Ada satu surat khusus dalam Al – Qur’an yang hanya membahas
wanita, namanya surat an-nisa kalau tak salah. Bukankah ini satu keistimewaan
tersendiri untuk para wanita. Meskipun pada surat-surat yang lain juga
dikatakan bahwa lelaki berdiri di atas
wanita, lelaki adalah pemimpin dari wanita. Tetapi kata pepatah lama kan begini
:
“ Dibalik lelaki yang
sukses, banyak wanita hebat di belakangnya “
Kata siapa wanita makhluk yang lemah, nyatanya dia bisa
melahirkan bayi lebih dari tiga, bahkan wanita dulu bisa melahirkan lebih dari
sepuluh bayi. Tak hanya melahirkan saja, tetapi juga merawatnya dengan telaten
sabar dan bersahaja. Sampai semua bayi-bayinya sukses menjadi orang dan tak ada
satupun yang menjadi binatang.
Wanita adalah makhluk yang mulia, makhluk penyempurna. Lantas
dengan semua kemuliaan yang telah ada pada wanita apakah engkau masih minta
disamakan derjatnya dengan kami kaum pria wahai wanita? Jangan, jangan kau
minta samakan derajatmu dengan kami kaum pria. Karena memang sudah tentu lebih
tinggi derajatmu tiga tingkat dibanding kami. Jadi buat apa malah minta
diturunkan supaya sejajar dengan kami? Wanita itu special ya ukhti, jadi jika
kau minta persamaan gander maka kamu harus menurunkan derjatmu.
Keistimewaan wanita terletak pada cara memperlakukannya,
wanita sudah sepantasnya diperlakukan dengan lemah lembut, lemah gemulai,
lunglai. Tetapi jika kenyataan berbalik, wanita dikasari, diperlakukan tidak
senonoh, itu tidak dibenarkan. Meskipun sebenarnya wanita tetap tegar dan kuat dalam
menghadapinya. Walau terkadang airmatanya yang sangat berharga juga ikut-ikutan
membantu mengatasinya. Karena senjata wanita yang terhebat adalah airmata, masa sih? Memang ada
wanita yang tak punya airmata, mungkin ada, karena terlalu lama menderita
sampai kering airmatanya.
“ Sebaik baik
perhiasan dunia adalah wanita yang sholehah “
Sudahlah, percaya saja jika memang wanita itu istimewa.
Nyatanya perhiasan terbaik di dunia itu kan kamu wahai wanita sholehah. Tapi
apakah devinisi wanita sholehah itu adalah wanita yang cantik parasnya, pinter
ngaji, pinter baca qur’an, pinter berhijab, dan pinter bersolek? Ya, memang itu
pengertian yang telah diajarkan kepada
kita selama ini. Wanita yang sholehah ya yang macam itu. Cantik, pinter,
syar’i, dan islami.
Terus kenapa dalam agama kami, wanita boleh mengenakan emas
dan sutra untuk perhiasannya. Sedangkan itu tidak berlaku bagi kami kaum pria.
Alasannya simple saja, dikhawatirkan kaum pria akan memunculkan kesombongannya
jika mengenakan perhiasan emas dan pakaian sutra. Bukankah itu juga bisa
terjadi pada wanita? Berangkat kondangan, berangkat ngaji, harus mengenakan
semua perhiasan yang ia punya. Gelang, kalung, anting, dan cincin ditunjuk
tunjukan gemerincing dan kemilaunya. Ini bisa dinamakan sombong juga kan? Atau
ini hanya untuk menunjukan kemurahan Alloh yang telah memberinya banyak rizki
sehingga ia mampu memiliki semua ini. Atau untuk menunjukan bahwa suaminya
mampu membelikannya sebongkah berlian, mulia sekali. Atau mau menunjukan bahwa
ia pandai menabung dan menyisihkan hartanya dalam bentuk perhiasan?
Tak ada alasan untuknya selain yang satu ini, hanya karena
wanita memang perhiasan. Sehingga yang pantas mengenakan perhiasan adalah
perhiasan itu sendiri. Kelihatannya juga lebih menarik kan kalau kondangan
kalungnya dikeluarkan dibalik kerudungnya. Gelang diangkat tinggi tinggi saat
membenahi kerudung yang tak menceng tetapi terasa menceng. Cincin dielus elus
di jemarinya saat berbicara dengan lawan bicaranya. Ini semua hanya karena
kemuliaanya, dan kami tetap menerima.
Tak berlebihan kiranya jika surga pun diletakkan dibawah
telapak kakimu, tak diboponganmu, dipangkuanmu atau diatas kepalamu, tetapi di
bawah telapak kakimu. Sungguh rendah surga itu dihadapanmu, dan sungguh tinggi
kau di hadapanku. Benar benar derajat yang tak sebanding apa apa dengan kami
kaum pria. Kami tak ada apa apanya. Tetapi kenapa kalian harus menurut kepada
kami setelah kalian bersuami? Karena kalianlah yang akan mengangkat derajat
kami dan anak cucu kami di kemudian hari. Kalian yang akan menjadikan generasi
sesudah kami menjadi generasi yang lebih baik dari yang sekarang ini.
Wahai engkau kaum wanita sholehah, dari kalianlah benih
benih baik itu akan tumbuh. Dan bagi wanita, sebuah pahala bisa didapatkannya
dengan begitu mudah, tanpa perlu bersusah susah. Kalian tersenyum saja pada
suami, kalian merawat anak anak, kalian masak, disitu beribu ribu pahala
berjuta kebaikan berpihak kepada kalian. Tetapi untuk sebuah dosapun, jauh
lebih mudah kalian dapatkan. Jadi memang kehidupan ini begitu seimbang.
Wanitaku, wanitaku,
kata WS Rendra. Jadilah kalian wanita sholehahku, kataku.
Jadilah kalian wanita yang sholehah dengan kesholehahan yang
sebenarnya. Jadilah penghibur kami, jadilah ibu dari anak anak kami, jadilah
penyejuk mata kami, jadilah bidadari bidadari surga bagi kami.
0 komentar:
Posting Komentar