Sesungguhnya aku adalah seorang anak kampung yang begitu beruntung.
Tetapi saat banyak anak menjadikan gadget sebagi tempat bergantung, aku
menjadi bingung. Aku ingin menolak namun tak bisa berontak. Ingin
merajuk tetapi malah jadi mengantuk. Aku menjadi pengutuk keadaan, aku
mengutuki kegelapan. Semakin kumaki semakin ku tak mengerti.
Bertambahlah kebingungan di setiap sudut malamku.
Aku terdiam dan
membisu.
Seketika kulihat di pojok kamarku, setumpuk buku mengsuik kebisuanku,
mengoyak oyak sepiku, melambai lambai minta dibelai. Tetapi malam,
membuatku pasrah dan menyerah, ahirnya aku tertidur nyenyak dalam
kehausan makna dan kelaparan yang semakin hampa.
Pagi, matahari bersinar menerangi. Aku terbangun dari mimpi. Ternyata
sungguh telat menyadari akan keadaan ini. Bukankah semua harus dimulai
dari diri sendiri?
Ya, mualilah dari sendiri, bukankah ini jelas sekali. Jika kegelapan
semakin menjadi, bukankah harusnya kusesali. Melainkan harus kunyalakan
api, nyalakan lilin tuk menerangi diri sendiri juga menerangi semua
sisi. Nyalakan api, nyalakan tekad dan semangat di dalam hati.
Dan kini, aku jadi seperti ini. Bagaikan gelandangan di kampung sendiri.
Aku memulai mimpi dari sini. Ingin suatu saat nanti, yang seperti ini
akan jadi kebiasaan yang penuh arti. Membaca, aku menemukan jawabannya.
Membaca adalah jawabannya. Membaca untuk kebebasan dan menulis untuk
keabadian.
Memang, mula mula aku sama sekali tidak suka membaca. Bahkan ku kira
membaca takan ada manfaatnya, buang buang waktu saja. Harusnya waktu
yang untuk berusaha mencapai bahagia malah habis hanya untuk membaca,
tak dapat apa apa. Lama lama, aku baru sadar bahwa aku telat dalam
menyadari pentingnya membaca. Harusnya sudah sejak lama aku mau membaca.
Ahh..
Sekarang, yang ada dalam benaku adalah. Tak pernah ada kata terlambat
untuk memulai suatu kebaikan.
Ini belum terlambat untuk memulai. Aku
hanya bisa berharap membaca akan menjadi hobi bagi kita semua. Dan lewat
taman baca alakadarnya ini aku menyediakan tempat bagi anak anak dan
remaja untuk bersama sama memulai gerakan Indonesia membaca.
Lewat diskusi dan berbagai macam agenda yang kadang tak menentu arahnya,
aku mengajak para remaja untuk berfikir selangkah lebih maju,
menanamkan rasa ingin tahu dan menjadikan membaca adalah tradisi yang
seru.
Ayolah kawanku, kita mulai bersma membuka cakrawala. Membuka wawasan dan
pengetahuan. Percayalah bahwa tak akan ada yang sia sia. Kita boleh
tinggal di kampung dan jadi anak kampung, tetapi yang terpenting kita
tidak menjadi kampungan. Singsingkan lengan tangan dan mulailah suatu
gerakan perubahan.
0 komentar:
Posting Komentar