdeka. Yang ternyata
juga berasal dari tempat yang sama, Kecamatan Kebasen.
Lapak baca di tempat terbuka
Setelah bertemu dengan komunitas pemuda pecinta budaya
“tangan merdeka” kami memutuskan untuk melakukan kolaborasi bersama mereka.
Memilih tempat bendung gerak Serayu dan mengambil waktu pagi hari untuk melakukan
kegiatan kami. Pilihan ini diambil dengan alasan saat pagi dan hari minggu di
bendung gerak serayu banyak masyarakat yang sengaja datang untuk joging atau
hanya sekedar jalan-jalan saja. Sehingga besar kemungkinan akan melihat dan
mendekat dengan kegiatan yang kami lakukan.
Kegiatan ini meliputi : Lapak baca, live musik,
musikalisasi puisi, dan melukis. Kegiatan ini berjalan sekitar satu sampai dua
bulan. Ini artinya kami pernah melakukan lapak baca di bendung gerak serayu ini
lebih dari lima kali. Dari kegiatan
lapak baca inilah kami bertemu dengan calon kader relawan yang militan.
Ternyata benar, saat kami tidak lapak baca di bendung gerak serayu, anak-anak
yang biasa bergabung bersama kami justru mendatangi tempat yang kami sebut
taman baca astina ini.
Juguran tasawuf
Dalam kekosongan kegiatan, kami selalu menghabiskan
malam minggu bersama. Bahkan tidak Cuma malam minggu saja, tetapi malam-malam
yang lainnya kita juga tetap berkumpul kalo memang sedang tidak punya kegiatan
masing-masing. Perkumpulan kami ini ya hanya membahas sana sini, sedikit hasil
bacaan dan selebihnya memperbincangkan apa yang sedang ramai dibicarakan.
Perkumpulan ini kami namakan juguran tasawuf, karena untuk bisa kumpul kita
tidak perlu mengabarinya lewat watsap dan kami sampai hari ini juga belum punya
grup watsap. Sehingga kami cukup menggunakan kekuatan batin untuk mengundang salah satu dari kami untuk
bisa bergabung dan njugur (berbincang-bincang) sampai pagi menjelang. Terkadang
di tengah kejenuhan kami berkumpul, kami sering membuat game-game sederhana.
Seperti sambung kata, sambung gambar, dan sesekali kami juga membacakan puisi
untuk mengusir sepi.
Menjadi lilin yang menerangi tetapi
tidak habis terbakar
Karena seringnya berkumpul, kami semakin mengerti dan
memahami karakter masing-masing. Sehingga kami mempunyai pemikiran jika
terlibat dalam sebuah gerakan sosial kampanye membaca, tetapi jangan kemudian
menjadikan kami tidak berkembang. Ahirnya kami memutuskan untuk tetap berkarya
dengan pasionnya masing-masing. Dan dari hasil karya inilah kami jadi mempunyai suatu
karya yang dapat kami tunjukan kepada oranglain. Diantara karya kami adalah :
Film berjudul buku yang sudah di upload di youtube, tulisan di blogspot, puisi
yang telah di upload di instagram, dan pengar show yang telah tayang beberapa
kali di youtube juga.
0 komentar:
Posting Komentar