Get me outta here!

Senin, 10 Desember 2018

TAMAN BACA ASTINA FIKTIF #2



Akhirnya kami dikunjungi
Karena banyak yang penasaran dengan sebuah tempat yang kami namai taman baca astina ini, maka kami harus siap-siap dikunjungi oleh banyak orang. Hampir setiap hari pasti ada saja yang berkunjung ke taman baca astina ini. Mulai dari anak-anak sekitar tempat tinggal kami, remaja, emak-emak dan juga bapak-bapak muda. Ada yang hanya numpang ngopi, numpang foto pencitraan, ada yang bener-bener membaca, dan ada yang meminjam buku.

Beberapa kunjungan special adalah kunjungan dari lembaga pendidikan resmi. Yang pertama adalah kunjungan dari siswa-siswi TK Diponegoro 104 yang ingin numpang baca pas hari gernasbaku (gerakan nasional orangtua membacakan buku). Yang kedua kunjungan dari santri putri Pondok pesantren Andalusia yang semua santrinya juga bersekolah di SMP dan SMA Islam Andalusia. Yang ketiga kunjungan dari anak-anak SMK Tunas Bangsa, SMKN Kebasen, Dan juga kunjungan kelas PBA B 2015 IAIN Purwokerto serta dari UKM FISIP UNSOED.

Donasi yang datang dari sana sini
Karena kami lebih rajin memposting kegiatan-kegiatan kami di media sosial, maka yang melihatpun semakin banyak. Ahirnya donasi buku-bukupun berdatangan dari rekan-rekan dan orang-orang yang mempunyai perhatian terhadap dunia literasi, baik itu donasi dalam jumlah sedikit maupun banyak. Baik bacaan anak-anak, remaja, sekalipun buku mata pelajaran. Baik buku bacaan maupun rak buku, printer atau tempat duduk. Semua terasa indah karena tanpa kami meminta sudah banyak yang peduli.

Nama taman baca astina
Sebenaranya kami tak mengerti secara mendalam tentang makna dari taman baca astina ini sendiri. Karena tempat kami berada di Ngasinan maka kami sering menyebutnya dengan Astina, dan kebetulan nama Astina itu adalah nama sebuah negara di dunia pewayangan.

 VISI : Menjadi Anak Kampung Yang Tak Kampungan
Mengingat tempat tinggal kami yang berada di kampung, tepatnya di dusun Ngasinan RT 03 RW 04, Desa Kaliwedi, Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas. Kami sangat sadar akan hal ini, sebagai anak kampung tidak kemudian menjadikan diri kami minder dan ingin menjadi seperti kebanyakan teman-teman kita yang lain yang lebih ingin terlihat kekinian dan kekota-kota’an. Kami anak kampung, dan kami bangga dengan kekampungan kami. Karena bagi kami “ dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung tinggi-tinggi ”.  Bagi kami, cukup tempat tinggal dan lingkungan kami saja yang berada di kampung, tetapi tidak dengan konsep berpikir, wawasan, dan pemahaman. Kampung dan kampungan itu jelas berbeda, kampung adalah tempat tinggal atau wilayah yang jauh dari kota, sedangkan kampungan adalah manifestasi dari penjelasan kudet, katro, kagetan, latah, udik, dan gumunan (kagum yang berlebihan).

Usaha kami untuk merealisasikan motto atau jargon yang kami buat ini, kami selalu berusaha dan berdo’a untuk memfasilitasi usaha penolakan labeling kampungan bagi kami, yaitu dengan menyediakan buku-buku dan bahan bacaan yang mengantarkan kami khusunya, dan anak-anak serta remaja di sekitar kami umumnya, untuk menuju pola pikir dan pemahaman yang tak sekampungan anggapan orang-orang. Jadi dengan ini kami berusaha menghindarkan diri dari pengertian kampungan yang kami maksud di atas. Kami ingin tumbuh menjadi generasi penerus bangsa Indonesia yang kuat, kokoh, tak tergoyahkan, dan mempunyai landasan serta pegangan yang kuat.

Sebagai anak kampung yang kebanyakan pekerjaan orangtua kami hanya meladang, buruh, dan buruh tani. Kami sungguh sadar akan kemampuan orangtua kami untuk menyediakan bahan bacaan bagi kami. Hanya untuk membeli beras, lauk pauk, dan kebutuhan hidup lainnya saja kadang mereka masih dibantu dengan hutang, apalagi sampai terfikir untuk membelikan kami bahan bacaan berupa buku-buku yang harganya mahal dan belinya entah dimana. Bagi masyarakat Indonesia di pelosokan seperti ini, orangtua lebih mudah membelikan handphone atau gadget keren ketimbang membelikan buku yang tak begitu keren menurut mereka.

Sehingga kami mempunyai asumsi bahwa bagi orang-orang yang hidup di kampung seperti kami ini hobi membaca merupakan hobi mahal. Untuk bisa memperoleh buku, orangtua mereka harus kaya dulu. Dan tidak cukup kaya saja, tetapi juga sadar akan pentingnya membaca. Dengan usaha kami mendirikan Taman Baca Astina ini kami mempunyai i’tikad untuk memurahkan dan memudahkan hobi membaca yang mahal itu. Langkah yang kita ambil adalah dengan menyediakan bahan bacaan untuk anak-anak dan remaja sekitar kami. Bisa dibaca di tempat atau bisa juga dipinjam untuk 2-3 hari ke depan. Tak pernah terfikirkan oleh kami akan ada denda atau sewa untuk peminjaman. Wong gratis saja belum tentu banyak yang mau kok, apalagi ada sewa dan denda.

Taman baca astina hanyalah fiktif belaka
Fiktif itu tidak nyata, ungkapan ini sering kami lontarkan kepada orang-orang yang bertanya tentang letak taman baca astina. Tujuan dari ungkapan taman baca astina fiktif ini adalah supaya kami tidak merasa sakit hati jika ternyata keberadaan taman baca ini tidak dianggap. Selain itu, alasan kami membuat persepsi taman baca astina hanyalah fiktif belaka itu karena sebenarnya kami agak malu dan minder jika ada teman-teman kami yang jauh dari kota ingin main ke sini. Kami agak malu jika ternyata apa yang ada tak sesuai dengan ekspektasi mereka. Hanya melihat melalui medsos itu terkadang menimbulkan ekspektasi yang tinggi. Takutnya setelah berkunjung ke sini mereka shok dan kaget. Wah ternayta taman baca astina hanya meja dan bangku yang ditata di halaman rumah reot yang bahkan hamper roboh.

Selayang pandang taman baca astina
Menjawab pertanyaan yang selalu ditanyakan pengunjung yang datang ke taman baca astina adalah hal yang menyenangkan. Pertanyaan sama yang selalu ditanyakan adalah : Apa buku-buku yang ada disini kalo malam gak dimasukan? Apakah tidak takut dicuri? Apakah tidak kehujanan? Hampir semua orang yang pertama kali datang ke taman baca kami pasti selalu menanyakan itu. Jawaban kamipun sangat simple dan kami sungguh suka dalam menjawabnya, ada semacam rasa jumawa dan sok cool saat menjawab pertanyaan ngehek ini. Kalo malam ya tetap disini saja, kalo hilang berarti malingnya maling cerdas. Ya kali daripada nyuri uang rakyat lebih mulia nyuri buku. Nyatanya memang gak pernah hilang kan. Kalo hujan datang, maka cukup sediakan mantel plastik untuk menutupinya biar tidak terkena percikan hujan. Kami memang seakan terlihat susah, tetapi sebisa mungkin jangan menampilkan keususahan kepada oranglain, apalagi yang baru kita kenal.

Pertanyaan selanjutnya adalah kenapa gak bayar kalo pinjam, buku-bukunya darimana, kalo ada yang pinjam dan tidak mengembalikan itu bagaimana? Jawaban kami lagi-lagi sok bijaksana. Sudah ada yang mau pinjam saja sudah Alhamdulillah luarbiasa, gak usah bayar atau sewa. Kalo ada yang pinjam dan tidak mengembalikan itu urusan mereka dengan dirinya, bukan urusan kami. Kami hanya memeberikan kepercayaan kepada mereka saja, perkara mereka mau menyia-nyiakan atau menjaga kepercayaan itu sih terserah. Unutk buku-buku yang ada di sini bermula dari diri sendiri dan ditambah dari donasi-donasi teman serta orang-orang yang mempunyai kebesaran serta kerendahan hati untuk peduli pada gerakan kami.

Kegiatan terkini taman baca astina
Ahir-ahir ini relawan dan aktifis taman baca astina sedang sibuk proses produce film kedua untuk nantina bisa dibahas bersama dalam acara buka bersama. Selain itu kami juga sedang membuat lagu karya sendiri, dan yang terkahir adalah ikut komunitas Gelar Tikar di Purwokerto.

Demikian perjalanan kami, taman baca astina dari waktu ke waktu. Harapan kami semoga taman baca astina mempunyai kebermanfaatan bagi semua. Dapat berperan penting dalam penggalangan kampanye gerakan membaca. Ikut membantu mewujudkan tujuan pendidikan di Indonesia, ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Semoga ke depannya taman baca astina bisa lebih keren lagi, dan semoga sudah tidak fiktif lagi, amin jangan? Ya aminn donk, kan do’a baik, harapan baik, manusia hidup karena punya harapan. Terimakasih sudah membaca artikel krik-krik ini, semoga tidak bosan, dan berkenan.

Semua tentang kami bisa dilihat disini :
Youtube chanel : Tamanbaca astina
Instagram : Taman Baca Astina
Blogger : jangkriker.blogspot.com
Fanspage : Forum diskusi sega brekat

TAMAN BACA ASTINA HANYA FIKTIF BELAKA


Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya zaman, manusia mengalami berbagai kemajuan dan perkembangan. Dari semua jenis kemajuan dan perkembangan, yang paling mudah dirasakan dampaknya adalah kemajuan dan perkembangan dalam bidang teknologi, informasi, dan komunikasi. Hari ini manusia sudah tidak perlu lagi bersusah payah untuk pergi ke suatu tempat di belahan dunia untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di sana. Cukup dengan melihatnya di layar televisi atau bisa juga dari gadget canggih yang terkoneksi dengan internet. Hal ini menandakan pesatnya kemajuan dan perkembangan di bidang teknologi, informasi, dan komunikasi.

Namun pada akhirnya kita pun tahu bahwa setiap kemajuan pasti memiliki dua sisi mata pisau yang berlainan, dalam artian mempunyai dampak positif dan negatif. Jika kita mampu mengambil sikap yang tepat, maka nilai kebermanfaatannya lebih banyak daripada kerugiannya. Dan begitupun sebalinya, jika kita tidak mampu mengambil sikap yang tepat terhadap kemajuan maka bisa dipastikan dampak negatif lebih banyak daripada dampak positifnya. Semua ada dalam genggaman kita, semua ada dalam kendali kita.

Terlepas dari dampak positif dan negatif, perkembangan teknologi, terutama teknologi gadget ini tentunya sedikit banyak pasti mempengaruhi pola pergaulan, pendidikan, dan tatanan sosial masyarakat kita. Sekarang kita bisa dengan mudah menjuampai sekelompok remaja atau pemuda yang saling berhadapan namun tak kunjung muncul percakapan. Berkumpul pada suatu tempat yang sama tetapi semua sibuk menunduk dengan dunianya masing-masing. Dengan kata lain, gadget mampu mendekatkan yang jauh sekaligus mampu menjauhkan yang dekat. Belum lagi dengan anak-anak yang semakin disibukan dengan gadgetnya. Berbagai macam permainan bisa diakses oleh anak-anak melalui gadgetnya, baik secara online maupun offline. Ini artinya permainan yang ada dalam gadget terasa jauh lebih menyenangkan daripada bermain permainan sungguhan bersama teman-teman.
Dalam kondisi seperti ini, keprihatinan kami terhadap perkembangan generasi anak-anak dan remaja terasa semakin menjadi. Karena kami merasa prihatin dengan keadaan ini, maka langkah yang selanjutnya kami ambil dalam menyikapinya adalah dengan berusaha membuat anak-anak dan remaja mempunyai hobi membaca.

Kenapa harus membaca
Banyak sekali jargon bertebaran mengenai pentingnya kegiatan membaca. Tak susah bagi kita untuk mendapati kalimat “membaca adalah jendela dunia” atau “dengan membaca, maka aku ada”. Hampir keseluruhan dari kita tak ada yang menolak tentang berbagai argumen yang menguatkan dan menerangkan pentingnya membaca. Terlebih di era globalisasi yang semakin menjadi-jadi, membaca menjadi kunci untuk membentuk tameng dan pelindung diri dari berbagai kutukan dan efek samping kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi.

Banyak yang menolak membaca buku dengan alasan semua yang ingin diketahui sudah ada di dalam mesin pencari informasi di internet yang sangat canggih, ajaib, dan sakti, sebut saja mbah google. Semua hal yang ingin kita ketahui sudah tersedia dengan gratis disana. Semua informasi sudah semakin berseliweran di dalamnya. Sedangkan buku hanya menyediakan informasi yang tak terkini dan tak sesuai dengan apa yang kita cari. Tak sedikit yang mengelak dari pentingnya membaca buku. Alasannya adalah membaca dari buku bukanlah membaca yang sebenarnya, membaca itu bisa dari mana saja, termasuk dari lingkungan sekitar, sikap, dan alam semesta. Yang bisa dibaca dari buku hanyalah tulisan dan omongan seseorang.

Tak ada yang salah dengan pendapat dan prasangka tersebut di atas, tetapi lambat laun, pentingnya membaca buku seakan mendesak kami untuk segera meyakinkan kepada khalayak ramai akan pentingnya membaca buku. Buku memang sekilas hanya lembaran kertas-kertas berbau khas yang berisi tulisan-tulisan biasa. Namun jika kita gali lebih dalam lagi ternyata jika kita ingin mendapatkan wawasan, pengetahuan, dan keontetikan dari pengetahuan itu sendiri, buku menyediakan itu semua bagi kita. Terlepas dari buku-buku yang dimanipulasi untuk kepentingan politik, pemutihan sejarah, dan sebagainya, buku tetap menjadi satu referensi yang keren. Dengan membaca buku, kita menggali informasi sampai detail sampai ke akarnya. Pantaslah jika kita harus setuju dengan “ buku adalah jendela dunia “. Artinya jika kita ingin mengetahui tentang bagaimana keadaan dan seluk beluk dunia, kita harus mau membaca tentangnya.

Teringat akan pentingnya membaca, maka tak ada salahnya bagi kami untuk menebarkan virus baca dimana-mana, tak terkecuali di kampung kami yang bernama “Ngasinan” tercinta ini. Membaca bukanlah tuntutan dan kewajiban bagi umat manusia, tetapi setelah kita sadar, membaca adalah kebutuhan bagi kita semua selaku umat manusia yang ingin memanusiakan manusia. Terlebih bagi manusia yang sudah harus adil sejak dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Dan aneh rasanya jika mengaku umat nabi Muhammad saw tetapi tidak mau membaca. Ajaran islam yang dibawanya saja memerintahkan manusia pertama kali adalah untuk membaca, Iqra. Jadi dengan adanya taman baca astina ini adalah wujud ikhtiar kami untuk menyikapi fenomena yang terjadi.

Mulailah dari diri sendiri
Perjalanan ribuan kilometer dimulai dari satu langkah, suatu yang besar dimulai dari yang kecil. Kami sangat faham dengan kaidah itu, sehingga dengan kondisi dan keadaan bagaimanapun kami harus memulai ini dari diri sendiri, dan dari hal kecil. Diakui atau tidak, membaca merupakan langkah yang baik untuk memulai sebuah perubahan dan keadaan. Bagaimanapun membaca tetap penting dan selamanya tak akan pernah sia-sia. Kita telah mengetahui dan juga sepakat bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangatlah rendah, bahkan yang terendah di dunia. Cukup, kami tidak ingin melanjutkan kesepakatan itu.

Kata siapa minat baca masyarakat kita rendah, yang kami yakini adalah sumber bacaannya yang rendah. Bagaimana masyarakat mau membaca, bagaimana anak-anak mau membaca jika sumber bacaannya tidk ada. Bagaimana anak akan membaca jika orangtua lebih mudah membelikan gadget keren daripada membelikan buku-buku? Dari sinilah kemudian ide awal berdirinya taman baca astina. Kami ingin menyediakan sumber bacaan untuk anak-anak, remaja, sekaligus orangtua yang ada disekitar kita. Awal mula berdirinya taman baca astina ini sebenarnya hanyalah remeh temeh dan tak ada rancangan serta perencanaan yang matang sama sekali. Bermula dari saya pribadi yang memiliki beberapa buku-buku bacaan,  hanya beberapa, paling cuma lima buah buku saja, dan itupun hanya novel. Kemudian saya membeli majalah bobo untuk bisa menarik anak-anak agar mau mulai membaca, hanya dua atau tiga majalah saja, ya ini karena keterbatasan dana. Selanjutnya buku-buku dan majalah itu kami taruh di atas meja di depan rumah, dan kami nekat mencetak baner ukuran kecil bertuliskan taman baca astina.

Pertemuan demi pertemuan yang mempertemukan
Selanjutnya kami foto buku dan majalah serta baner kecil bertuliskan taman baca itu, lalu kami posting di status facebook, bukan, bukan posting untuk meminta bantuan atau donasi atau sejenisnya. Hanya sebatas status belaka tanpa tujuan tertentu. Dari postingan pertama ini, ternyata mendapatkan respon positif dari salah satu teman kami yang kebetulan juga mempunyai pemahaman dan minat yang sama, membaca. Namanya adalah Danar Prasetyo, salah satu mahasiswa semester awal di salah satu Universitas di kota Purwokerto. Karena mempunyai minat yang sama dan diia juga mempunyai buku-buku bacaan, maka selanjutnya tanpa fikir panjang kami melakukan  pertemuan empat mata di suatu tempat dan mulai membicarakan tentang hasil bacaan kita masing-masing. Pada akhir pertemuan inilah munculah kesepakatan bahwa dia akan menitipkan buku-bukunya di meja dan tempat yang nantinya akan kami sebut tempat itu sebagai taman baca astina.

Dari ide awal ini selanjutnya kami berdua sering bercerita dan berbincang tentang hasil bacaan dan sumber bacaan kita masing-masing. Karena beberapa cerita kami berdua ternyata sangat disayangkan jika hanya dinikmati berdua saja, maka kami mempunyai niatan untuk mengadakan semacam diskusi tentang berbagai peristiwa dan keadaan, terutama tentang apa yang menjadi pemikiran serta keresahan kita masing-masing. Ternyata waktu mengaminkan doa dan harapan kami, sehingga tidak lama kemudian terciptalah diskusi-diskusi itu, kami namai diskusi itu dengan nama “forum diskusi sega brekat”. Dari diskusi-diskusi ini kami memulai menyebarkan virus gemar mebaca pada remaja dan pemuda di sekitar kita. Pada diskusi ini kami memulainya dengan membaca satu artikel atau suatu cerpen lalu kami bicarakan dan diskusikan artikel atau cerpen itu bersama-sama. Dan pada akhir diskusi kita tidak lupa menggaris bawahi point point penting serta kesimpulan dari diskusi kita untuk selanjutnya kami tuliskan di blog.

Selanjutnya dari berbagai diskusi yang kita lakukan, kita dipertemuan dengan beberapa teman yang sepemahaman dengan kita juga, namanaya adalah Rakhmawati Nurul Fadilah, remaja putri yang ternyata juga hobi membaca dan mempunyai berbagai koleksi buku-buku. Yang selanjutnya kami tahu ternyata dia ini juga pengelola dan pengurus perpustkaan desa Kebasen. Darinya kita dapat mengakses buku-buku lebih bayak lagi untuk menambah bahan dan referensi diskusi kami. Diskusi demi diskusi telah terlewati, mengantarkan pertemuan kita pada pemuda yang mengaku keren dan tampan, Dwi Nugroho namanya, mahasiswa semester akhir di salah satu Universitas di Purwokerto. Karena dia juga mempunyai buku-buku bacaan, ahirnya dia juga menitipkan buku bacaannya di tempat yang nantinya kami sebut taman baca astina. Satu tokoh  yang jangan sampai terlewatkan ceritanya, Eko Sugiyantoro namanya, seorang staff muda di salah satu Madrasah Aliyah di kecamatan Kebasen juga sering ikut bergabung dengan diskusi kami. Keresahannya adalah kenapa perpustakaan di madrasahnya selalu sepi, dia selalu ingin tahu tentang banyak hal, selalu mempunyai pemikiran dan terobosan yang lebih maju dari kami, terutama dalam hal pengembangan. Satu tokoh terakhir yang bergabung dengan kami adalah seorang pegawai muda bernama Diksi Eling Yahreno. Dia ini mempunyai ambisi yang tinggi untuk memulai menyebarkan virus baca disekitar kita. Landasan pemahaman politik yang dimilikinya menjadi tambahan wawasan bagi kami nantinya.

Forum diskusi sega brekat
Dari namanya saja sudah terlihat tak biasa. Ya, karena memang tujuan kami membuat forum diskusi ini juga tak biasa. Makna dari sega adalah nasi, nasi merupakan makanan pokok dari masyarakat Indonesia. Jika perut saja setiap hari butuh nasi untuk bisa memiliki energi, maka begitu juga dengan otak. Harapan kami dari forum diskusi ini peserta bisa memperoleh asupan yang sehat dan bergizi untuk otaknya. Sedangkan brekat adalah berasal dari bahasa arab “barokah” artinya adalah keberkahan. Makna dari keberkahan itu sendiri adalah bertambahnya kebaikan. Jadi jelas sudah makna sega brekat ini adalah memberi asupan bergizi untuk otak agar menjadikan pemilik otak semakin baik lagi.

Mengenal lebih jauh tentang forum diskusi, bahwa forum diskusi sega brekat ini mewadahi para remaja usia SMA dan sebagian mahasiswa untuk membicarakan banyak hal, mulai dari agama, politik, budaya, dan sastra. Tak hanya sekali dua kali diskusi ini dilakukan, hampir setiap satu bulan dua kali. Hasilnya adalah terbentuk mindset dan pola pikir pada peserta diskusi. Pola pikirnya tentunya berbeda dari pola pikir remaja umum dan kebanyakan. Selain itu juga dengan adanya forum diskusi ini, mereka mulai suka membaca. Karena setiap sebelum diskusi dimulai kami pasti menyempatkan membaca materi diskusinya. Kemudian keinginan untuk menambah wawasan juga semakin terbangun. Intinya diskusi sega brekat ini menginspirasi para remaja peserta diskusi.

Tetapi waktu tak selamanya berpihak kepada kami. Sebagian besar dari peserta diskusi adalah pelajar SMA yang hampir lulus. Sehingga ketika saatnya pengumuman kelulusan tiba, kami bersiap-siap untuk merelakan mereka pergi merantau mencari kehidupan yang lebih layak. Karena memang mindset masyarakat di sini adalah ketika anak selesai sekolah ya harus siap pergi ke ibu kota untuk mengais rupiah dengan lebih banyak dan lebih mudah. Sehingga waktu berhasil membuat kita hampir menyerah. Kami kehilangan kader-kader yang militan, kami kehilangan peserta keren yang ada dalam forum diskusi sega brekat ini. Tinggalah kami para pemuda desa pengangguran yang menyusahkan pemerintah.

Anjangsana untuk lebih mengenal budaya
Meskipun yang tersisa hanya segelintir pemuda saja, kami tetap melanjutkan diskusi ini. Hanya dengan lima atau enam peserta kami melanjutkan diskusi sederhana kami, tetapi dari diskusi ini malah justru memunculkan ide untuk mencari dan mengkaji budaya yang ada di sekitar kami. Selanjutnya langkah yang kami ambil adalah mengunjungi para budayawan, seniman, atau sastrawan yang ada di sekitar Kabupaten Banyumas.
Sastrawan dan seniman kami kunjungi ke kediamannya satu persatu. Dan hampir semuanya kami kunjungi di malam minggu, karena sebagai jomblo yang sedang memperkeren diri ternyata juga terkadang mempunyai perasaan sepi. Sampailah pada seorang sastrawan nyentrik yang kami kunjungi dalam kesederhanaannya. Beliau seorang penulis novel bertema sejarah yang cara menulisnya itu tidak biasa,hanya dengan menggunakan hape jadul. Dari kunjungan ini kami diberi satu novel karya dari beliau, dan kami lebih tertantang untuk menggali lebih dalam lagi.
Berkunjung dari satu seniman ke seniman yang lain itu menyenangkan, dan kunjungan-kunjungan ini ternyata mengantarkan kami pada komunitas besar yang diprakarsai oleh budayawan Emha Ainun Nadjib, jama’ah ma’iyah. Kami selalu senang menghadiri sinau bareng yang diselenggarakan oleh ma’iyyah di Purwokerto dan sekitarnya. Kami juga senang saat mengunjungi bedah bukunya mbah Sujiwo Tejo, Tuhan Maha Asik.
Ahirnya dari kunjungan-kunjungan ini kami bertemu dengan komunitas pemuda pecinta budaya, komunitas tangan merdeka. Yang ternyata juga berasal dari tempat yang sama, Kecamatan Kebasen.

Lapak baca di tempat terbuka
Setelah bertemu dengan komunitas pemuda pecinta budaya “tangan merdeka” kami memutuskan untuk melakukan kolaborasi bersama mereka. Memilih tempat bendung gerak Serayu dan mengambil waktu pagi hari untuk melakukan kegiatan kami. Pilihan ini diambil dengan alasan saat pagi dan hari minggu di bendung gerak serayu banyak masyarakat yang sengaja datang untuk joging atau hanya sekedar jalan-jalan saja. Sehingga besar kemungkinan akan melihat dan mendekat dengan kegiatan yang kami lakukan.
Kegiatan ini meliputi : Lapak baca, live musik, musikalisasi puisi, dan melukis. Kegiatan ini berjalan sekitar satu sampai dua bulan. Ini artinya kami pernah melakukan lapak baca di bendung gerak serayu ini lebih dari lima kali.  Dari kegiatan lapak baca inilah kami bertemu dengan calon kader relawan yang militan. Ternyata benar, saat kami tidak lapak baca di bendung gerak serayu, anak-anak yang biasa bergabung bersama kami justru mendatangi tempat yang kami sebut taman baca astina ini.

Juguran tasawuf
Dalam kekosongan kegiatan, kami selalu menghabiskan malam minggu bersama. Bahkan tidak Cuma malam minggu saja, tetapi malam-malam yang lainnya kita juga tetap berkumpul kalo memang sedang tidak punya kegiatan masing-masing. Perkumpulan kami ini ya hanya membahas sana sini, sedikit hasil bacaan dan selebihnya memperbincangkan apa yang sedang ramai dibicarakan. Perkumpulan ini kami namakan juguran tasawuf, karena untuk bisa kumpul kita tidak perlu mengabarinya lewat watsap dan kami sampai hari ini juga belum punya grup watsap. Sehingga kami cukup menggunakan kekuatan batin untuk mengundang salah satu dari kami untuk bisa bergabung dan njugur (berbincang-bincang) sampai pagi menjelang. Terkadang di tengah kejenuhan kami berkumpul, kami sering membuat game-game sederhana. Seperti sambung kata, sambung gambar, dan sesekali kami juga membacakan puisi untuk mengusir sepi.

Menjadi lilin yang menerangi tetapi tidak habis terbakar
Karena seringnya berkumpul, kami semakin mengerti dan memahami karakter masing-masing. Sehingga kami mempunyai pemikiran jika terlibat dalam sebuah gerakan sosial kampanye membaca, tetapi jangan kemudian menjadikan kami tidak berkembang. Ahirnya kami memutuskan untuk tetap berkarya dengan pasionnya masing-masing. Dan dari hasil karya inilah kami jadi mempunyai suatu karya yang dapat kami tunjukan kepada oranglain. Diantara karya kami adalah : Film berjudul buku yang sudah di upload di youtube, tulisan di blogspot, puisi yang telah di upload di instagram, dan pengar show yang telah tayang beberapa kali di youtube juga.