Akhirnya kami dikunjungi
Karena banyak yang penasaran dengan sebuah tempat yang
kami namai taman baca astina ini, maka kami harus siap-siap dikunjungi oleh
banyak orang. Hampir setiap hari pasti ada saja yang berkunjung ke taman baca
astina ini. Mulai dari anak-anak sekitar tempat tinggal kami, remaja, emak-emak
dan juga bapak-bapak muda. Ada yang hanya numpang ngopi, numpang foto
pencitraan, ada yang bener-bener membaca, dan ada yang meminjam buku.
Beberapa kunjungan special adalah kunjungan dari
lembaga pendidikan resmi. Yang pertama adalah kunjungan dari siswa-siswi TK
Diponegoro 104 yang ingin numpang baca pas hari gernasbaku (gerakan nasional
orangtua membacakan buku). Yang kedua kunjungan dari santri putri Pondok
pesantren Andalusia yang semua santrinya juga bersekolah di SMP dan SMA Islam
Andalusia. Yang ketiga kunjungan dari anak-anak SMK Tunas Bangsa, SMKN Kebasen,
Dan juga kunjungan kelas PBA B 2015 IAIN Purwokerto serta dari
UKM FISIP UNSOED.
Donasi yang datang dari sana sini
Karena kami lebih rajin memposting kegiatan-kegiatan
kami di media sosial, maka yang melihatpun semakin banyak. Ahirnya donasi
buku-bukupun berdatangan dari rekan-rekan dan orang-orang yang mempunyai
perhatian terhadap dunia literasi, baik itu donasi dalam jumlah sedikit maupun
banyak. Baik bacaan anak-anak, remaja, sekalipun buku mata pelajaran. Baik buku
bacaan maupun rak buku, printer atau tempat duduk. Semua terasa indah karena tanpa kami meminta
sudah banyak yang peduli.
Nama taman baca astina
Sebenaranya kami tak
mengerti secara mendalam tentang makna dari taman baca astina ini sendiri.
Karena tempat kami berada di Ngasinan maka kami sering menyebutnya dengan
Astina, dan kebetulan nama Astina itu adalah nama sebuah negara di dunia
pewayangan.
VISI : Menjadi Anak Kampung Yang Tak Kampungan
Mengingat tempat tinggal kami yang berada di kampung,
tepatnya di dusun Ngasinan RT 03 RW 04, Desa Kaliwedi, Kecamatan Kebasen,
Kabupaten Banyumas. Kami sangat sadar akan hal ini, sebagai anak kampung tidak
kemudian menjadikan diri kami minder dan ingin menjadi seperti kebanyakan
teman-teman kita yang lain yang lebih ingin terlihat kekinian dan
kekota-kota’an. Kami anak kampung, dan kami bangga dengan kekampungan kami.
Karena bagi kami “ dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung tinggi-tinggi
”. Bagi kami, cukup tempat tinggal dan
lingkungan kami saja yang berada di kampung, tetapi tidak dengan konsep
berpikir, wawasan, dan pemahaman. Kampung dan kampungan itu jelas berbeda,
kampung adalah tempat tinggal atau wilayah yang jauh dari kota, sedangkan
kampungan adalah manifestasi dari penjelasan kudet, katro, kagetan, latah, udik, dan gumunan (kagum yang
berlebihan).
Usaha kami untuk merealisasikan motto atau jargon yang
kami buat ini, kami selalu berusaha dan berdo’a untuk memfasilitasi usaha
penolakan labeling kampungan bagi
kami, yaitu dengan menyediakan buku-buku dan bahan bacaan yang mengantarkan
kami khusunya, dan anak-anak serta remaja di sekitar kami umumnya, untuk menuju
pola pikir dan pemahaman yang tak sekampungan anggapan orang-orang. Jadi dengan
ini kami berusaha menghindarkan diri dari pengertian kampungan yang kami maksud
di atas. Kami ingin tumbuh menjadi generasi penerus bangsa Indonesia yang kuat,
kokoh, tak tergoyahkan, dan mempunyai landasan serta pegangan yang kuat.
Sebagai anak kampung yang kebanyakan pekerjaan
orangtua kami hanya meladang, buruh, dan buruh tani. Kami sungguh sadar akan
kemampuan orangtua kami untuk menyediakan bahan bacaan bagi kami. Hanya untuk
membeli beras, lauk pauk, dan kebutuhan hidup lainnya saja kadang mereka masih
dibantu dengan hutang, apalagi sampai terfikir untuk membelikan kami bahan
bacaan berupa buku-buku yang harganya mahal dan belinya entah dimana. Bagi
masyarakat Indonesia di pelosokan seperti ini, orangtua lebih mudah membelikan
handphone atau gadget keren ketimbang membelikan buku yang tak begitu keren
menurut mereka.
Sehingga kami mempunyai asumsi bahwa bagi orang-orang
yang hidup di kampung seperti kami ini hobi membaca merupakan hobi mahal. Untuk
bisa memperoleh buku, orangtua mereka harus kaya dulu. Dan tidak cukup kaya
saja, tetapi juga sadar akan pentingnya membaca. Dengan usaha kami mendirikan
Taman Baca Astina ini kami mempunyai i’tikad untuk memurahkan dan memudahkan
hobi membaca yang mahal itu. Langkah yang kita ambil adalah dengan menyediakan
bahan bacaan untuk anak-anak dan remaja sekitar kami. Bisa dibaca di tempat
atau bisa juga dipinjam untuk 2-3 hari ke depan. Tak pernah terfikirkan oleh
kami akan ada denda atau sewa untuk peminjaman. Wong gratis saja belum tentu
banyak yang mau kok, apalagi ada sewa dan denda.
Taman baca astina hanyalah fiktif
belaka
Fiktif itu tidak nyata,
ungkapan ini sering kami lontarkan kepada orang-orang yang bertanya tentang letak taman baca astina. Tujuan dari
ungkapan taman baca astina fiktif ini adalah supaya kami tidak merasa sakit
hati jika ternyata keberadaan taman baca ini tidak dianggap. Selain itu, alasan
kami membuat persepsi taman baca astina hanyalah fiktif belaka itu karena
sebenarnya kami agak malu dan minder jika ada teman-teman kami yang jauh dari
kota ingin main ke sini. Kami agak malu jika ternyata apa yang ada tak sesuai
dengan ekspektasi mereka. Hanya melihat melalui medsos itu terkadang
menimbulkan ekspektasi yang tinggi. Takutnya setelah berkunjung ke sini mereka
shok dan kaget. Wah ternayta taman baca astina hanya meja dan bangku yang
ditata di halaman rumah reot yang bahkan hamper roboh.
Selayang
pandang taman baca astina
Menjawab pertanyaan yang selalu ditanyakan pengunjung yang datang ke
taman baca astina adalah hal yang menyenangkan. Pertanyaan sama yang selalu
ditanyakan adalah : Apa buku-buku yang ada disini kalo malam gak dimasukan?
Apakah tidak takut dicuri? Apakah tidak kehujanan? Hampir semua orang yang
pertama kali datang ke taman baca kami pasti selalu menanyakan itu. Jawaban
kamipun sangat simple dan kami sungguh suka dalam menjawabnya, ada semacam rasa
jumawa dan sok cool saat menjawab pertanyaan ngehek ini. Kalo malam ya tetap
disini saja, kalo hilang berarti malingnya maling cerdas. Ya kali daripada
nyuri uang rakyat lebih mulia nyuri buku. Nyatanya memang gak pernah hilang
kan. Kalo hujan datang, maka cukup sediakan mantel plastik untuk menutupinya
biar tidak terkena percikan hujan. Kami memang seakan terlihat susah, tetapi
sebisa mungkin jangan menampilkan keususahan kepada oranglain, apalagi yang
baru kita kenal.
Pertanyaan selanjutnya adalah kenapa gak bayar kalo pinjam,
buku-bukunya darimana, kalo ada yang pinjam dan tidak mengembalikan itu
bagaimana? Jawaban kami lagi-lagi sok bijaksana. Sudah ada yang mau pinjam saja
sudah Alhamdulillah luarbiasa, gak usah bayar atau sewa. Kalo ada yang pinjam
dan tidak mengembalikan itu urusan mereka dengan dirinya, bukan urusan kami.
Kami hanya memeberikan kepercayaan kepada mereka saja, perkara mereka mau
menyia-nyiakan atau menjaga kepercayaan itu sih terserah. Unutk buku-buku yang
ada di sini bermula dari diri sendiri dan ditambah dari donasi-donasi teman
serta orang-orang yang mempunyai kebesaran serta kerendahan hati untuk peduli
pada gerakan kami.
Kegiatan
terkini taman baca astina
Ahir-ahir ini relawan dan aktifis taman baca astina sedang sibuk proses
produce film kedua untuk nantina bisa dibahas bersama dalam acara buka bersama.
Selain itu kami juga sedang membuat lagu karya sendiri, dan yang terkahir
adalah ikut komunitas Gelar Tikar di Purwokerto.
Demikian perjalanan kami, taman baca astina dari waktu ke waktu.
Harapan kami semoga taman baca astina mempunyai kebermanfaatan bagi semua.
Dapat berperan penting dalam penggalangan kampanye gerakan membaca. Ikut
membantu mewujudkan tujuan pendidikan di Indonesia, ikut mencerdaskan kehidupan
bangsa. Semoga ke depannya taman baca astina bisa lebih keren lagi, dan semoga
sudah tidak fiktif lagi, amin jangan? Ya aminn donk, kan do’a baik, harapan
baik, manusia hidup karena punya harapan. Terimakasih sudah membaca artikel
krik-krik ini, semoga tidak bosan, dan berkenan.
Semua tentang kami bisa dilihat disini :
Youtube
chanel : Tamanbaca astina
Instagram
: Taman Baca Astina
Blogger
: jangkriker.blogspot.com
Fanspage
: Forum diskusi sega brekat
0 komentar:
Posting Komentar