Get me outta here!

Sabtu, 04 Maret 2017

Efek Guru Pemalas

Pernahkah kau tanya kenapa skripsiku tak kunjung kumulai. Mungkin ini karena efek dari guru yang pemalas. Iya, hampir semua guru di sekolah formal kita adalah guru pemalas. Bagaimana tidak? Coba saja kita perhatikan lebih detail. 

Setiap pagi, murid masuk kelas berdo'a kemudian baru gurunya masuk kelas. Bukankah ini artinya malas. Kemudian saat pelajaran. Siswa disuruh menulis, sedangkan guru hanya mendikte, atau bahkan hanya duduk dan berkeliling. Siapa yang malas? Guru atau murid. 

Saat bel istirahat berbunyi, semua murid keluar kelas untuk beraktifitas. Ada yang membeli jajan, ada yang kejar-kejaran, ada yang main bola, ada yang jalan-jalan. Sedangkan guru duduk-duduk di kantor sambil ngobrol dengan teman guru yang lainnya. Atau bahkan sibuk dengan hpnya masing-masing. Siapa yang malas? Guru atau murid. 

Saat piket kelas, semua murid mendapatkan tugas piket sesuai dengan jadwalnya. Tetapi guru tak mendapatkan jatah piket. Saat murid sibuk membersihkan kelas, guru ngapain? Siapa yang malas, guru atau murid. 

Kemudian yang lebih menyebalkan lagi. Guru memberikan soal kepada murid. Lalu murid mengerjakan, guru hanya menunggu murid selesai mengerjakan soal. Setelah selesai, guru mengoreksi jawaban murid. Kalau ada yang salah, guru tak segan segan menyoretnya. Guru menyalahkan jawaban murid. Kenapa tak dibetulkan, padahal kan tau jawaban yang betul. Mikir. 

Sudah, tak perlu geram dengan ungkapan-ungakapan ini, jika memang benar yasudah akui saja. Jika memang tidak benar, ya dibenarkan, kan tau jawaban yang benar. Jangan terlalu dimasukan ke dalam hati, ini hanya anekdot belaka. Apa aku suka dengan yang sungguhan, apa aku suka serius, enggak kan. Lagian juga guru mana sih yang mau dikatain pemalas. Apalagi yang mengatakan muridnya sendiri. Itu tamparan keras, jarang lah ada yang mau mendengar pendapat murid jika menyinggung kejelekannya. Pasti cenderung melakukan pembelaan. Seperti saya ini saat dikatain murid ini itu dan sebagainya. Hehe., Pernah tuh dulu waktu sekolah ngeritik guru ini itu dan sebagainya. Eh, jawabannya apa. Tak akan memuaskanlah. Mereka guru dan kita murid. Ya tak level lah beradu argumen dengan murid. Murid harus kalah dengan guru. Hahaha, dan sekarang aku tau rasanya. 

Enjoiy saja, terima kalau memang itu baik. Beri arahan jika memang tak sesuai dengan yang seharusnya. Biar murid tak jadi mengkered kaya saya dulu. Sudahlah, tak perlu diperpanjang. Intinya adalah belajar. Siswa belajar dari guru, dan guru juga bisa belajar dari murid. Yasudah itu aja sih keluh kesahku kali ini. Semoga tidak menganggu ketenangan para guru.

0 komentar:

Posting Komentar